BIAYA PRODUKSI Biaya Produksi yaitu biaya yang terjadi untuk menghasilkan produk hingga siap untuk di jual. Biaya produksi terdiri dari : Biaya Bahan.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
METODE HARGA POKOK PESANAN
Advertisements

BIAYA TENAGA KERJA.
SISTIM AKUNTANSI PERSEDIAAN
Metode Harga pokok Proses
AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU
Klasifikasi biaya dalam metode variabel costing
SISTEM BIAYA TAKSIRAN ( ESTIMATED COSTING )
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
Biaya Bahan Baku Lilik Sri Hariani
METODE HARGA POKOK PESANAN – FULL COSTING
AKUNTANSI BIAYA IEG3A3 Program Studi Teknik Industri
METODE HARGA POKOK PESANAN ( JOB ORDER COSTING )
SISTEM PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN
Metode harga pokok pesanan Job Order Cost Method
BAB II BIAYA BAHAN BAKU dan BIAYA TENAGA KERJA
Cost accounting materi-13 akuntansi sistem perhitungan biaya standar
BIAYA PRODUKSI Biaya Produksi yaitu biaya yang terjadi untuk menghasilkan produk hingga siap untuk di jual. Biaya produksi terdiri dari : Biaya Bahan Baku.
SISTEM PENGUMPULAN BIAYA
Perencanaan dan Pengendalian
Cost Accounting Materi-6 Variable Costing
Ch # 6 Harga Pokok Pesanan.
Bab 5 Akuntansi untuk Perusahaan Dagang (Lanjutan)
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
COST ACCOUNTING MATERI-12 SISTEM BIAYA TAKSIRAN
AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1 AKUNTANSI AGEN & CABANG
COST ACCOUNTING MATERI-7 BIAYA OVERHEAD PABRIK
Cost accounting materi-14 akuntansi sistem perhitungan biaya standar
Metoda Pengumpulan Biaya Produksi
Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai Sistem Informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan.
PERTEMUAN 7 BIAYA BAHAN BAKU.
METODE HARGA POKOK PESANAN
Sistem Biaya & Akumulasi Biaya
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
BAB 8 BIAYA BAHAN BAKU.
METODE HARGA POKOK PESANAN
Biaya Tenaga Kerja Jayanthi Octavia.
SIKLUS AKUNTANSI BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Akuntansi untuk Perusahaan Pemanufakturan
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2016
HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2016
Bab 10 sistem akuntansi utang
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
Bab 11 Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan
NAMA: I Gst Ag Ita Permata Sari NIM: ABSEN: 12
Bab 12 sistem akuntansi biaya
Bab 15 sistem akuntansi persediaan
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
Sistem penentuan kos pesanan
COST ACCOUNTING MATERI-10 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
BAB 12 OVERHEAD PABRIK : ANGGARAN, AKTUAL, DAN PEMBEBANAN
Dewi Setyowati Mega Christie Fitrianingsih Faza Maulida
Akuntansi Biaya Sesi 3 Unsur-unsur Biaya Produksi
AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PERTEMUAN 7 BIAYA BAHAN BAKU.
VIII. Penentuan Biaya Pesanan
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
BIAYA BAHAN BAKU Akuntansi Biaya Surisman,SE, M.Ak.
PERTEMUAN KE 9 dan KE 10 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) Akuntansi Biaya I.
COST ACCOUNTING MATERI-7 BIAYA OVERHEAD PABRIK
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
Metode Harga Pokok Pesanan
Harga pokok pesanan.
BIAYA TENAGA KERJA Akuntansi Biaya Surisman,SE, M.Ak.
4.2. PENENTUAN HARGA POKOK Bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk pokok atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan.
COST ACCOUNTING MATERI-10 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
Penentuan Biaya Bahan Baku
Transcript presentasi:

BIAYA PRODUKSI Biaya Produksi yaitu biaya yang terjadi untuk menghasilkan produk hingga siap untuk di jual. Biaya produksi terdiri dari : Biaya Bahan Baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya Overhead pabrik

Biaya Utama (Prime cost) adalah biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan produksi, yaitu jumlah biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung Biaya Konversi (conversion cost) adalah biaya- biaya yang terjadi dalam membantu mengolah bahan langsung menjadi produk yang selesai atau barang jadi, yaitu merupakan penggabungan atau penjumlahan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

BIAYA BAHAN BAKU Biaya bahan adalah satu dari tiga elemen biaya dari suatu produk dan biasanya merupakan bagian yang besar dan berarti dalam jumlah biaya produksi dari suatu perusahaan manufaktur. Biaya bahan yang dipakai dalam produksi menjadi bagian dari harga pokok produksi yang dihasilkan atau disebut harga pokok produksi (cost of goods manufactured). Jika barang dijual, maka biaya bahan menjadi bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold) yang digunakan dalam menentukan laba.

