Membangun Komunitas Dialogal

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Sabda Kehidupan Sabda Kehidupan Agustus 2012 Agustus 2012.
Advertisements

TOLERANSI DALAM BERAGAMA
SabdaKehidupan Desember 2008 “Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lc 22:42)
Juni 2009 SabdaKehidupan “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,
PANCASILA SEBAGAI DASAR CIVIL RELIGION
KATEKESE ANALISIS SOSIAL
FUNGSI DAN PERAN AGAMA DALAM MASYARAKAT
URGENSI PLURALISME Untuk mengawali pembicaraan ini, kiranya perlu lebih dahulu dimengerti pembedaan antara « pluralisme » dalam arti ilmiah (teologi agama-agama)
PLURALISME CALIADI, SH.MH.
KERUKUNAN HIDUP ANTARA UMAT BERAGAMA
Menalar Tuhan Kelompok 1.
Kepentingan Wahyu Bagi Kehidupan Gereja Wahyu 1:1-3 Oleh :
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Oleh : Lilik Musdalifah, s.pD
Oleh: Pdt. Yohanes Bambang Mulyono
Pertemuan 8 KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN.
KATEKESE UMAT PENGANTAR L. Atrik Wibawa
AKSI PUASA PEMBANGUNAN (APP) 2012 DIPERSATUKAN DALAM EKARISTI, DIUTUS UNTUK BERBAGI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA.
Miftachul Choiriyah. Motivasi sebagai Substansi Kehidupan Motivasi adalah Kristalisasi formula-formula visi, misi serta orientasi yang terpadu dan terintegrasi.
MAKNA SILA-SILA PANCASILA
SELAMAT DATANG DIKLAT TOT DD/CT DI LPMP SULTENG DYAH SRIWILUJENG.
Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)
SIAPAKAH YESUS KRISTUS?
K V: HAMBATAN KOMUNIKASI MASSA
Oleh : Achmad Farisi Aziz, M.Pd.I
PRESENTASI OLEH : Pdm. Romi Lie., S.Th. Tanggal : 23 September 2016
AGAMA KATOLIK Drs. A.P. Oenarto M.
Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme
Spiritual Growth vs Spiritual Abuse
LOKAKARYA EKUMENIS PEMUDA GKI 2016
Maria Angelia Christine, Simangunsong, S,Th, M.Pd.k
Pemahaman Agama : Etimologis & Teologis
Budaya Politik.
Personality Development
Pokok Bahasan IV TOLERANSI BERAGAMA
Pendidikan kewarganegaraan dan hukum
X MIA 1 dan X MIA 2 SEMESTER GANJIL
Bab III MORALITAS.
GEREJA YANG KONTEKSTUAL
Kerukunan Antar Umat Beragama
Mata Kuliah Islam dan Budaya Jawa Jurusan PAI STIT Muh. Wates
Tanggung jawab Hidup Baru
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PETA KONSEP : TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN
PERSPEKTIF TEOLOGIS KATOLIK DALAM PERAN SOSIAL KEMASYARAKATANNYA
Kerukunan Antar Umat Beragama
Ketrampilan Keguruan Islam.
KONSEP ETIKA DAN ETIKET
METODOLOGI AGAMA ISLAM
Beriman dan Beragama.
MENINGKATKAN KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
M. Irvan pratama NABIL MUMTAZ
URGENSI PLURALISME.
KEHIDUPAN KRISTEN Lesson 13 for December 30, 2017.
Agama Etimologi: Agama berasal dari bahasa sankskerta. [a = tidak; gama = kacau] artinya tidak kacau; atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai.
TOLERANSI SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
PERTANYAAN FUNDAMENTAL: Bagaimana saya harus hidup dan bertindak???
Macam-macam Dataran Dialog dan Tranformasi
BAB VII YESUS, SAHABAT, TOKOH IDOLA, PUTRA ALLAH DAN JURUSELAMAT
PLURALISME DALAM ISLAM
MODUL IMAN KRISTEN (Tahap BERSEMI) “Mengenal Pengakuan Gereja Toraja”
TUJUAN PEMBELAJARAN :  DAPAT MENYEBUTKAN AGAMA-AGAMA YANG ADA DI INDONESIA.  DAPAT MENYEBUTKAN NAMA TEMPAT IBADAH MASING-MASING AGAMA TERSEBUT.  DAPAT.
Injil Dari Patmos Lesson 1 for January 5, 2019.
NORMA SOSIAL. PENGERTIAN NORMA SOSIAL Norma merupakan perwujudan atau aplikasi dari nilai- nilai yang dianut oleh suatu masyarakat Contoh : Dalam rumah.
KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA
IKLIM KOMUNIKASI : Dasar Hubungan Personal
KELUARGA - KELUARGA BERIMAN
PLURALITAS KEAGAMAAN DI INDONESIA Jurnal Teologi “Gema” No 47/1994, UKDW.
HUBUNGAN HUKUM ISLAM DG AGAMA ISLAM. Pendahuluan Sebelum masuknya hukum Islam, rakyat Indonesia menganut hukum adat yang bermacam-macam sistemnya dan.
Kasus penyimpangan pancasila sila pertama Disusun oleh: Adi Prasetyo (K ) Agung Nugroho (K ) Alvian Novitasari (K ) Andysty Andryaningrum.
Transcript presentasi:

