Oleh Dhindayanti Putri Fhany Aprilia Rezky Okabe Attributions: Explaining the Causes of Performance and Contest Outcomes Oleh Dhindayanti Putri Fhany Aprilia Rezky Okabe
Theoritical Basis Kausal pelatih, pemain, orang tua, penonton dan media yang berspekulasi mengenai pertandingan. (Bernard & koleganya) melihat kesuksesan dalam 4 kategori : ability, task difficulty, effort and luck. (Weiner, 1985-86) Causal Attribution. Ada 4 penjelasan yang dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu stability & locus of control.
Stability Merupakan fungsi dari perubahan atribusi dari satu situasi pada situasi lain. Faktor yang stabil : ability & task difficulty Faktor yang tidak stabil : effort & luck
Locus of Control Dipopulerkan oleh (Rotter, 1966), untuk menjelaskan apakah seseorang : Bertanggung jawab atas performanya/kinerjanya Diperkuat dari hasil kinerja Questioner Design (two person category) : Internal (percaya bahwa skill yang dimiliki beratribusi) External (pengalaman menang jadi atribusi)
Weiner’s Attribution Model Weiner (1985) menambah satu dimensi kedalam modelnya “controllability”
Weiner’s Attribution Model Locus of Causality, performa dari diri sendiri atau luar. Stability perubahan relatif yang menyebabkan overtime. Control disebabkan kontrol performer atau dikontrol orang lain.
Weiner’s Attribution Model
Changing Locus of Causality Locus of Causality is… persepsi seseorang apakah penyebab kesuksesan mereka di tugas internal (karena faktor pribadi, seperti usaha dan kemampuan) atau eksternal (karena faktor eksternal, seperti keberuntungan atau kebetulan); Locus of control ada dua yaitu internal dan external. Terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi munculnya locus of causality. (lingkungan, jam terbang/pengalaman, tugas bermakna, dan informasi yang dipercaya) Peneliti percaya bahwa locus of causality tidak dapat berubah. Namun pandangan lain menilai bahwa seseorang mungkin melakukan penguasaan terhadap lingkungan denga cara yg berbeda pada situasi yang berbeda.
Video
Attribution and skilled athlete Atribusi di dasari oleh empat kategori (Weiner) Ability Attributes Effort Attributes Difficulty task Luck Attributes
Reducing LH: Attribution Retraining Learned Helplessness Defines Learned Helplessnes Reducing LH: Attribution Retraining Anshel (1991) menjelaskan bahwa learned helplessnes adalah kondisi deskriptif individu yang menunjukkan pola prestasi maldaptif, seperti menghindari tugas yang menantang, rendahnya ketekunan dalam menghadapi rintangan, dan kepuasan yang rendah saat menghadapi kondisi kegagalan. Program Attribution Retraining digunakan untuk mengembakan atribusi yang lebih tepat agar infividu dapat berpikir secara positif dan berorientasi pada masa depan. Sehingga tidak muncul perilaku defisit (perilaku yang diharapkan dapat dimunculkan oleh atlet tetapi tidak muncul).
Learned Helplessness Treatments “Helplessness” for Children Characteristics “Helpless Individuals” Satu kelompok diberikan penguatan konstan unt mengembangkan kepercayaan diri dan mengatasi reaksi negatif terhadap kegagalan Kelompok lain menerima upaya pelatihan atribusi yang berhubungan dengan keberhasilan atau kegagalan mereka atas usaha sendiri. Kurang bertahan, mundur lebih dahulu Kurangnya kemampuan Memandang diri mereka sebagai kegagalan konsisten Memandang bahwa upaya lbh besar dapat menghasilkan keberhasilan Cenderung tidak mengambil resiko kegagalan
Attributions and Helplessness: The Coach’s Role McAuley (dalam Anshel, 2003) menjelaskan bahwa terdapat 3 rekomendasi tentang pengaruh atribusi pada emosi: Atlet peduli terhadap kinerja mereka baik keberhsilan atau kegagalan Hasil yang sukses memperoleh respon emosional yang lebih intens Bertanggung jawab terhadap reaksi emosional yang dikeluarkan atlet.
SUMMARY