ETIKA PENGUTIPAN DAN PENGACUAN DALAM KARYA TULIS ILMIAH Oleh: Prof. Suparno
PENGANTAR Dalam setiap penulisan karya ilmiah, termasuk artikel ilmiah, ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian penulis. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah tentang etika pengutipan dan pengacuan. Makalah ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah etika dalam pengutipan dan pengacuan. Secara lebih spesifik, ada empat hal yang akan dibahas, yaitu: pertama, mengapa seorang penulis perlu mengacu pada pendapat atau tulisan orang lain; kedua, bahan acuan yang bagaimana yang patut untuk dijadikan acuan; ketiga, bagaimana cara-cara membuat acuan dan pengutipan; dan yang terakhir adalah bagaimana cara-cara penulisan daftar pustaka.
Mengapa Seorang Penulis Memerlukan Acuan Ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan mengapa penulis artikel ilmiah perlu mengacu pada pendapat atau tulisan orang lain. Hal-hal tersebut diantaranya: 1.Untuk meyakinkan pembaca bahwa artikel yang ditulis betul- betul artikel ilmiah bukan karangan fiksi. 2.Sebagai dasar teori untuk mengembangkan asumsi-asumsi atau konsep-konsep atau hipotesis-hipotesis baru. 3.Untuk mendukung atau memperkuat pendapat yang dikemukakan oleh penulis. 4.Untuk membandingkan antara pendapat seseorang dengan yang lainnya sehingga penulis bisa menarik suatu kesimpulan dari pendapat-pendapat tersebut. 5.Untuk menghindarkan dari atas pertanyaan-pertanyaan yang meragukan dari apa yang ditulis, yang mungkin muncul dari para pembaca.
Kriteria Bahan Acuan Dalam membuat acuan, ada beberapa kriteria yang perlu mendapat perhatian dari para penulis artikel ilmiah. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya: 1.Relevansi dari bahan yang dijadikan acuan 2.Kekinian dari bahan yang dijadikan acuan 3.Sumber acuannya, primer atau sekunder 4.Siapa orang yang mengeluarkan pendapat atau autornya 5.Penerbit dari sumber acuan tersebut
Cara Pengacuan dan Pengutipan Cara pengacuan adalah: bagaimana menyebutkan sumber acuan yang dikutip dalam teks beserta identitasnya. Cara pengutipan adalah: bagaimana menuliskan teks kutipan dari sumber acuan ke dalam teks naskah yang sedang ditulis. Dalam tata cara pengacuan dan pengutipan ini, hal penting yang perlu menjadi perhatian penulis artikel adalah kemantapan terhadap tata cara yang digunakan dan konsistensinya. Dalam memilih kebakuan cara pengacuan dan pengutipan yang akan digunakan oleh penulis artikel haruslah didasarkan pada pedoman atau ketentuan yang berlaku pada jurnal yang akan menerbitkan artikelnya.
Cara pengacuan: Diatur pembakuannya dari segi sumber acuan yang perlu disebut beserta identitasnya, di mana tempat penyebutan itu, dan bagaimana jika sumber acuannya lebih dari satu atau hanya satu nama pengarang.
Pada semua system, untuk pengacuan selalu digunakan: Nama akhir dan tahun. Nomer halaman untuk kutipan langsung. Jika ada dua atau tiga nama penulis, pengacuan dilakukan dengan cara menyebutkan nama akhir kedua atau ketiga penulis tersebut. Jika penulisnya lebih dari tiga, penulisan acuan dilakukan dengan cara menuliskan nama akhir dari penulis pertama dan diikuti dengan dkk (et.al.). Jika nama penulis tidak disebutkan (tidak ada), maka yang dicantumkan dalam pengacuan adalah nama lembaga yang menerbitkan, atau nama dokumen/tulisan yang diterbitkan. Untuk karya terjemahan, pengacuan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya. Pengacuan dari dua sumber atau lebih yang ditulis penulis yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai pemisahnya. Contoh: ….. (Peaget, 1970; Moheney, 1988). Atau dicantumkan menyatu dengan teks. Contoh: menurut King (1993); Koch (1994); Yackel, Cobb, & Wood (1996) …
Cara pengutipan: Diatur dari segi apakah kutipan itu langsung (sesuai dengan aslinya) atau tidak langsung (idenya sama, tetapi dikemukakan dengan ungkapan yang berbeda), dan apakah jumlah katanya kurang atau lebih dari 40 kata. Kutipan langsung harus betul-betul sama dan akurat dengan aslinya. Di bawah ini akan dikemukakan contoh-contoh tentang cara pengutipan.
