Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Oleh: Viktor Pirmana
DISTRIBUSI PENDAPATAN Distribusi pendapatan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan kemiskinan karena cakupannya tidak hanya menganalisa populasi yang berada dibawah garis kemiskinan Masalah utama dalam distribusi pendapatan sebuah daerah adalah ketidakmerataan pendapatan antar kelompok masyarakat dalam daerah tersebut, oleh karenanya sering juga disebut tingkat ketidakmerataan atau kesenjangan (inequality)
Penyebab Kesenjangan Perbedaan dalam hal kepemilikan faktor-faktor produksi terutama stok modal (capital stock) antar kelompok masyarakat. Ketidaksempurnaan Mekanime Pasar (Market Failure) yang menyebabkan tidak terjadinya mekanisme persaingan sempurna
Penggolongan Distribusi Pendapatan 1. Distribusi Antar Golongan Pendapatan (personal size distribution of Income) Distribusi ini ingin melihat penyebaran pendapatan diantara kelas pendapatan tertentu. Bila penyebaran lbh besar pada golongan pendapatan tinggi maka: Lebih banyak barang mewah yang diproduksi dibandingkan barang kebutuhan pokok. Produksi barang-barang konsumsi dengan import content yang tinggi Produksi bersifat capital intensive sehingga tidak menyerap tenaga kerja
Dasar-Dasar Indikator-Indikator Distribusi Pendapatan Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total pendapatan selama jangka waktu tertentu.
Kurva Lorenz % kumulatif pendapatan 0 P X % kumulatif Penduduk P
Kurva Lorenz Garis diagonal merupakan garis yang menunjukkan keadaan pemerataan pendapatan yang sempurna (perfect equality) dalam distribusi pendapatan. Dilain pihak, kurva Lorenz menunjukkan deviasi dari suatu kondisi pemerataan sempurna kepada arah ketidakmerataan. Semakin jauh jarak kurva lorenz dari garis diagonal, maka tingkat pemerataan pendapatan semakin timpang (tidak merata distribusi pendapatannya.
Koefisien Gini Ratio Koefisien Gini merupakan formula yang menghitung rasio luas bidang antara garis diagonal (perfect equality) dan kurva lorenz. Jika angka koefisien Gini mendekati 0, maka distribusi pendapatan semakin merata, sebaliknya bila mendekati angka 1, maka distribusi pendapatan semakin tidak merata. Secara lebih lengkap, kriteria penilaian koefisien Gini ratio adalah sbb: 1. Gini ratio < 0,4 tingkat ketimpangan rendah 2. 0,4 < Gini ratio < 0,5 tingkat ketimpangan moderat 3. Gini ratio > 0,5 tingkat ketimpangan tinggi.
Distribusi Fungsional Pendapatan (Functional Distribution of Income) Menunjukkan perubahan share bagian pendapatan dari kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, misalnya distribusi pendapatan antara pemilik modal dan pekerja. 1. untuk kelompok yang berbeda bisa terjadi jarak.gap yang terlalu jauh meskipun dalam jenis industri yang sama 2. pada prakteknya lebih banyak mempersoalkan persentase penghasilan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha atau faktor produksi yang terpisah secara individual 3. Relevansi teori fungsional menjadi kurang tajam karena tidak memperhitungkan pentingnya peranan-peranan diluar pasar (faktor-faktor non-ekonomis)
Distribusi Pendapatan Menurut pendekatan Bank Dunia Bila kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya lebih kecil daripada 12% dari keseluruhan pengeluaran pengeluaran maka dikategorikan bahwa daerah tersebut berada pada tingkat ketimpangan yang tinggi Bila kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya berada antara 12% s.d. 17% dari keseluruhan pengeluaran pengeluaran maka dikategorikan bahwa daerah tersebut berada pada tingkat ketimpangan yang moderat Bila kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya lebih kecil daripada 17% dari keseluruhan pengeluaran pengeluaran maka dikategorikan bahwa daerah tersebut berada pada tingkat ketimpangan yang rendah
Distribusi Pendapatan Antar Daerah Perbedaan kepemilikan dalam hal sumber daya alam juga menyebabkan perubahan distribusi antar daerah. Indeks yang biasa digunakan dalam distribusi aantar daerah ini adalah Williamson Index. Dimana: Y i = PDRB/Kapita pada propinsi i Y* = PDRB/Kapita nasional f i = penduduk propinsi i N = Jumlah total penduduk nasional
Distribusi Pendapatan Antar Daerah Indeks Williamson ini menggambarkan 2 hal: 1. Disparitas ekonomi antar daerah akan berkurang seiring dengan meningkatnya laju perekonomia nasional 2. Disparitas pendapatan antar daerah di negara berkembang akan lebih tinggi dibandingkan negara maju dikarenakan 3 hal: a. Migrasi tenaga kerja b. Migrasi modal (capital) c. Keterkaitan antar daerah d. Kebijakan ekonomi
Indikator-Indikator Distribusi Pendapatan Coefficient of Variation (CV) dan Standard Deviation of Log of Income (STLI). CV or STLI = 1 maka tidak terdapat kesenjangan (dengan asumsi nilai rata-rata income sama dengan median income – pendapatan memiliki distribusi normal dalam penyebarannya).
