SISTEM URANG BANJAR DAN EVOLUSI TEKNOLOGI Oleh : MURJANI E3F213009
LATAR BELAKANG Lahan marjinal, termasuk didalamnya lahan basah, biasanya mempunyai sejarah pemanfaatan tradisional yang panjang Lahan rawa pasang surut telah dimanfaatkan selama berabad-abad oleh penduduk lokal dan pendatang secara cukup berkelanjutan. Ciri- cirinya : Pemanfaatan berganda (multiple use) lahan, vegetasi dan hewan Penerapan teknik budidaya dan varietas tanaman yang secara khusus disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Sistem Urang Banjar (Banjarese System) Sistem pertanian di lahan rawa pasang surut yang dipraktekkan oleh petani Kaimantan Selatan (terutama di kawasan Delta Pulau Petak) oleh beberapa pakar disebut “Sistem Urang Banjar” (Banjarese System) Teknik-teknik canggih dan rendah energi untuk transformasi pertanian yang berhasil pada lahan rawa pasang surut di Kalsel dan Kalteng telah dikembangkan suku asli Banjar dan migran dari Jawa serta suku Bugis dalam pertanian pesisirnya.
Penerapan “sistem urang banjar” biasanya diawali dengan upaya pembukaan (reklamasi) lahan rawa dan pengelolaan air untuk memperbaiki kondisi drainase lahan Untuk itu, ketika membuka hutan rawa, para petani Banjar juga menggali HANDIL dan ANJIR. Handir adl parit irigasi dan drainase yang dibuat mengikuti sungai kecil atau saluran drainase alami yang telah ada, bermuara ke sungai besar. Anjir merupakan saluran/kanal primer yang menghubungkan dua buah sungai besar.
Ketika membuka lahan, petani Banjar memilih suatu alur air kecil yang mengalir ke sungai yang lebih besar, lalu memperlebar dan memperdalamnya. Ketika ujung alur air itu sudah tercapai, merka memperpanjang alur itu menjadi kanal (handil) berdasarkan sistem drainase alami. Dalam waktu 50 tahun handil tersebut terus diperpanjang hingga mencapai jarak 10 km dari sungai. Sekitar 1 Ha hutan dibka untuk pertanaman padi pada suatu waktu. Kanal drainase diperpanjang ke areal persawahan, pohon-pohon ditebang dan dibakar dalam musim kemarau. Kemudian, padi mulai disemai. Setelah 2 tahun (dua kali pertanaman padi) sebuah parit digali di tengah-tengah lahan sawah (=tabukan), yang sejak itu dipenuhi air. Pada tahun ke-3 atau ke-4 petani menanam kelapa di lahan sawah pada sebuah tembokan/tukungan, dengan suatu kanal dangkal (tabukan) diantara setiap baris kelapa. Tabukan diperdalam dan tanah hasil galian itu dipergunakan untuk mempertinggi tembokan/tukungan sehingga akar kelapa tidak tergenang. Seteleh 3-5 thun tukungan itu diupayakan saling bersambung dan membentuk suatu baluran untuk pertanaman tanaman keras, seperti kopi, pisang, dan sayuran di tanam di bawah kelapa.
Ukuran optimum lahan usaha tani per KK adalah 4 Ha kebun kelapa dan 2 Ha padi Pembukaan dan penanaman lahan ini memakan waktu 20 tahun atau lebih, yang mungkin merupakan masa produktif seorang petani dan isterinya. Dibandingkan transmigran yang disponsori pemerintah, sistem padi/kelapa petani Banjar menghasilkan pendapatan lebih tinggi daripada hanya sistem padi yang diterapkan para transmigran. Proyek transmigrasi Purwosari yang disponsori pemerintah terbukti sukses karena para transmigrannya menanam kelapa dan padi mengikuti sistem urang banjar.
Pertanian lahan basah Pertanian lahan basah yg dilakukan oleh suku Banjar di Kalsel dan Kalteng umumnya masih dikelola secara tradisional, mulai dari persemaian benih padi, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama, penyakit dan gulma, pengelolaan air, panen, hingga pasca panen. Alam dan tanda-tanda yang ada dijadikan indikator dan panduan dalam bercocok tanam. Misalnya : tanda permulaan musim menanam padi yang baik adalah bila terdengan bunyi burung ranggang, penampakan bintang di langit (bintang ‘karantina’ / awal juni waktu subuh pkl 5 di Timur dan bintang ‘baur bilah’), merupakan tanda-tanda air datang (musim hujan) Tanah yg baik disebut tanah kepala tanah yg gemuk, tua dan tebal dan lapisan di bawah tanah pengalirah air berupa tanah liat agar sawah lekas kering tdk selalu terendam (ti-is kada merandam banyunya). Tanah yng subur disebut “tanah dingin” (ciri : lambiding, bilaran, kesisap, pipisangan), sendagkan tanah yg kurang baik disebut “tanah panas” (diri: bindrang, perupuk, purun tikus, kumpai miang dan haharan).
Evolusi Teknologi Dalam reklamasi dilahan rawa pasang surut terjadi semacam evolusi teknologi Sistem rakyat (sistem handil) terbatas umumnya hanya menjangkau sejauh 5 km dari tepi sungai (ekuivalen daerah pertanian 40 Ha) Sistem polder dikembangkan pada lahan lebak (berupa pembangunan tanggul buatan disekeliling lahan sejajar dengan tanggul sungai). Mis : polder Alabio (6rb Ha). Rentan masalah sosial Sistem kanalisasi/sistem anjir (Tidal Swamp Canalization) anjuran Ir. P.M. Noor, membuat saluraninduk menghubungkan dua sungai besar (Barito dan S. P. Petak anjir Talaran; S. Barito dan S. Kapuas Murung Anjir tamban dan Anjir Serapat)
Sistem Garpu dikembangkan UGM merupakan penyempurnaan sistem rakyat. Tdd 1 sal induk (primer) berfungsi sbg sal pemberi dan pembuang berhub dg sungai besar, kmd bercabang 2/3 sbg sal sekunder. Pada tiap ujung cabang sal sekunder tdpt kolam pasang berukuran 300 x 300 x 1 m. Cth : Barambai, Tabunganen, Tatas Sistem sisir dikembangkan ITB, peningktan sistem rakyat dan sistem kanal. Sal pemberi dan pembuang dipisahkan, serta sal utk transportasi juga mulai dipisahkan. Dipasang pintu2 klep otomatis (aero flape gate). Diujung kanal dibuat kolam pasang/penampung.
Sistem Polder
Sistem kanal
Sistem garpu dan sistem sisir
Terimakasih