PROSEDUR PEMBELIAN BAHAN BAKU Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku  Jika BB yang ada di gudang sudah mencapai tingkat minimum pesanan kembali (reorder point), bagian gudang membuat surat permintaan pembelian (purchase requisition) untuk dikirim ke bagian pembelian (contoh surat permintaan pembelian, lihat buku Mulyadi bab 9 hal. 276) Prosedur Order Pembelian  bagian pembelian melaksanakan pembelian atas dasar surat permintaan pembelian dari bagian gudang. Untuk pemilihan pemasok, bagian pembelian mengirimkan surat penawaran harga (purchase price quatation) kepada pemasok yang berisi permintaan informasi dan syarat pembelian. Pemasok dianggap baik dipilih, kemudian membuat surat order pembelian (contoh surat order pembelian lihat hal 277)

Prosedur Penerimaan Bahan Baku  pemasok mengirimkan bahan baku sesuai dengan surat order pembelian yang diterimanya. Bagian penerimaan barang bertugas menerima barang, mencocokan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi BB yang diterima dari pemasok dengan tembusan surat order pembelian. Apabila sesuai, bagian penerimaan membuat laporan penerimaan barang untuk dikirimkankepada bagian akuntansi (contoh lihat hal 278) Prosedur Pencatatan Penrimaan BB di Bagian Gudang  Setelah menerima dari bagian penerima barang, bagian gudang menyimpan BB dan mencatat jumlah BB yang diterima dalam kartu gudang (stock card) pada kolom masuk. Kartu gudang digunakan untuk mencatat mutasi tiap jenis barang gudang. Bagian gudang juga mencatat kartu barang (inventory tag) yang ditempel pada tempat penyimpanan jenis barang (lihat hal 279)

Prosedur Pencatatan Utang Bagian pembelian menrima faktur pembelian dari pemasok, kemudian ditanda tangani sebagai tanda persetujuan bahwa faktur dapat dibayar. Faktur pembelian yang sudah ditanda tangani diserahkan ke abagian akuntansi untuk diteliti perhitungan dalam faktur pembelian dan mencocokkan dengan tembusan surat order pembelian. Faktur pembelian dilampiri tembusan surat order pembelian dan laporan penerimaan barang dicatat oleh bagian akuntansi dalam jurnal pembelian. Setelah dicatat dalam jurnal pembelian, faktur pembelian serta dokumen pendukung dicatat dalam kartu persediaan (sebagai rekening pembantu persediaan BB) pada kolom masuk (lihat hal 281).

Biaya yang diperhitungkan dalam Harga Pokok BB yang dibeli Harga pokok BB terdiri harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian) ditambah biaya pembelian dan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan BB dalam keadaan siap untuk diolah. Harga beli dan biaya angkutan merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok BB, sedangkan biaya pesan (order cost), biaya penerimaan, pembongkaran, pemriksaan, asuransi, pergudangan dan biaya akuntansi BB merupakan sulit diperhitungkan kepada harga pokok BB yang dibeli

Praktik, harga pokok hanya dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok, hal ini karena pembagian biaya pembelian masing-masing bahan memerlukan biaya akuntansi lebih besar dibanding manfaat ketelitian perhitungan harga pokok yang diperoleh. Akibatnya, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh BB dan untuk BB dalam keadaan siap untuk diolah, diperhitungkan sebagai unsur biaya overhead pabrik. Apabila dalam pembelian BB, pemasok memberikan potongan tunai (cash discount) maka potongan tunai ini diperlakukan sebagai pengurang terhadap harga pokok BB yang dibeli

Perlakuan Biaya angkutan Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok BB yang dibeli  alokasi biaya angkutan didasarkan pada: Perbandingan kuantitas tiap jenis BB yang dibeli Contoh: perusahaan membeli 3 jenis BB denganjumlah harga dalam faktur sebesar Rp.500.000. Biaya angktan untuk 3 jenis BB Rp.300.000. Kuantitas masing-masing jenis BB tercantum dalam faktur BB A=400 kg; BB B=350 kg; BB C=50 kg. Pembagian biaya angkutan sbb: berat Alokasi Jenis Bahan Baku Kg (1) Kg:total (2) (2) X Rp.300.000 A B C 400 350 50 800 43,75 6,25 100 Rp.150.000 131.250 18.750 Rp.300.000

