METOTREKSAT INDRA KURNIAWAN TENDEAN PSPA XXV C.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Farmakokinetika Oleh: Isnaini.
Advertisements

Pendahuluan Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa.
Interaksi obat Buku teks yang dapat dipelajari : 1. Hansten, P.D, J.R. Horn, Drug Interactions Monograph Ivan Stockley, Drug Interaction, 5th.
POKOK BAHASAN III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TOKSISITAS.
Tiga dari hal2 yg ada dibawah ini terdapat pd klien
II. MEKANISME KERJA OBAT A. FASE/NASIB OBAT DALAM TUBUH 1
OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH
MEMAHAMI KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT
TOKSIKOLOGI Ilmu yang mempelajari pengaruh negatif toksikan pada makhluk hidup Bidang ilmu yang menunjang: Ilmu murni Ilmu terapan Biologi Imunologi.
RESUSITASI CAIRAN Ns. Herlina S.Kep.
ALKOHOL ETHANOL: Ethyl alkohol C2H5OH H2C OH H3C
DOSIS OBAT & MACAM DOSIS
Pharmacokinetika for Oral Absorption
Soal 1 Kebutuhan nutrisi seorang wanita berusia 58 tahun dengan BB 140 pon adl sbb: Asam amino 50,91 g/hari Lemak 40,77 g/hari Dektrose 185,07 g/hari.
Pemberian intravena berulang
FASE FARMASETIK FASE FARMAKOKINETIK FASE FARMAKODINAMIK
Oleh : FERRYANSYAH ILHAM SYAH MELISSA MANDATASARI.
BIOAVAILABILITAS OBAT. REZA REZIANA ENDAH H. U. LAPOTULO WAHYU PORMAN N. SIAHAAN UMI KALSUM KEL.
INISIASI 5 INTOKSIKASI.
CAIRAN TUBUH Imran Tumenggung
Keseimbangan Asam Basa
BIOAVAILABILITAS DAN BIOEKIVALENSI
DISTRIBUSI OBAT.
KESETIMBANGAN REAKSI.
UJI HIPOTESIS.
Oleh: Luqman Ardi Setiawan ( ) Muhammad Ali Shodiqin ( )
Dr. M. Yulis Hamidy, MKes, MPdKed
MODEL 2 KOMPARTEMEN TERBUKA INTRAVASKULER
UJI INVIVO PADA GINJAL Arnita Yeyen Fitri Annisa Pulan Widyanati
Pharmacokinetics and Bioavailability of a Fixed-Dose Combination of Ibuprofen and Paracetamol after Intravenous and Oral Administration DISUSUN OLEH :
ABSORBSI DAN ELIMINASI
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELECTROLIT
Disusun Oleh : Diana Novitasari ( ) Dinar Titik Asmarani ( )
BAB LARUTAN.
BIOAVAILABILITAS OBAT “KETERSEDIAAN HAYATI OBAT”
Farmakokinetika Oleh: Isnaini.
PENGGUNAAN OBAT PADA PEDIATRIK Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Univ. Muhammadiyah Purwokerto.
FARMAKOKINETIKA NON LINEAR
SULFONAMID.
POKOK BAHASAN III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TOKSISITAS.
Hanifa Kusumaningrum ( ) Kinanthi Sekartanjung ( )
TERAPI CAIRAN PARENTERAL
PENYESUAIAN DOSIS INDIVIDU OBAT LITHIUM Disusun Oleh : KELOMPOK VIII 1.Dina munarti ( ) 2.Melona siska ( ) 3.Siska fitria ( ) 4.Tia mori.
FARMAKOKINETIK DASAR APLIKASI FARMAKOKINETIK PADA PENGOBTAHN KLINIK.
Materi Tiga : LARUTAN.
Materi Tiga : LARUTAN.
KELOMPOK 1 Yunika Kasyaningrum indriana Rahma Meimuna Siti m Prisma
ABSORBSI DAN ELIMINASI
ALKOHOL ETHANOL: Ethyl alkohol C2H5OH H2C OH H3C
Keseimbangan Cairan, elektrolit, dan Asam Basa
Awal P.Kusumadewi B2P2TOOT
NASIB OBAT/ RACUN DALAM TUBUH
Adme dan detoksifikasi
II. MEKANISME KERJA OBAT A. FASE/NASIB OBAT DALAM TUBUH 1
Farmakologi untuk Pengobatan
INTERAKSI OBAT ANTIDIABETIK OLEH KELOMPOK 3 RABIATUL MUSFIRAH JOHAN WIDYA SUMARNI ULFA YULIANINGSIH FENTY.
Adme dan detoksifikasi
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Sediaan Larutan Teknologi Sediaan Liquid & Semisolid.
NURUL AULIASARI, S.SI., M.SI FARMAKOKINETIKA NON LINIER.
Dasar-Dasar Perhitungan Farmakokinetika
Adme dan detoksifikasi
BIOFARMASETIKA By : Agus Winarso Nama: NIM :.
Mekanisme Absorbsi.
Bila ada 2 populasi masing-masing dengan rata- rata μ 1 dan μ 2, varians σ 1 2 dan σ 2 2, maka estimasi dari selisih μ 1 dan μ 2 adalah Sehingga,
BIOFARMASETIKA Awal P.Kusumadewi B2P2TOOT MATERI KULIAH BIOFARMASETIKA.
DOSIS MUATAN DAN DOSIS MAINTENANCE Model1-kompartemen terbuka Kiki Amelia, M.Farm, Apt.
Kiki Amelia, M.Farm, Apt FARMAKOKINETIKA KLINIK. PERBEDAHAAN FARKAKOKINETIKA FARMAKOKINETIKA KLINIK Mengetahui apa yang dialami obat dalam tubuh mahluk.
Transcript presentasi:

METOTREKSAT INDRA KURNIAWAN TENDEAN PSPA XXV C

Metotreksat (C 20 H 22 N 8 O 5 ) berbentuk serbuk kristal berwarna kuning atau oranye, higroskopis. Metotreksat tidak larut dalam air, alkohol, diklorometan, terurai dalam larutan asam mineral, basa hidroksida dan karbonat

Metotreksat merupakan antimetabolite asam folat yg berkompetisi menghantar dihidrofolat reductase, enzim yg berperan pd perubahan asam folat utk mengurangi atau mengaktifkan kofaktor folat. Metotreksat digunakan untuk terapi neoplasma termasuk leukemia, osteogenic sarcoma, kanker payudara, dan limfoma non-Hodgkin.

Metotreksat jika dosis melebihi 30 mg/m 2 diberikan melalui rute parenteral karena absorpsi oralnya terbatas. Regimen dosis metotreksat yaitu 2,5 mg sampai dosis tinggi 12 g/m 2 atau lebih. Metotreksat dosis tinggi diberikan pada periode singkat 3-6 jam sampai selama 40 jam.

Metotreksat adalah asam lemah dg pKa 5,4, sehingga kelarutannya terbatas dan dapat mengendap di urine yg menyebabkan kerusakan ginjal. Oleh karena itu pasien yang menerima obat metotreksat dosis tinggi harus didehidrasi secukupnya dan urinnya dialkalinasi

Konsentrasi Plasma Terapeutik dan Toksik Tujuan terapi adalah menghambat DHFR dan akhirnya mendeplesi pengurangan kofaktor folat, kemampuan relative untuk menghambat DHFR dan waktu yang dibutuhkan untuk mendeplesi kofaktor ini sangat kritis terhadap hubungan antara efikasi obat dan toksisitasnya.

Parameter Utama Konsentrasi plasma terapeutikVariabel Konsentrasi toksik Plasma >1 × molar utk > 48 jam >1 × molar utk > 48 jam membutuhkan peningkatan dosis penyelamatan leukovorin Sistem saraf pusatKonsentrasi metotreksat SSP terus menerus >10 -8 molar F Dosis < 30 mg/m 2 100% Variabel V (awal) 0,2 L/kg V AUC0,7 L/kg Cl(1,6)(Cl cr ) t 1/1 α a b 3 jam 10 jam fu (fraksi tak terikat/bebas di dalam plasma) 0,5

Untuk mengubah konsentrasi metotreksat dalam satuan mg/L menjadi konsentrasi dalam molar, maka bisa dihitung dengan cara

Konsentrasi plasma terapeutik Hampir semua regimen terapeutik dirancang untuk mencapai konsentrasi di atas 1×10 -7 molar (0,1 mikromolar) selama 48 jam.