a.Kutipan Langsung Kurang dari 40 Kata Kutipan langsung yang berisi kurang dari 40 kata ditulis di antara tanda kutip (“….”) sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama bersama dengan nama penulis, tahun, dan nomor halaman. Nama penulis dapat ditulis secara terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam tanda kurung. Jika yang dikutif dalam bahasa asing maka harus ditulis miring. Lihat contoh berikut: Nama penulis disebut dalam teks secara terpadu Contoh: Kelly (1955:43) mengatakan “The universe is real; it is happening all the time, and interrelation with the world is necessary for the construction of totally new knowledge”.
Nama penulis disebut bersama dengan tahun penerbitan dan nomor halaman. Contoh: Lebih lanjut mereka mengatakan “People’s personally constructed ideas are constrained or modified by these externally developed social schemata” (Lyddon and McLaughlin, 1992:95). Jika ada tanda kutip dalam kutipan, digunakan tanda kutip tunggal (‘…’) Contoh: Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “terdapat kecenderungan semakin banyak ‘campur tangan’ pimpinan perusahaan semakin rendah tingkat partisipasi karyawan di daerah perkotaan” (Soebroto, 1990:123).
b. Kutipan Langsung 40 Kata atau Lebih Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip secara terpisah dari teks yang mendahului; ditulis 5/7 ketukan dari garis tepi sebelah kiri dan kanan, dan diketik dengan spasi tunggal. Nomor halaman juga harus dituliskan. Contoh: Smith (1990:276) menarik kesimpulan dari penelitiannya sebagai berikut: The ‘placebo effect’, which have been verified in previous studies, disappeared when behaviors were studied in this manner. Furthermore, the behaviors were never exhibited again, even when real drugs were administered. Earlier studies were clearly premature in attributing the results to the placebo effect. Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru lagi, maka tulisannya dimulai 5 ketukan dari tepi kiri garis teks kutipan.
c. Kutipan yang Sebagian Dihilangkan Apabila dalam mengutip langsung ada beberapa kata dalam kalimat yang ingin dibuang, maka kata-kata yang dibuang diganti dengan tiga titik. Contoh: “Knowledge and interpretation cannot be given to students…Students do not accept knowledge from outside because it was never there in the first place” (Cobb dkk., 1999:5). Jika ada kalimat yang dibuang, maka kalimat yang dibuang diganti dengan empat titik. Contoh 6: “Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara mata, tangan, atau bagian tubuh lain …. Yang termasuk gerak manipulatif antara lain adalah menangkap bola, menendang bola, dan menggambar” (Asim, 1995:315).
d. Cara Mengacu Kutipan Tidak Langsung Kutipan yang ditulis secara tidak langsung atau dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks. Nama penulis bahan kutipan dapat ditulis terpadu dalam teks, atau disebut dalam kurung bersama tahun terbitnya. Jika memungkinkan nomor halaman disebutkan. Lihat contoh berikut. Nama penulis disebut terpadu dalam teks Contoh: Lerman (1989) mengatakan bahwa konstruktivisme mempunyai dua hipotesis, yaitu: (1) pengetahuan dikonstruksi secara aktif oleh individu; dan (2) menjadi tahu adalah suatu proses adaptasi, yaitu suatu proses dimana individu mengorganisasikan pengalamannya dengan alam sekitar yang kemudian menjadi suatu konsep.