Kriteria-kriteria bagi sebuah ukuran kesenjangan yang baik misalnya: Tidak tergantung pada nilai rata-rata (mean independence). Ini berarti bahwa jika semua pendapatan bertambah dua kali lipat, ukuran kesenjangan seharusnya tidak berubah. Koefisien Gini memenuhi syarat ini. Tidak tergantung jumlah populasi (population size independence). Jika populasi berubah, ukuran kesenjangan seharusnya tidak berubah, jika kondisi lain tetap (ceteris paribus). Koefisien Gini juga memenuhi syarat ini. Simetris. Jika antar populasi bertukat tempat tingkat pendapatannya, seharusnya tidak akan ada perubahan dalam ukuran kesenjangan. Koefisien Gini juga memenuhi kriteria ini. Sensitivitas Transfer Pigou-Dalton. Dalam kriteria ini, transfer pendapatan dari si kaya ke si miskin akan menurunkan kesenjangan. Gini juga memenuhi kriteria ini.
Indeks Gini (GI) dimana: GI = Indeks Gini Pi = Proporsi kumulatif dari penerima pendapatan i Yi = Proporsi kumulatif pendapatan individu i n = Jumlah observasi
Kriteria Lain Dapat didekomposisi. Hal ini berarti bahwa kesenjangan dapat didekomposisi (dipecah) menurut kelompok populasi atau sumber pendapatan atau dalam dimensi lain. Indeks Gini tidak dapat didekomposisi atau tidak bersifat aditif antar kelompok. Yakni nilai total koefisien Gini dari suatu masyarakat tidak sama dengan jumlah nilai indeks Gini dari sub-kelompok masyarakat (sub-group). Dapat diuji secara statistik
Indeks Theil (TI) Dimana TI = Theil Index y i = pendapatan individu i = rata-rata pendapatan, N = jumlah populasi
Indeks Theil (TI) Bagian kesatu dalam rumus total adalah share pendapatan individu terhadap total pendapatan, term kedua adalah pendapatan individu relatif terhadap nilai rata-rata pendapatan. Bila Semua orang mempunyai pendapatan rata-rata yang sama, maka TI = 0, Bila hanya ada satu orang menguasai seluruh pendapatan maka TI = lnN. Karenanya Theil index adalah jumlah tertimbang dari kesenjangan dalam sub-kelompok. Sebagai contoh, kesenjangan di daerah Propinsi jawa Barat adalah jumlah dari semua kesenjangan tertimbang kabupaten/kota di Jawa Barat ditimbang dengan pendapatan kabupaten/kota relatif terhadap total pendapatan Jawa Barat.
Atkinson Indeks (AI) dimana: AI = Indeks Atkinson n = n i ni = Jumlah rumah tangga i yj = Pendapatan rumah tangga per kapita i e = parameter
KEMISKINAN Definisi Bank Dunia tahun 2000 adalah suatu kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup layak manusia yang dapat bebentuk fisik dan sosial. Kekurangan fisik meliputi ketidakcukupan dalam memenuhi kebutuhan dasar materi dan biologis (basic material and biological needs), termasuk kekurangan dalam hal nutrisi, kesehatan, pendidikan dan perumahan. Seseorang dikategorikan miskin apabila mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut secara layak/standard. Dilain pihak, ketidakcukupan sosial meliputi hal-hal yang lebih luas, yaitu adanya resiko kehidupan, kondisi ketergantungan, ketidakberdayaan dan kepercayaan diri yang kurang.
Mengapa Harus Mengukur Tingkat Kemiskinan a. Untuk Mempertahankan Keperdulian pada si Miskin dalam Agenda Pembangunan Ekonomi serta Agenda Politis b. Untuk Penetapan Sasaran Intervensi Domestik maupun International c. Untuk memonitor dan Mengevaluasi Program/Proyek dan Intervensi Kebijakan anti Kemiskinan d. Untuk Mengevaluasi Keefektivan Sebuah Lembaga yang Fungsinya Berkaitan dengan Kebijakan anti Kemiskinan
Pendekatan-Pendekatan Tentang Kemiskinan 1 Garis Kemiskinan (Poverty Line) Konsumsi/pengeluaran minimum yang diperlukan utuk mencapai setidaknya tingkat kebutuhan minimum given satu tingkat harga tertentu dan karakteristik demografi sebuah rumah tangga: 1. Menghitung garis kemiskinan untuk masing-masing kelompok rumah tangga dan membandingkannya satu sama lain guna memperoleh perbedaan harga yang masing-masing rumah tangga hadapi dan juga komposisi demografisnya. 2. Membangun satu per capita poverty line untuk semua individu namun menyesuaikan per capita income masing-masing individu untuk perbedaan harga dan komposisi rumah tangga Per capita income yang telah disesuaikan lalu dibandingkan dengan satu tingkat poverty line untuk menentukan apakah individu tersebut berada di atas atau dibawah poverty line
Pendekatan-Pendekatan Tentang Kemiskinan 2 Kemiskinan Absolut Kemiskinan adalah ketidak mampuan penduduk untuk memenuhi standar hidup layak/minimum tertentu. Penentuan standar dengan pendekatan ini mengundang perdebatan panjang karena kebutuhan dasar dari setiap orang dan setiap negara adalah berbeda-beda, tidak ada standar yang jelas dan tegas dalam hal ini. Kelemahan (i) siapa yang seharusnya menentukan kebutuhan dasar setiap individu; (ii) Dasar apa yang digunakan dalam menentukan kebutuhan dasar setiap individu. (iii) Terlalu bias pada aspek ekonomi, karena kemiskinan memiliki dimensi yang luas dari hanya sekedar ekonomi, namun juga sosial, budaya dll.