Membangun Komunitas Dialogal Adanya macam-macam agama dan iman kepercayaan di dunia kita adalah suatu kenyataan. Berhadapan dengan kenyataan tersebut, setiap orang dan umat beriman disapa untuk mengambil sikap. Dewasa ini semakin jelas arus pemahaman dan sikap yang menegaskan bahwa agama mempunyai makna dalam kehidupan bermasyarakat. Sekularisme tanpa agama ditolak. Begitu pula hrs ditolak mental ghetto, komunalisme, primordialisme maupun fundalisme agresif.

Perjumpaan antar Umat Beriman dalam kenyataan pluralisme religius Paradigma Pluralis Dialogal Pendekatan yang dipilih adalah paradigma pluralis dialogal, bukan apriori-konseptual, bukan pula komparatif-evaluatif. Pendekatan dialogal mengakui pluralisme sekaligus menganggap dialog sebagai suatu penting, bahkan suatu keharusan. Pendekatan ini menghargai dan menempatkan yang lain dari perspektif saya, dan menempatkan saya dalam kehadiran yang lain. Mendekati hubungan antar umat beriman dan umat beragama secara dialogal berarti mendekati dari bawah, yakni dari agama sebagai gejala sosial, sebagai umat beragama.

Empat Macam Paradigma Untuk memperjelas paradigma dialogal yang dipilih di sini baiklah dikemukakan tiga macam paradigmata lainnya (bdk. Amaladoss 1989; D’Costa 1986; Knitter 1985; Race 1983).

1. Paradigma Eksklusif(is) Menurut kerangka berpikir ini orang tidak akan diselamatkan kecuali kalau mengakui iman yang saya akui, kecuali memeluk agama yang saya peluk. Agama-agama lain barangkali mempunyai banyak hal baik, tetapi agama-agama lain tidak menjadi mediasi keselamatan. Hanyalah agama saya yang menjadi mediasi keselamatan. Kalau paradigma ini dikenakan dalam agama Kristen, maka hanyalah dalam agama Kristen, hanyalah dalam Gereja ada keselamatan, di luar Gereja tidak ada keselamatan.

Evaluasi Kritis Paradigma eksklusifis ini tidak dapat diterima, karena bersikap negatif terhadap atau bahkan merendahkan agama-agama lain yang tidak saya peluk. Kecuali itu, paradigma ekslusifis tidak melihat kenyataan, bahwa umat beragama bagaimanapun juga adalah kenyataan manusiawi dan karena itu terbatas. Paradigma ini secara jelas ditolak oleh Vatikan II.

2. Paradigma Inklusif(is) Paradigma inklusifis menerima kemungkinan adanya pewahyuan dalam agama-agama lain, yang juga menjadi mediasi keselamatan bagi mereka yang memeluknya. Namun akhirnya keselamatan yang mereka terima entah bagaimana juga melalui unsur yang menentukan dalam agama saya. Kalau paradigma inklusifis ini dikenakan dalam agama Kristen, maka berarti bahwa orang-orang beragama lain juga akan diselamatkan, yakni melalui Yesus Kristus, juga kalau mereka tidak menyadari atau tidak mengakui hal itu.