Konsentrasi plasma toksik Konsentrasi plasma > 1×10 -7 molar selama 48 jam atau lebih menyebabkan toksisitas metotreksat. Efek toksik metotreksat meliputi mielosupresi, mucositis oral dan GI, serta disfungsi hepatic akut.

Bioavailabilitas (F) Absorpsi oral metotreksat sempurna dan cepat dg puncak konsentrasi terjadi 1-2 setelah dosis <30 mg/m 2. Dosis lebih tinggi, absorpsi metotreksat menurun, dan bioavailabilitas menjadi tidak sempurna. Regimen dosis sedang dan tinggi harus diberikan dg rute parenteral. Dosis rendah (<30 mg/m 2 ) dpt diberikan secara parenteral atau oral.

Volume distribusi (V) Metotreksat menunjukkan volume distribusi plasma awal kira-kira 0,2 L/kg dan suatu volume distribusi lebih besar kedua 0,5-1 L/kg setelah distribusi menyeluruh. Ketika dosis muatan diperlukan, volume distribusi dari 0,2-0,5 L/kg biasanya digunakan. Pasien dg efusi pleura, waktu paruh eliminasi awal tampak normal tetapi fase eliminasi kedua diperpanjang hingga mencapai konsentrasi plasma metotreksat < 1×10 -7.

Klirens (Cl) Klirens metotreksat berkisar dari 1-2 kali klirens kreatinin. Klirens ginjal metotreksat dipengaruhi oleh sejumlah senyawa (missal probenesid). Selain itu, sulfisoksazol dan asam lemah lain dilaporkan mengurangi transport ginjal metotreksat.

Waktu paruh (t 1/2 ) Potensi transpor intraseluler dan klirens ginjal kapasitasnya terbatas, waktu paruh metotreksat ditentukan oleh kedua prubahan volume distribusi dan perubahan klirens. Model kompartemen dua menunjukkan bahwa waktu paruh α awal dari 2-3 jam dan waktu paruh akhir kira-kira 10 jam.

CONTOH SOAL 1 Tn Budi berusia 50 th, berat 60 kg dg serum kreatinin 1 mg/dL. Pasien mempunyai sarcoma osteogenik dan menerima infus metotreksat 24 gram i.v selama 4 jam, diikuti pd 24jam dg leukovorin 20 mg per oral setiap 6 jam sampai kadar metotreksat < 0,05 mikromolar. Hitung konsentrasi metotreksat pada akhir jam ke-4 infusi, 12 jam sesudah akhir infuse dan 48 jam sesudah dimulainua infus (44 jam sesudah berakhirnya infus)

Pembahasan b. Menghitung klirens mettreksat

CONTOH SOAL 2 Tn Agus berusia 61 tahun, beratnya 69 kg (SCr = 1,1 mg/dl), menerima terapi MTX untuk leukimia limfoblastik akut. Regimennya akan terdiri dari dosis muatan MTX 400 mg diberikan selama kira-kira 15 menit, diikuti dg infus 50 mg/jam untuk 36 jam berikutnya. Ia kemudian akan menerima suatu dosis leukovorin 100 mg (50 mg/m 2 ) setiap 6 jam scara iv untuk 4 dosis pertama diikuti 8 dosis melalui oral 20 mg ( ≈ 10 mg/m 2 ) pada interval 6 jam atau sampai konsentrasi MTX < 0,5 x molar. Regimen leukovorin akan dimulai segera sesudah infus MTX yg 36 jam dihenikan dan dijadwalkan untuk diteruskan sampai 72 jam berikutnya, dg dosis terakhir diberi 102 jam sesudah permulaan terapi MTX. Kadar MTX dijadwalkan tercapai 24 jam sesudah permulaan infus 50 mg/jam, pada 48 jam (12 jam sesudah akhir infus 36 jam), dan pada 60 jam (24 jam sesudah akhir infus MTX). Hitung konsenrasi MTX yg diharapkan pd jadwal waktu pengambilan sampel

PEMBAHASAN a. b. c.

d. e. f.

g.h.h. i. Jadi kadar MTX pada 60 jam adalah 0,27 × molar

CONTH SOAL 3 Kadar MTX Tn Imam dilaporkan sebesar 13,5 x molar pada 24 jam; 0,83 x molar pada 48 jam; dan 0,44 x molar pada 60 jam. Bagaimana seorang akan menginterpretasikan masing-masing nilai MTX?

PEMBAHASAN a. b.

c.