Pembagian biaya angkutan Perbandingan harga faktur tiap jenis BB yang dibeli contoh : Perusahaan membeli 4 BB dengan harga faktur tiap-tiap jenis bahan sbb: BB A Rp.100.000; BB B Rp.150.000; BB C Rp.225.000; BB D Rp.125.000. Biaya angkutan untuk 4 jenis BB Rp.48.000. Jika biaya angkutan dibagi atas dasar perbandingan harga faktur tiap jenis BB, harga pokok tiap jenis BB akan dibebani dengan tambahan biaya angkutan sebesar Rp.0,08 (yaitu Rp.48.000 : Rp.600.000) Jenis bahan baku Harga faktur (1) Pembagian biaya angkutan X Rp.0,08 (2) Harga pokok Bahan Baku (1) + (2) A B C D Rp.100.000 150.000 225.000 125.000 Rp.8.000 12.000 18.000 10.000 Rp.108.000 162.000 243.000 135.000 Rp.600.000 Rp.48.000 Rp.648.000

Persediaan Bahan Baku xxx (tarif biaya angkutan x dasar pembebanan) Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka Penghitungan tarif dilakukan dengan menaksir biaya angkutan yang akan dikeluarkan dalam tahun anggaran tertentu. Taksiran biaya angkutan ini dibagi dengan dasar yang akan digunakan untuk mengalokasikan biaya angkutan tersebut. Pada saat terjadi pembelian BB, harga faktur BB harus ditambah dengan biaya angkutan sebesar tarif yang telah ditentukan. Biaya angkutan sesungguhnya dikeluarkan dicatat dalam rekening biaya angkutan. Jurnal untuk mencatat pembenanan biaya angkutan atas dasar tarif dan biaya angkutan sesungguhnya terjadi adalah sbb: a) Pembebanan biaya angkutan kepada BB yang dibeli atas dasar tarif yang ditentukan di muka adalah sbb: Persediaan Bahan Baku xxx (tarif biaya angkutan x dasar pembebanan) Biaya angkutan xxx b) Pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya dikeluarkan: Biaya angkutan xxx Kas xxx

Pada akhir periode akuntansi dalam rekening biaya angkutan terdapat selisih biaya angkutan yang dibebankan atas dasar tarif biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi, (bila jumlahnya materil), maka selisih tersebut dibagikan ke rekening persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan dengan jurnal: Persediaan Bahan baku xx Persediaan Barang dalam proses xx Persediaan Produk jadi xx Harga Pokok Penjualan xx Biaya angkutan xx (Biaya angkutan sesungguhnya lebih besar dari biaya angkutan yang dibebankan atas dasar tarif) Apabila saldo rekening biaya angkutan tidak material, selisish tersebut ditutup langsung ke rekening harga pokok penjualan Contoh: Biaya angkutan diperkirakan akan dikeluarkan dalam tahun 20x1 sebesar Rp.2.500.000 dan jumlah BB yang diangkut diperkirakan 50.000 kg. Jadi tarif biaya angkutan Rp.50 per kg BB yang diangkut.

Biaya angkutan yang dibebankan atas dasar tarif Jenis BB Berat kg (1) Harga faktur (2) Biaya angkutan yang dibebankan atas dasar tarif (1) X Rp.50 Harga pokok Bahan baku (2) + (3) A B C 25.000 15.000 10.000 Rp.5.000.000 4.500.000 4.000.000 Rp.1.250.000 750.000 500.000 Rp.6.250.000 5.250.000 Rp.13.500.000 Rp.2.500.000 Rp.16.000.000 Jika1 adalah biaya angkutan sesungguhnya dibayar dalam tahun 20x1 adalah sebesar Rp.2.400.000 maka jurnal untuk mencatat BB yang dibeli: Jurnal pembelian bahan baku Persediaan bahan baku Rp.13.500.000 Utang dagang Rp.13.500.000 b) Jurnal pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif: persediaan bahan baku Rp.2.500.000 Biaya angkutan Rp.2.500.000

