Pendidikan Karakter dan IPTEK mewujudkan SDG’s 2030 Wasis Universitas Negeri Surabaya wasis@unesa.ac.id
Apa itu merupakan agenda pembangunan dunia yang memiliki 17 tujuan bersifat global dan dapat diterapkan secara universal oleh semua negara disepakati berbagai negara melalui resolusi PBB pada tanggal 21 Oktober 2015, diimplementasikan secara terpadu dengan mempertimbangkan prioritas setiap negara hingga tahun 2030
17 TUJUAN PENGENTASAN KEMISKINAN BEBAS KELAPARAN SEHAT DAN SEJAHTERA PENDIDIKAN BERKUALITAS PERSAMAAN GENDER SANITASI & AIR BERSIH ENERGI RAMAH & TERJANGKAU PEKERJAAN LAYAK & PERTUMBUHAN EKONOMI INDUSTRI, INOVASI, DAN INFRASTRUKTUR MENGURANGI KETIMPANGAN
17 TUJUAN MEMELIHARA LAUTAN MEMELIHARA DARATAN KEBERKELANJUTAN KOTA & KOMUNITAS PRODUKSI & KONSUMSI YG BERTANGGUNG JAWAB PENANGANAN IKLIM MEMELIHARA LAUTAN MEMELIHARA DARATAN PERDAMAIAN, KEADILAN, DAN PENGUATAN INSTITUSI KERJASAMA MENCAPAI TUJUAN
Komitmen Indonesia Perpres Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia hingga tahun 2030, adalah untuk menjaga: peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, kualitas lingkungan hidup dan pembangunan yang inklusif, serta terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Prioritas Indonesia dalam bidang pendidikan (SDG’s 4): memperluas akses pendidikan berkualitas menciptakan persamaan dalam layanan pendidikan menumbuhkan literasi dan numerasi
Mengapa pendidikan berkualitas penting?
KEUNGGULAN SUATU NEGARA FAKTOR PENENTU KEUNGGULAN SUATU NEGARA Faktor Peranan (%) Innovation 45 Networking 25 Technology 20 Natural resources 10 Sumber: Hasil Evaluasi Bank Dunia (1995) thd 150 negara
Bagaimana kharakteristik pendidikan berkualitas abad ini?
Tuntutan Abad XXI Berpengetahuan saja tidak cukup, harus dilengkapi: Keterampilan belajar dan Berinovasi • Kreatif dan inovatif • Berfikir kritis • Komunikasi dan kolaborasi Kecakapan Hidup • Adaptif dan fleksibel • Berinisiatif dan mandiri • Kecakapan sosial dan budaya • Produktif dan akuntabel • Kepemimpinan & tanggung jawab Literasi Media dan IT • Melek informasi • Melek media • Melek teknologi Berpengetahuan saja tidak cukup, harus dilengkapi: 4C (Creative, Critical, Comunicative, Collaborative) skills Literasi Kecakapan hidup Sumber: 21st Century Skills, Education, Competitiveness. Partnership for 21st Century, 2008
HoTs + PREDICTIVE POWER COMMUNICATION & COLLABORATION GENERIC SKILLS PROBLEMS SEARCHING RELATED INFORMATION LOGICALLY INFORMATION ANALYZING CRITICALLY FINDING ALTERNATIVES PROBLEM SOLVING CREATIVELY CHOOSING THE WISE ALTERNATIVE IMPLEMENTING THE CHOSEN WAY COMMUNICATION & COLLABORATION + PREDICTIVE POWER HoTs
Apakah pendidikan kita sudah berada di jalan yang benar?
LEVEL 6 (Sarjana S1 dan D4) Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahliannya, dan mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesialis dan mendalam di bidang-bidang tertentu, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural. Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi dan data, dan memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.
Kharakteristik lulusan S1, mampu: menguasai dan mendalami konsep memanfaatkan IPTEK beradaptasi terhadap situasi mengambil keputusan berdasarkan analisis informasi dan data memecahkan masalah bertanggungjawab dan diberi tanggungjawab
Bagaimana pembelajaran Fisika melatihkan pemecahan masalah?
Fisika menjadi tidak disukai Teaching vs Learning: Changing Perspectives on Problem Solving in Physics Instruction William J. Gerace & Ian D. Beatty: An invited talk at the 9th Common Conference of the Cyprus Physics Association and Greek Physics Association: Feb 4-6 2005. Problem solving dangkal dan sempit sering diarahkan hanya untuk menghitung kuantitas fisis dengan menerapkan satu definisi, persamaan, atau prosedur simplistic & disconnected penuh penyederhanaan, sering artifisial, dan tidak dikaitkan dengan keadaan dunia nyata Tahapan strategi penyelesaian masalah Polya (1945) direduksi menjadi tahapan menjawab soal: Diketahui : Ditanya : Jawab : Fisika menjadi tidak disukai Banyak rumusnya Hafal rumus, belum tentu bisa menjawab soal fisika
Hukum Pascal F1 = ? Bagaimana injakan kaki yang perlahan dapat menghentikan laju mobil? Mengapa dapat terjadi rem blong?
pendidikan karakter diharapkan tidak terjebak hanya pada ranah kognitif, tidak terbatas pada konteks kesantunan, tetapi mampu menumbuhkan kepenasaran intelektual untuk mengembangkan keilmuan dan menciptakan prestasi. (kutipan Sambutan Mendiknas, 2011)
Modal utama pendidikan karakter adalah kearifan lokal Modal utama pendidikan karakter adalah kearifan lokal. Kearifan lokal mengajarkan siswa menjadi manusia yang baik. Tangan, otak, dan hati harus seimbang. Kurikulum Finlandia berbasis 4C: communication, collaboration, critical thinking, & creativity. Kearifan lokal Indonesia sudah kaya, hanya perlu digali agar seimbang dengan pengetahuan dan kreativitas. Allan Schneitzs, Atase Budaya dan Pendidikan Finlandia, Januari 2018
Terima kasih