Nama penulis disebut dalam kurung bersama tahun terbitnya Contoh: Prinsip konstruktivisme ini sangat bertentangan dengan prinsip objektivisme yang memandang bahwa pengetahuan itu ada dalam pikiran individu karena secara ekternal, pengetahuan itu memang ada dalam dunia nyata (Duffy & Jonassen, 1992).
e. Catatan Kaki (Footnotes) Footnotes atau catatan pada kaki halaman mempunyai tiga tujuan, yaitu: 1)untuk menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat, fakta-fakta, atau ikhtisar; 2)untuk memberikan komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks; 3)untuk memberikan informasi tentang penulis dan maksud penulisan tersebut (APA, 1994; Nasution & Thomas, 1999). Cara menulis catatan kaki: Catatan kaki harus diberi nomor sesuai dengan nomor kutipan dalam tiap bab dan dimulai dengan nomor 1. Dalam catatan kaki harus dicantumkan nama pengarang, tahun penerbitan, judul sumber, nomor jilid/volume, halaman-halaman yang dikutip dalam teks, tempat dan nama penerbit.
Nomor catatan kaki harus ditulis agak ke atas sedikit. Catatan kaki tidak selalu harus ditulis lengkap. Kalau suatu sumber pernah disebut dengan lengkap, yakni pada pertama kalinya, maka catatan kaki itu selanjutnya dapat dipersingkat dengan menggunakan singkatan: ibid., op.cit., dan loc.cit. ibid adalah singkatan dari ibidem = pada tempat yang sama. Ibid ini dipakai apabila suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang langsung mendahuluinya dengan tidak diselingi oleh sumber lain. Ibid tetap boleh dipakai walaupun diantara kedua kutipan itu terdapat beberapa halaman. Contoh: Ibid., hlm., 33. Ibid tidak bisa dipakai kalau diantara sumber itu sudah ada sumber yang lain. Dalam hal ini dapat dipakai op.cit., dan loc.cit.
op. cit. singkatan dari opere citato artinya “dalam karangan yang sudah disebut”, dipakai untuk menunjukkan kepada suatu buku/sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain dan telah diselingi oleh sumber-sumber lain. Jadi yang dicantumkan adalah nama pengarang, op.cit. (ditulis miring), dan nomor halaman. Contoh: Muhammad Yamin, op. cit., hlm loc.cit. adalah singkatan dari loco citato yang artinya “pada tempat yang telah disebut”, digunakan kalau ingin menunjukkan pada halaman yang sama dari suatu sumber yang telah disebut. Jadi yang dicantumkan adalah nama pengarang, loc. cit. Contoh: Muhammad Yamin, loc. cit. (menunjuk halaman 33).
Cara Menulis Daftar Pustaka Daftar pustaka merupakan daftar buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penulisan daftar pustaka ini yang perlu diperhatikan adalah apakah semua sumber acuan yang dikutip dalam teks sudah dicantumkan di dalam daftar pustaka, dan apakah semua sumber acuan yang ada dalam daftar pustaka memang dikutif dalam teks. Pada dasarnya yang ditulis dalam daftar pustaka secara berurutan meliputi: (1) nama pengarang; (2) tahun penerbitan; (3) judul, termasuk anak judul; (4) kota tempat tempat penerbitan; dan (5) nama penerbit. Unsur-unsur tersebut dapat bervariasi tergantung jenis sumber pustakanya, Contoh-contoh penulisan daftar pustaka dapat dilihat di bawah ini.
Rujukan dari Buku. Contohnya: Einstain, A. (1938). The evolution of physics. London: Cambridge University Press. Louis, K. & Miles, M.B. (1990). Improving the urban high school: What works and why. New York: Teachers College Press. Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh pengarang yang sama dan diterbitkan pada tahun yang sama pula, data tahun penerbitan diiringi dengan lambang a, b, c. Contoh: Fullan, M.G. (1998a). Successful school improvement. Buckingham: Open University Press. Fullan, M.G.. (1998b). What’s worth fighting for in the principalship: Strategies for taking change in the elementary school principalship. Toronto: Ontario Public school Teachers’ Federation.
