II. ANALISIS DAN DISAIN SISTEM PELAT LANTAI Prof. Ir. ZAIDIR, MS.Dr.Eng PERTEMUAN 9 II. ANALISIS DAN DISAIN SISTEM PELAT LANTAI 9/20/2018 Konstruksi Beton II
2.1 Pendahuluan Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban transversal melalui aksi lentur ke masing-masing tumpuan dari pelat. Beberapa tipe pelat lantai yang banyak digunakan pada konstruksi diantaranya : 1. Sistem Lantai Flat Slab Sistem Flat Slab, merupakan pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom tanpa adanya balok-balok. Biasanya digunakan untuk intensitas beban yang tidak terlalu besar dan bentang yang kecil. Pada daerah kritis di sekitar kolom penumpu, biasanya diberi penebalan (drop panel) untuk memperkuat pelat terhadap gaya geser, pons dan lentur. Flat Slab tanpa diberi kepala kolom (drop panel) disebut flat plate. 9/20/2018 Konstruksi Beton II
Gambar 2.1. Sistem lantai Flat Slab (a) Flat Plate Slab (b) Flat Slab dengan drop panel Gambar 2.1. Sistem lantai Flat Slab 9/20/2018 Konstruksi Beton II
2. Sistem Lantai Grid (Waffle System) Sistem lantai Grid (Waffle system) mempunyai balok-balok yang saling bersilangan dengan jarak yang relatif rapat, dengan pelat atas yang tipis. 3. Sistem Pelat dan Balok Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu oleh balok-balok monolit, yang umumnya ditempatkan pada jarak 3,0m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan sering dipakai untuk menunjang system pelat lantai yang tidak beraturan. 9/20/2018 Konstruksi Beton II
a. Pelat Satu Arah (One way slab) b. Pelat Dua Arah (Two way Slab) 4. Sistem Lajur Balok Sistem ini serupa dengan sistem pelat dan balok, tetapi menggunakan balok-balok dangkal yang lebih lebar. Sistem ini banyak dipakai pada bangunan yang mementingkan tinggi antar lantai. Secara umum sistem pelat lantai dapat dibedakan atas : a. Pelat Satu Arah (One way slab) b. Pelat Dua Arah (Two way Slab) Pelat satu arah dan pelat dua arah dapat dibedakan dari nilai rasio perbandingan sisi panjang (ly) dan sisi pendek (lx) dari pelat. 9/20/2018 Konstruksi Beton II
(b). Sistem pelat dua arah Pelat satu arah ; apabila : ly/lx > 2,0 1 m (a). Sistem pelat satu arah Pelat dua arah ; apabila : 1,0 ≤ ly/lx ≤ 2,0 (b). Sistem pelat dua arah 9/20/2018 Konstruksi Beton II
Analisis dan disain dari pelat satu arah, dilakukan dalam 1 arah (arah sisi pendek), sedangkan pelat dua arah dilakukan dalam 2 arah (arah x dan arah y). 2.2. Pelat Satu Arah Pelat satu arah dapat di-disain dengan menggunakan disain untuk balok, dengan lebar 1 unit lebar (per m’ lebar) dalam arah sisi pendek. Dalam arah sisi panjang dapat digunakan tulangan susut dan temperatur atau tulangan pembagi. Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung, dapat ditentukan dari Table 2.1. berikut : 9/20/2018 Konstruksi Beton II
Tabel 2.1 Tebal minimum untuk pelat satu arah 9/20/2018 Konstruksi Beton II
2.2.1. Cara Analisis Sebagai alternatif, metode pendekatan berikut ini dapat digunakan untuk menentukan momen lentur dan gaya geser dalam perencanaan balok menerus dan pelat satu arah, yaitu pelat beton bertulang dimana tulangannya hanya direncanakan untuk memikul gaya-gaya dalam satu arah, selama: 1. Jumlah minimum bentang yang ada haruslah minimum dua. 2. Memiliki panjang-panjang bentang yang tidak terlalu berbeda, dengan rasio panjang bentang terbesar terhadap panjang bentang terpendek dari dua bentang yang bersebelahan tidak lebih dari 1,2. 3. Beban yang bekerja merupakan beban terbagi rata. 4. Beban hidup per satuan panjang tidak melebihi tiga kali beban mati per satuan panjang, dan 5. Komponen struktur adalah prismatis. 9/20/2018 Konstruksi Beton II
Momen yang bekerja pada setiap tumpuan dapat ditentukan sebagai : 9/20/2018 Konstruksi Beton II
9/20/2018 Konstruksi Beton II
Gambar 2.2 . Terminologi balok/pelat satu arah di atas banyak tumpuan 9/20/2018 Konstruksi Beton II
2.2.2. Tulangan Susut dan Suhu Pada pelat struktural dimana tulangan lenturnya terpasang dalam satu arah saja, harus disediakan tulangan susut dan suhu yang arahnya tegak lurus terhadap tulangan lentur tersebut. Tulangan ulir yang digunakan sebagai tulangan susut dan suhu harus memenuhi ketentuan berikut : Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit memiliki rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut, tetapi tidak kurang dari 0,0014. Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari lima kali tebal pelat, atau 450 mm. 9/20/2018 Konstruksi Beton II
9/20/2018 Konstruksi Beton II