Pemeriksaan fisik dan diagnostik maksilofasial Laras Puspita Ningrum Pembimbing : dr. Sitti Rizaliyana SpBP-RE(K)
pendahuluan Trauma maksilofasial sekitar 6% dari seluruh trauma Terbanyak pada laki-laki usia produktif (21-30 tahun) 56% trauma maksilofasial disertai cidera lainnya
Etiologi Kecelakaan lalu lintas Kecelakaan kerja Perkelahian
anatomi
Primary survey Airway Breathing Circulation Disability Exposure
Secondary survey Anamnesa : Mekasisme injury Waktu injury Tingkat kesadaran Trauma lainnya Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Inspeksi : Laserasi, contusio, abrasi, vulnus, asimetris, edema Mata : Subconjunctival hemorrage, hematom periorbita, pemeriksaan visus, gerak bola mata, diplopia Depress frontonasal, deviasi septum nasi Malar edem, malar depress Bloody rhinorrhea, bloody otorrhea Intraoral : perdarahan aktif, maloklusi, avulsi gigi
inspeksi
Pemeriksaan mata Pemeriksaan visus
Pemeriksaan gerak bola mata
Pemeriksaan intraoral
Palpasi : - nyeri - krepitasi - step off - hipoesthesia
palpasi
Maxilla Le Fort I
Maxilla Le Fort II
Maxilla Le Fort III
Pemeriksaan penunjang Skull AP projetion
Skull Lateral Projection
Waters view
CT Scan kepala axial
CT Scan kepala coronal
CT Scan kepala 3D
Kesimpulan Lakukan pemeriksaan secara holistic Waspadai cidera lain yang menyertai Pemeriksaan maxillofasial dilakukan secara sistematis dan teliti
Daftar pustaka D.J David ,craniomaxilofacial trauma.south australia.:churchill livingstone.1995.p159-173 Seth R. Thaller, Craniofacial surgery .newyork 2007.p7 Stephen J Mathes The Head and Neck part 2. Volume III California; 2006 p 77 Thorne C,Editors.Grabb and Smith’s Plastic Surgery. 6thedition. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins;2007 p 315 Torsten B. Moeller, MDPocket Atlas of Sectional AnatomyComputed Tomography and Magnetic Resonance Imaging Volume I Head and Neck:newyork.2007