Evaluasi Kritis Pandangan inklusifis ini barangkali merupakan pandangan yang agak umum dan menampakkan sikap simpatik merangkul yang lain. Namun jawaban yang diberikan bersifat apriori-normatif. Jawaban demikian ini meskipun menaruh simpati terhadap agama-agama lain toh kurang menempatkan agama lain sebagaimana dialami dan dipeluk oleh bersangkutan dengan kategori-kategori yang ada dalam agama tersebut. Maka sebagai paradigma hubungan antar umat beragama yang kurang operasional, kurang tegas membuka kemungkinan bahwa melalui pertemuan antar umat beriman, yang satu dapat diperkaya oleh yang lain.

3. Paradigma Pluralis Indiferen Semua agama dengan cara masing-masing menempuh jalan keselamatan menuju Yang Mutlak, the ultimate, menuju Allah. Demikianlah Yesus Kristus adalah jalan keselamatan bagi orang-orang Kristen, Al-Qur’an bagi para pemeluk agama Islam, Budha bagi para pemeluk agama Budha, Krisna atau Rama bagi para pemeluk agama Hindu dan sebagainya. Paradigma ini dapat dikatakan merupakan suatu pengakuan yang bersifat theosentris, dalam arti bahwa bagaimanapun juga agama-agama itu melalui jalannya masing-masing toh sedang menuju kepada Yang Mutlak, menuju Allah yang sama.

Evaluasi Kritis Paradigma ini tampak sangat terbuka, namun sekaligus tidak cukup serius terhadap agama. Orang bersikap indiferen dan mengatakan bahwa semua agama sebenarnya sama saja. Perbedaan-perbedaan, bahkan barangkali pertentangan visi dan orientasi antara agama-agama yang satu dengan yang lain tidak dperlakukan sewajarnya. Pluralisme agama hanyalah dipandang semacam varian dari banyak ekspresi yang berbeda mengenai kenyataan atau pengalaman yang sama.

4. Paradigma Pluralis Dialogal. Paradigma ini mengakui kenyataan pluralisme iman dan agama. Paradigma ini jelas menolak paradigma ekslusifis, dan dapat dikatakan berada di antara paradigma inklusifis dan plluralis indeferen. Memang paradigma pluralis, tetapi tidak indiferen. Saya meyakini bahwa agama dan iman saya sekarang ini adalah yang paling dapat saya pertanggungjawabkan dan karena itu saya anut dengan sepenuh hati. Kekhasan masing-masing agama dan iman diakui, sekaligus masing-masing melalui dialog dapat menyumbangkan kekayaannya.

Berhadapan dengan umat beragama dan beriman lain Berhadapan dengan umat beragama dan beriman lain kita mendengarkan, membiarkan diri disapa oleh iman dan kehidupan mereka. Kita berusaha mengerti dan memahami dan bersedia diperkaya oleh mereka. Kita sanggup secara jujur terbuka dan berbagi kekayaan agama dan iman kita, kita bersedia memperkaya agama dan iman lain. Dalam dialog kita tidak membuat perbandingan dan evaluasi mana yang benar, mana yang salah. Kita menempatkan umat beragama dan beriman lain dari perspektif agama dan iman kita. Kita menghormati jatidiri mereka tanpa mereduksi mereka pada agama dan iman kita, tanpa melebur satu sama lain.

Evaluasi Kritis Paradigma ini mengambil serius baik agama dan iman saya maupun agama dan iman lain, dan dengan demikian terbukalah kemungkinan optimal untuk dialog dan saling memperkaya. Di tengah-tengah pluralisme religius yang berhubungan satu sama lain secara dialogal dan sikap serta jatidiri masing-masing dapat diungkapkan dan diperkembangkan.

Yang Perlu Diperhatikan Paradigma ini tidak hanya baik demi kerukunan antar umat beriman dan beragama dalam mengatur kehidupan bersama dan menjalankan aksi bersama. Juga baik demi keseluruhan penghayatan agama dan iman yang lebih mendalam dan bertanggungjawab. Melalui paradigma pluralis dialogal dapat diusahakan perjumpaan visi dan orientasi yang hidup di antara umat beragama dan umat beriman, dapat ditemukan daratan-daratan dialog dan transformasi yang mungkin diperkembangkan. Keuntungan dari pendekatan ini semoga menjadi semakin jelas dalam pembicaraan selanjutnya.