c) Jurnal pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi: Biaya angkutan Rp.2.400.000 Kas Rp.2.400.000 d) Jurnal peneutupan saldo rekening biaya angkutan ke rekening harga pokok penjualan: Biaya angkutan Rp.100.000 harga pokok penjualan Rp.100.000 Biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, tetapi diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik. Biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, namun diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik. Pada awal tahun anggaran, jumlah biaya angkutan yang akan dikeluarkan selama satu tahun ditaksir. Jumlah taksiran biaya angkutan ini diperhitungkan sebagai unsur biaya overhead pabrik dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik. Biaya angkutan yang sesungguhnya dikeluarkan kemudian dicatat dalam sebelah debit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Biaya unit Organisasi yang terkait dalam perolehAN Bahan Baku Biaya pembelian dibebankan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif maka biaya pembelian dilakukan sbb: Jumlah biaya tiap bagian yang terkait dalam transaksi pembelian bahan baku diperkirakan selama satu tahun anggaran Ditentukan dasar pembebanan biaya tiap bagian danditaksir berapa jumlahnya dalam tahun anggaran Ditentukan tarif pembebanan biaya tiap bagian dengan cara membagi biaya tiap bagian dengan dasar pembebanan

Jurnal pembebanan biaya pembelian kepada harga pokok bahan baku atas dasar tarif sbb: Persediaan Biaya bagian pembelian yang dibebankan Biaya bagian penerimaan yang dibebankan Biaya bagian gudang yang dibebankan Biaya bagian akt persed yang dibebankan xxx Xxx Bagian Dasar pembebanan Tarif pembebanan Pembelian Jumlah frekuensi pembelian atau volume pembelian Tarif per transaksi pembelian atau tarif setiap jumlah harga faktur pembelian Penerimaan Jumlah macam bahan yang diterima Tarif per macam bahan yang diterima Gudang Jumlah macam bahan, kuantitas, atau nilai rupiah Tarif per macam bahan, per meter kubik atau per nilai rupiah BB yang disimpan di gudang Akuntansi persediaan Jumlah frekuensi pembelian Tarif per transaksi pembelian

Pengadaan Bahan Pencatatan akuntansi yang berkaitan dengan pengadaan bahan, rekening yang digunakan untuk persediaan umumnya menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Nama rekening “Persediaan Bahan” atau “persediaan bahan baku” dan “persediaan bahan penolong” atau persediaan mengacu pada nama barangnya, misal “persediaan tepung terigu”, persediaan mentega” dsb. Contoh : PT Raja Makmur melakukan pembelian bahan baku berupa kedelai dari petani sebanyak 2,5 ton senilai Rp.15.000.000 dibayar tunai Persediaan Rp. 15.000.000 Kas Rp.15.000.000

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Suatu barang yang diproses akan menjadi barang yang berguna berarti memiliki nilai lebih dibanding sebelum diolah. Dengan kata lain produk tersebut memiliki nilai tambah dengan dilakukan proses produksi. Pemerintah mengenakan pajak terhadap penambahna nilai ini. Pajak tersebut disebut dengan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN. Setiap pembeli barang akan dikenakan PPN Bagi perusahaan yang melakukan proses produksi akan menyebut Pajak Masukan Sedangkan pajak yang dikenakan terhadap produknya disebut dengan Pajak Keluaran

Contoh : Perusahaan membeli bahan baku yang termasuk dalam Barang Kena Pajak ke PKP. Harga bahan baku yang dibeli senilai Rp.15.000.000 karena barang yang dibeli termasuk dalam Barang Kena Pajak, maka perusahaan akan ditagih sebesar Rp.16.500.000 oleh pemasok bahan. Rincian tagihan sbb : Harga Bahan Rp.15.000.000 PPN 10% Rp. 1.500.000 Total tagihan Rp.16.500.000

PT Indomakmur merupakan PKP melakukan pembelian bahan langsung ditagih oleh penjual sbb : 4 ton bahan @ Rp.5.000.000 = Rp.20.000.000 PPN 10% = Rp. 2.000.000 Ongkos kirim = Rp. 550.000 Jumlah tagihan = Rp.22.550.000 Jurnal : Persediaan bahan Rp.20.550.000 PPN Masukan Rp. 2.000.000 Kas Rp.22.550.000

CV Perintis adalah perusahaan kecil yang belum termasuk sebagai pemungut pajak. CV Perintis melakukan pembelian bahan sebanyak 3 ton dan langsung ditagih oleh penjual sbb : 3 ton bahan @ Rp.5.000.000 = Rp.15.000.000 PPN 10% = Rp. 1.500.000 Ongkos kirim = Rp. 550.000 Jumlah tagihan = Rp. 17.050.000 Jurnal : Persediaan bahan Rp.17.050.000 Kas Rp.17.050.000

PROSEDUR PEMAKAIAN DAN ALOKASI BIAYA BAHAN Permintaan bahan baku dan bahan tidak langsung kepada bagian penyimpanan atau gudang biasanya berasaldari bagian produksi. Permintaan bahan dilakukan menggunakan bukti permintaan bahan yang harus disetujui oleh pejabat yang berwenang  kepala departemen Bukti permintaan bahan, karyawan pemegang kartu persediaan bahan mencatat pada bagian keluar dan selanjutnya dibukukan ke kartu harga pokok pesanan dan laporan biaya produksi atau daftar BOP per departemen.