Rujukan dari Buku yang Berisi Kumpulan Artikel (ada Editornya) Seperti menulis rujukan dari buku ditambah dengan (Ed.) jika ada satu editor, dan (Eds.) jika ada lebih dari satu editor. Contohnya: Letheridge, S. & Cannon, C.R. (Eds.). (1980). Bilingual education: Teaching English as a second language. New York: Praeger. Aminuddin (Ed.). (1990). Pengembangan penelitian kualitatif dalam bidang bahasa dan sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.
Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (ada Editornya) Contohnya: Duffy, T. & Jonassen, D.H. (1992). Constructivism: New implications for instructional technology. Dalam T.M. Duffy & D.H. Jonassen (Eds.), Constructivism and the technology of instruction: A conversation (hlm. 1-16). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associate.
Rujukan dari Artikel dalam Jurnal. Contohnya: Stanbridge, B. (2000). A constructivist model of learning used in teaching of junior science. Australian Science Teachers Journal, 46 (4), Rujukan dari Artikel dalam Jurnal dari CD-ROM Contohnya: Krashen, S., Long, M. & Scarcella,R. (1979). Age, rate, and eventual attainment in second language acquisition. TESOL Quarterly, 13, (CD ROM: TESOL Quarterly- Digital, 1997)
Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran Contohnya: Gardner, H. (1981, December). Do babies sing universal song?. Psychology Today, hlm Huda, N. (13 November, 1991). Menyiasati krisis listrik musim kering. Jawa Pos, hlm. 6. Rujukan dari Koran Tanpa Penulis Contohnya: Wanita kelas bawah lebih mandiri. (11 Februari, 2005). Padang Ekspress, hlm. 14.
Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh Suatu Penerbit Tanpa Penulis dan Tanpa Lembaga Contohnya: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (1990). Jakarta: PT Armas Duta Jaya Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut Contohnya: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1978). Pedoman penulisan laporan penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rujukan Berupa Karya Terjemahan Ary, D., Jacobs, L.C., & Razavieh, A. Tanpa Tahun. Pengantar penelitian pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan, Surabaya: Usaha Nasional. Rujukan Berupa Skripsi, Thesis, atau Disertasi Contohnya: Pangaribuan, T. (1992). Perkembangan kompetensi kewacanaan pembelajaran bahasa Inggris di LPTK. Disertasi tidak diterbitkan. Program Pasca Sarjana IKIP Malang, Malang.
Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, atau Lokakarya Contohnya: Huda, N. (12 Juli 1991). Penulisan laporan penelitian untuk jurnal. Makalah disajikan dalam Lokakarya Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen PTN dan PTS di Malang Angkatan XIV, Pusat Penelitian IKIP Malang, Malang. Karim, Z. (1-2 Sepetember 1987). Tata kota di negara-negara berkembang. Makalah disajikan dalam Seminar Tata Kota, BAPEDA Jawa Timur, Surabaya.
Rujukan dari Internet Berupa Karya Individu Contohnya: Hitchcock, S., Carr, L., & Hall, W. (1996). A survey of STM online journals, : The calm before the storm, (Online), ( diakses 12 Juni 1996). Rujukan dari Internet berupa Artikel dari Jurnal Contohnya: Griffith, A.I. (1995). Coordinating family and school: Mothering for schooling. Education Policy Analysis Archives, (Online), Vol. 3, No. 1, ( diakses 12 Februari 1977).
Rujukan dari Internet berupa Bahan Diskusi Contohnya: Wison, D. (20 November, 1995). Summary of citing internet sites. NETTRAIN Discussion List, (Online), diakses 200 November 1995). Rujukan dari Internet berupa Pribadi Contohnya: Naga, Dali S. (1 Oktober, 1997). Artikel untuk JIP. kepada Ali Saukah
Sekian Terima Kasih