Pendekatan-Pendekatan Tentang Kemiskinan 3 Kemiskinan Relatif (World Bank) Seseorang dikatakan miskin jika pendapatan yang dimiliki kurang dari rata-rata pendapatan seluruh populasi. Kita tidak hanya melihat kemiskinan dari pemenuhan kebutuhan dasar saja tatapi juga melihat distribusi pendapatan dalam masyarakat. Kelemahan: (i) dengan menganggap bahwa seperlimakelompok pendapatan terendah sebagai miskin (40%) maka dari tahun ke tahun penduduk miskin tidaklah berkurang ; (ii) pendekatan relatif tidak melihat bagaimana kondisi atau kualitas hidup dari 40% penduduk termiskin tersebut
Pendekatan-pendekatan Tentang Kemiskinan 4 Human Development Index (HDI) dan Physical Quality of Life Index (PQLI) HDI = indeks komposit dengan 3 komponen penghitungannya yaitu Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan dan Tingkat Daya Beli Masyarakat; PQLI = indeks komposit dengan komponen Usia Harapan Hidup, Tingkat Kematian Bayi dibawah usia 1 tahun dari bayi yang lahir hidup, Tingkat Melek Huruf dari penduduk dewasa Kelemahan: 1. Metode-metode ini hanya menghitung sebagian aspek dari kehidupan secara fisik dan sebagain non-fisik saja, belum bisa menyeluruh 2. Beberapa komponen tidak dapat disama-ratakan kebutuhannya dalam tipologi daerah. 3. Dimungkinkan adanya daerah yang memiliki indeks HDI dan PQLI yang tinggi, namun secara ukuran ekonomi tetap saja miskin
Ukuran-Ukuran Kemiskinan Yang Umum Digunakan 1 Poverty Headcount Index I(.) = fungsi indikator dimana nilai 1 bila yang digambarkan adalah benar, dan nilai 0 sebaliknya. Karenanya bila pengeluaran individu i (y i ) adalah lebih kecil dibandingkan garis kemiskinan poverty line (z), maka I(.) sama dengan 1 dan rumah tangga tersebut dikategorikan sebagai miskin.
Ukuran-Ukuran Kemiskinan Yang Umum Digunakan 2 Kelebihan dari poverty headcount index adalah kemudahan menghitung dan lebih mudah dimengerti. kelemahan: 1. Poverty headcount index mengabaikan intesitas dari kemiskinan. 2. Poverty headcount index tidak mengindikasikan semiskin apa orang-orang miskin itu. Upaya menghapuskan kemiskinan memang dapat dilakukan dengan hanya mentargetkan manfaat bagi rumah tangga dibawah garis kemiskinan. Hal ini secara standar normatif tidak dapat diterima karena tidak menyelesaikan kemiskinan itu sendiri, yaitu mereka yang berada digaris kemiskinan 3. Estimasi kemiskinan harus dihitung tiap individu, Sangat tidak relevan mendasarkan penghitungan tingkat kemiskinan berdasarkan jumlah rumah tangga misalnya
Ukuran-Ukuran Kemiskinan Yang Umum Digunakan 3 Poverty Gap Index Indeks ini adalah pengembangan dari poverty Headcount Index dimana ditambahkan suatu keadaan dimana individu- individu secara rata-rata berada dibawah garis kemiskinan dan mengekspresikannya sebagi persentase dari garis kemiskinan.
Ukuran-Ukuran Kemiskinan Yang Umum Digunakan 4 Squared Poverty Gap Guna mempertimbangkan pula kesenjangan pendapatan diantara orang-orang yang miskin, digunakan kuadrat dari poverty gap sebagai timbangan kedalaman/keparahan tingkat kemiskinan:
Ukuran-Ukuran Kemiskinan Yang Umum Digunakan 5 Foster, Greer and Thorbecke Index, (α ≥ 0)
Foster, Green, Thorbecke Untuk setiap > 0, ukuran FGT menunjukkan penurunan atau tingkat keparahan standar hidup orang miskin. Demikian juga seterusnya bila > 1. Fitur lain dari FGT adalah dapat didis-agregasikan untuk sub kelompok masyarakat, dengan demikian, kontribusi dari tiap sub-kelompok kepada kemiskinan nasional juga dapat dihitung dengan mudah. Kelemahan: Kita harus menentukan nilai α yang jelas-jelas merupakan apriori-informasi bagi yang menghitung ukuran kemiskinan itu sendiri.