JURNAL TRANSAKSI PERMINTAAN BAHAN DAN PERLENGKAPAN Barang dalam proses xx Biaya overhead pabrik xx Beban Perlengkapan pemasaran xx Beban perlengkapan administrasi xx Persediaan bahan xx

Contoh : Bagian produksi CV Perintis meminta bahan untuk proses produksi senilai Rp.10.000.000 dengan rincian sbb : Bahan baku Rp.8.500.000 Bahan Penolong Rp.1.500.000 Jumlah ` Rp.10.000.000 Pemakaian bahan oleh CV Perintis dijurnal sbb : Barang Dalam Proses Rp.8.500.000 BOP ses Rp.1.500.000 Persediaan bahan Rp.10.000.000

Bagian produksi CV Perintis mengembalikan sebagian bahan penolong yang tidak jadi dipergunakan untuk proses produksi karena kebutuhannya telah terpenuhi. Bahan penolong yang dikembalikan tersebut senilai Rp.500.000 Jurnal : Persediaan bahan Rp.500.000 BOP ses Rp.500.000

BIAYA PEROLEHAN BAHAN Harga yang tercantum dalam faktur pemasok dan beban transportasi dan beban transportasi adalah biaya pembelian barang yang paling jelas. Biaya yang tidak terlalu jelas adalah biaya akuisisi yaitu biaya untuk melakukan fungsi pembelian, penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, penyimpanan dan akuntansi. Bahan baku dibukukan sesuai harga faktur Biaya akuisisi dimasukkan dalam Biaya overhead

LIMBAH (SCRAP) Pengolahan bahan baku yang diproses menjadi produk jadi terkadang juga menghasilkan output selain produk jadi. Output tersebut terkadang berupa barang yang relatif tidak berharga dan sering disebut dengan Limbah atau ampas atau scrap Scrap memiliki karateristik sbb : Tidak lagi berguna untuk proses produksi secara normal Memiliki nilai jual (pasar)

Perlakuan Scrap Mengurangi biaya produksi terhadap produk yang bersangkutan Mengurangi biaya produksi secara keseluruhan Hasil penjualan scrap diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain

Mengurangi biaya produksi terhadap produk yang bersangkutan Dari pengerjaan pesanan nomor 3 timbul scrap yang dijual senilai Rp.55.000 Jurnal : Kas Rp.55.000 BDP-Bahan baku Rp.55.000 Jika scrap tidak langsung dijual, maka jurnal : Perseiaan scrap Rp.55.000 BDP-Bahan Baku Rp.55.000 Ketika dijual , maka jurnal : Persediaan scrap Rp.55.000

Hasil Penjualan scrap diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi secara keseluruhan Terkadang timbulnya scrap sulit diidentifikasi asalnya, sehingga nilai scrap dapat diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi secara umum. Kas Rp.55.000 BOP ses Rp.55.000

Hasil Penjualan scrap diperlakukan sebagai penjualan lain-lain Jurnal Kas Rp.55.000 Penjualan scrap Rp.55.000

Penyesuaian Persediaan Pada akhir tahun 2009 dilakukan penghitungan fisik terhadap Bahan baku. Secara normal, biasanya hanya selisih +/- Rp.10.000. akan tetapi pada penghitungan kali ini terdapat selisih sebesar Rp.35.000. Selisih ini diketahui karen aterdapat bahan yang rusak. Terhadap kasus ini dibuat jurnal adjustment sbb : Kerugian kerusakan bahan Rp.25.000 BOP ses Rp.10.000 Persediaan bahan baku Rp.35.000

