METOTREKSAT INDRA KURNIAWAN TENDEAN PSPA XXV C
Metotreksat (C 20 H 22 N 8 O 5 ) berbentuk serbuk kristal berwarna kuning atau oranye, higroskopis. Metotreksat tidak larut dalam air, alkohol, diklorometan, terurai dalam larutan asam mineral, basa hidroksida dan karbonat
Metotreksat merupakan antimetabolite asam folat yg berkompetisi menghantar dihidrofolat reductase, enzim yg berperan pd perubahan asam folat utk mengurangi atau mengaktifkan kofaktor folat. Metotreksat digunakan untuk terapi neoplasma termasuk leukemia, osteogenic sarcoma, kanker payudara, dan limfoma non-Hodgkin.
Metotreksat jika dosis melebihi 30 mg/m 2 diberikan melalui rute parenteral karena absorpsi oralnya terbatas. Regimen dosis metotreksat yaitu 2,5 mg sampai dosis tinggi 12 g/m 2 atau lebih. Metotreksat dosis tinggi diberikan pada periode singkat 3-6 jam sampai selama 40 jam.
Metotreksat adalah asam lemah dg pKa 5,4, sehingga kelarutannya terbatas dan dapat mengendap di urine yg menyebabkan kerusakan ginjal. Oleh karena itu pasien yang menerima obat metotreksat dosis tinggi harus didehidrasi secukupnya dan urinnya dialkalinasi
Konsentrasi Plasma Terapeutik dan Toksik Tujuan terapi adalah menghambat DHFR dan akhirnya mendeplesi pengurangan kofaktor folat, kemampuan relative untuk menghambat DHFR dan waktu yang dibutuhkan untuk mendeplesi kofaktor ini sangat kritis terhadap hubungan antara efikasi obat dan toksisitasnya.
Parameter Utama Konsentrasi plasma terapeutikVariabel Konsentrasi toksik Plasma >1 × molar utk > 48 jam >1 × molar utk > 48 jam membutuhkan peningkatan dosis penyelamatan leukovorin Sistem saraf pusatKonsentrasi metotreksat SSP terus menerus >10 -8 molar F Dosis < 30 mg/m 2 100% Variabel V (awal) 0,2 L/kg V AUC0,7 L/kg Cl(1,6)(Cl cr ) t 1/1 α a b 3 jam 10 jam fu (fraksi tak terikat/bebas di dalam plasma) 0,5
Untuk mengubah konsentrasi metotreksat dalam satuan mg/L menjadi konsentrasi dalam molar, maka bisa dihitung dengan cara
Konsentrasi plasma terapeutik Hampir semua regimen terapeutik dirancang untuk mencapai konsentrasi di atas 1×10 -7 molar (0,1 mikromolar) selama 48 jam.
Konsentrasi plasma toksik Konsentrasi plasma > 1×10 -7 molar selama 48 jam atau lebih menyebabkan toksisitas metotreksat. Efek toksik metotreksat meliputi mielosupresi, mucositis oral dan GI, serta disfungsi hepatic akut.
Bioavailabilitas (F) Absorpsi oral metotreksat sempurna dan cepat dg puncak konsentrasi terjadi 1-2 setelah dosis <30 mg/m 2. Dosis lebih tinggi, absorpsi metotreksat menurun, dan bioavailabilitas menjadi tidak sempurna. Regimen dosis sedang dan tinggi harus diberikan dg rute parenteral. Dosis rendah (<30 mg/m 2 ) dpt diberikan secara parenteral atau oral.
Volume distribusi (V) Metotreksat menunjukkan volume distribusi plasma awal kira-kira 0,2 L/kg dan suatu volume distribusi lebih besar kedua 0,5-1 L/kg setelah distribusi menyeluruh. Ketika dosis muatan diperlukan, volume distribusi dari 0,2-0,5 L/kg biasanya digunakan. Pasien dg efusi pleura, waktu paruh eliminasi awal tampak normal tetapi fase eliminasi kedua diperpanjang hingga mencapai konsentrasi plasma metotreksat < 1×10 -7.
Klirens (Cl) Klirens metotreksat berkisar dari 1-2 kali klirens kreatinin. Klirens ginjal metotreksat dipengaruhi oleh sejumlah senyawa (missal probenesid). Selain itu, sulfisoksazol dan asam lemah lain dilaporkan mengurangi transport ginjal metotreksat.
Waktu paruh (t 1/2 ) Potensi transpor intraseluler dan klirens ginjal kapasitasnya terbatas, waktu paruh metotreksat ditentukan oleh kedua prubahan volume distribusi dan perubahan klirens. Model kompartemen dua menunjukkan bahwa waktu paruh α awal dari 2-3 jam dan waktu paruh akhir kira-kira 10 jam.
CONTOH SOAL 1 Tn Budi berusia 50 th, berat 60 kg dg serum kreatinin 1 mg/dL. Pasien mempunyai sarcoma osteogenik dan menerima infus metotreksat 24 gram i.v selama 4 jam, diikuti pd 24jam dg leukovorin 20 mg per oral setiap 6 jam sampai kadar metotreksat < 0,05 mikromolar. Hitung konsentrasi metotreksat pada akhir jam ke-4 infusi, 12 jam sesudah akhir infuse dan 48 jam sesudah dimulainua infus (44 jam sesudah berakhirnya infus)
Pembahasan b. Menghitung klirens mettreksat
CONTOH SOAL 2 Tn Agus berusia 61 tahun, beratnya 69 kg (SCr = 1,1 mg/dl), menerima terapi MTX untuk leukimia limfoblastik akut. Regimennya akan terdiri dari dosis muatan MTX 400 mg diberikan selama kira-kira 15 menit, diikuti dg infus 50 mg/jam untuk 36 jam berikutnya. Ia kemudian akan menerima suatu dosis leukovorin 100 mg (50 mg/m 2 ) setiap 6 jam scara iv untuk 4 dosis pertama diikuti 8 dosis melalui oral 20 mg ( ≈ 10 mg/m 2 ) pada interval 6 jam atau sampai konsentrasi MTX < 0,5 x molar. Regimen leukovorin akan dimulai segera sesudah infus MTX yg 36 jam dihenikan dan dijadwalkan untuk diteruskan sampai 72 jam berikutnya, dg dosis terakhir diberi 102 jam sesudah permulaan terapi MTX. Kadar MTX dijadwalkan tercapai 24 jam sesudah permulaan infus 50 mg/jam, pada 48 jam (12 jam sesudah akhir infus 36 jam), dan pada 60 jam (24 jam sesudah akhir infus MTX). Hitung konsenrasi MTX yg diharapkan pd jadwal waktu pengambilan sampel
PEMBAHASAN a. b. c.
d. e. f.
g.h.h. i. Jadi kadar MTX pada 60 jam adalah 0,27 × molar
CONTH SOAL 3 Kadar MTX Tn Imam dilaporkan sebesar 13,5 x molar pada 24 jam; 0,83 x molar pada 48 jam; dan 0,44 x molar pada 60 jam. Bagaimana seorang akan menginterpretasikan masing-masing nilai MTX?
PEMBAHASAN a. b.
c.