Potongan pembelian bahan Potongan pembelian bahan akan mengurangi harga faktur bahan yang dibeli, cara pencatatan potongan pembelian bahan yang dapat dipakai adalah : hutang dicatat jumlah bersihnya contoh : PT “Ahmadan” pada tanggal 2 Januari 200X membeli 150 kg bahan baku A dengan harga faktur Rp. 5.000,00 per kg, syarat pembayaran 2/10, n/30. Pada saat pembelian ( 2- 01- 200X ) akan dibuat jurnal sebagai berikut : Persediaan bahan baku Rp. 735.000,00 Hutang dagang Rp. 735.000,00 Perhitungan : Jumlah bersih dari hutang dagang atas pembelian bahan baku adalah ( 150 x Rp. 5.000,00 ) – 2 % ( 150 x Rp. 5.000,00 ) = Rp. 735.000,00 Jika pada tanggal 10 Januari 200X hutang dagang tersebut dibayar, maka juranl pembayarannya adalah : Hutang dagang Rp. 735.000,00 Kas Rp. 735.000,00

Tetapi jika pelunasannya dilakukan pada tanggal 31 Januari 200X, sudah tidak dalam masa potongan, maka potongan tunai yang gagal dimanfaatkan akan diakui sebagai rugi. Jurnal yang dibuat pada tanggal 31 – 01 – 200X adalah : Hutang dagang Rp. 735.000,00 Rugi- kegagalan potongan tunai Pembelian Rp. 15.000,00 Kas Rp. 750.000,00

Hutang dicatat jumlah kotornya Contoh : PT “Ahmadan” seperti tersebut diatas, maka jurnal pembeliannya adalah sebagai berikut : Persediaan bahan baku Rp. 735.000,00 Cadangan potongan tunai pembelian Rp. 15.000,00 Hutang dagang Rp. 750.000,00 Jika pada tanggal 10 Januari 200X, hutang dagang tersebut dilunasi maka jurnal pelunasannya adalah : Hutang dagang Rp. 750.000,00 Cadangan potongan tunai pembelian Rp. 15.000,00 Kas Rp. 735.000,00

Tetapi jika pelunasannya sudah di luar masa potongan, misalnya tanggal 31 Januari 200X, maka jurnal pelunasannya adalah : Hutang dagang Rp. 750.000,00 Rugi- kegagalan potongan tunai Pembelian Rp. 15.000,00 Cadangan potongan tunai pembelian Rp. 15.000,00 Kas Rp. 750.000,00

Potongan tunai diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik Dalam metode ini, pada saat pembelian bahan dicatat sebesar harga fakturnya. Contoh : PT “Ahmadan” seperti tersebut di atas, maka jurnal untuk mencatat pembelian adalah sebagai berikut : Persediaan bahan baku Rp. 750.000,00 Hutang dagang Rp. 750.000,00 Jika hutang dibayarkan pada masa potongan maka jurnal yang dibuat untuk mencatat pelunasannya adalah : Hutang dagang Rp. 750.000,00 BOP Sesungguhnya Rp. 15.000,00 Kas Rp. 735.000.00 Tetapi jika hutang dagang dilunasi di luar masa potongan maka jurnal yang akan dibuat adalah : Hutang dagang Rp. 750.000,00 Kas Rp. 750.000,00

Potongan tunai pembelian diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha. Dalam metode ini, pada saat pembelian bahan baku dicatat sebesar harga fakturnya. Contoh : PT “Ahmadan” seperti tersebut di atas, maka jurnal pembelian yang akan dibuat adlah sebagai berikut : Persediaan bahan baku Rp. 750.000,00 Hutang dagang Rp. 750.000,00 Jika pelunasannya dalam masa potongan, maka potongan tunai yang diterima akan diakui sebagai penghasilan di luar usaha. Jurnal pelunasannya adalah sebagai berikut : Hutang dagang Rp. 750.000,00 Penghasilan di luar usaha Rp. 15.000,00 Kas Rp. 735.000,00

PERHITUNGAN HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIPAKAI Tujuan penentuan harga pokok bahan yang dipakai adalah untuk : penentuan harga pokok bahan yang dipakai, harga pokok persediaan bahan dengan lebih teliti dan tepat yang akan mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. tujuan pengendalian atau pengawasan atas bahan. Faktor yang menentukan harga pokok bahan yang dipakai adalah sebagai berikut: metode akuntansi persediaan, yang terdiri atas : metode persediaan fisik (physical inventory method ). Langkah-langkah dalam pencatatan persediaan dengan metode persediaan fisik adalah sebagai berikut : * jurnal untuk mencatat pembelian bahan : Pembelian bahan Rp. Xx Hutang dagang Rp. XX

jurnal untuk mencatat pengembalian pembelian bahan Hutang dagang jurnal untuk mencatat pengembalian pembelian bahan Hutang dagang Rp, XX Pembelian bahan Rp. XX * jurnal untuk mencatat potongan pembelian Hutang dagang Rp. XX Potongan pembelian Rp. XX Kas Rp. XX * pada saat pemakaian bahan tidak perlu dibuatkan jurnal, tetapi akan dicatat sekaligus pada akhir periode

* pada akhir periode akan diadakan perhitungan fisik persediaan untuk menentukan harga pokok persediaan bahan akhir periode dan harga pokok bahan yang dipakai, sebagai berikut : Persediaan bahan awal periode Rp. XX Pembelian bahan Rp. XX Pengembalian pembelian bahan (Rp. XX) Potongan pembelian bahan (Rp. XX) Jumlah pembelian bersih Rp. XX Harga perolehan bahan siap pakai Rp. XX Persediaan bahan akhir periode Rp. XX Harga pokok bahan yang dipakai Rp. XX

Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan adalah sebagai berikut : Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Persediaan Bahan ( akhir periode ) Potongan Pembelian Pengembalian Pembelian Bahan Pembelian Bahan Persediaan bahan awal Xxx xxx

b. Metode Persediaan Abadi ( prepetual ) Metode persediaan abadi/ prepetual adalah metode akuntansi persediaan yang terus menerus mengikuti mutasi/ perubahan di dalam persediaan. Langkah-langkah pencatatan metode persediaan prepetual, sebagai berikut: * jurnal untuk mencatat pembelian Persediaan Bahan Baku Rp. XX Persediaan Bahan Penolong XX Hutang dagang/ Kas Rp. XX * jurnal untuk mencatat pengembalian pembelian bahan Hutang dagang/ Kas Rp. XX Persediaan Bahan Baku Rp. XX Persediaan bahan penolong XX

jurnal untuk mencatat pemakaian bahan Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp. XX Biaya Overhead pabrik sesungguhnya XX Persediaan Bahan Baku Rp. XX Persediaan Bahan Penolong XX * Pada akhir periode diadakan perhitungan fisik persediaan sebagai pengawasan fisik persediaan apakah sesuai dengan jumlah yang terdapat pada kartu persediaan bahan

Metode Aliran Harga Pokok Bahan a Metode Aliran Harga Pokok Bahan a. Metode Identifikasi Khusus ( Special Identification Method ) Merupakan metode penentuan aliran harga pokok bahan yang dipakai sesuai dengan aliran fisik bahan Kebaikan metode identifikasi khusus : - Harga pokok bahan dapat ditentukan dengan teliti - Tepat untuk perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan Kelemahan metode ini adlah kurang praktis, terutama dalam hal : - pengaturan persediaan di gudang - perlu waktu cukup lama dan administrasi yang rumit.

BIAYA TENAGA KERJA Biaya tenaga kerja mencerminkan kontribusi manusia ke produksi yang terdiri dari gaji pokok dan tunjangan. Gaji pokok untuk pekerjaan yang dilakukan disebut tarif dasar (base rate) atau tarif kerja (job range). Tarif dasar ditetapkan untuk setiap operasi dalam suatu perusahaan dikelompokkan berdasarkan jenis operasi. Tunjangan (fringe benefit) merupakan elemen substansial dari biaya tenaga kerja, misal : THR, tunjangan cuti, premi lembur, premi asuransi, dsb. Tunjangan umumnya di masukkan dalam overhead.

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA Labor Productivity adalah suatu ukuran kinerja produksi yang menggunakan pengeluaran atas usaha manusia sebagi tolok ukurnya. Produktivitas tenaga kerja merupakan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh seorang pekerja atau dapat dikatakan efisiensi dengan mana sumber daya dikonversi menjadi komoditas dan/atau jasa.

MENGUKUR PRODUKTIVITAS Pengukuran yang digunakan adalah output fisik per jam tenaga kerja. Kecepatan dengan mana seseorang diamati bekerja dicatat dan dianggap sebagai rating atau rating kinerja (performance rating). Beberapa rating untuk sutu tugas yang dipilih digabungkan guna memperoleh waktu normal (normal time) yaitu waktu yang diperlukan oleh seseorang untuk melakukan pekerjaan tersebut ketika bekerja dengan kecepatan normal. Tambahan waktu diberikan untuk waktu pribadi, jam istirahat, kelelahan serta penundaan karena kerusakan mesin dan kekurangan bahan baku

Hasilnya adalah waktu standar (standar time) untuksuatu pekerjaan yang dinyatkan dalam jumlah menit per unit atau total unit yang dapat dihasilkan. Rasio efisiensi produktivitas (productivity- efficiency ratio) mengukur : Output dari seseorang individu relatif terhadap standar kinerja Pencapaian operasional relatif dari suatu mesin, operasi, departemen, atau organisasi secara keseluruhan.

DAMPAK PRODUKTIVITAS Laba bisnis dan pendapatan riil pekerja meningkat Memungkinkan masyarakat memperoleh ouput lebih banyak dan lebih baik dari sumber daya yang tersedia dalam perekonomian tersebut

RENCANA PEMBERIAN INSENTIF INCENTIVE WAGE PLAN memberikan imbalan bagi pekerja sesuai dengan peningkatan outputnya yang berkualitas tinggi. Insentif diberikan berdasarkan pekerja dapat melampaui standar kerja per jam atau per hari dengan usaha yang wajar sehingga dapat menerima manfaat penuh dari insentif tersebut. Rencana pemberian insentif harus : Dapat diterapkan dalam situasi dimana pekerja dapat meningkatkan output Menyediakan lebih banyak upah yang besarnya proporsional terhadap output yang melebihi standar Menetapkan standar yang adil sehingga usaha tambahan akan menghasilkan pembayaran bonus

JENIS RENCANA PEMBERIAN INSENTIF Tarif per unit diferensial (Taylor differential piece- rate plan) Rencana premium Halsey (Halsey premium plan) Sistem poin Bedaux (Bedaux point system) Rencana tugas dan bonus Gantt( Gantt task and bonus plan) Rencana bonus efisiensi Emerson (Emerson efficiency bonus plan)

Perusahaan X menetapkan kebijakan bahwa, jika karyawan bekerja lebih dari 45 jam dalam seminggu, maka mereka memiliki hak untuk memperoleh premi lembur. Dalam hal ini, tarif premi lembur adalah 50% dari tarif upah. Jika dalam seminggu seorang karyawan bekerja selama 50 jam dengan tarif upah Rp 1.500 per jam, maka berapakah total upah yang diperoleh oleh karyawan tersebut ? Jawab : Jam Biasa = 45 x Rp.1.500 = Rp 67.500 Lembur = 5 x Rp.1.500 = Rp 7.500 Premi Lembur 5 x Rp 750 = Rp. 3.750 + Total Upah Karyawan tsb Dalam Satu Minggu = Rp 78.750

Misalkan seorang karyawan harus bekerja 45 jam per minggu Misalkan seorang karyawan harus bekerja 45 jam per minggu. Upahnya Rp 500 per jam. Dari 45 jam kerja tersebut, 10 jam merupakan waktu mengangggur, dan sisanya digunakan untuk mengerjakan pesanan tertentu. Maka bagaimanakah jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja tersebut ? Jawab: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja tersebut adalah : Barang dalam proses -biaya TKL Rp 17.500 Biaya overhed pabrik ssungguhnya Rp 5.000 Gaji dan upah Rp 22.500

Menurut penyelidikan waktu, jumlah keluaran standar per jam adalah 10 satuan. Jika upah pokok sebesar Rp 800 per jam, maka tarif upah per satuan adalah Rp 80. Jika karyawan tidak dapat menghasilkan jumlah standar per jam, ia tetap dijamin mendapatkan upah Rp 800 per jam. Tetapi bila karyawan dapat menghasilakan 15 satuan per jam, maka berapakah upah yang diperoleh oleh karyawan tersebut ? Jawab: Tarif upah per satuan Rp 800 : 10 = Rp 80 Upah standar per jam = Rp 800 Insentif 5 x Rp 80 = Rp 400 Upah yang diterima pekerja per jam = Rp 1.200

Suatu perusahaan menetapkan bahwa karyawan harus bekerja selama 5 jam dalam sehari sehingga, setidaknya jam kerja karyawan selama seminggu adalah 35 jam. Adapun upahnya adalah sebesar Rp 2.000 per jam. Dari 35 jam kerja tersebut, 5 jam digunakan sebagai waktu menganggur. Tentukanlah jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja tersebut ? Jawab: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja tersebut adalah : Barang dalam proses -biaya TKL Rp 60.000 Biaya OP sesungguhnya Rp 10.000 Gaji dan upah Rp 70.000

Jika menurut penyelidikan waktu (time study), di butuhkan waktu 10 menit untuk menghasilkan 1 satuan produk, maka jumlah keluaran standar per jam adalah 6 satuan. Jika upah pokok sebesar Rp 2400 per jam, maka tarif upah per satuan adalah 400 (Rp 2400 : 6). Karyawan yang tidak dapat menghasilkan jumlah standar per jam tetap dijamin mendapatkan upah Rp 2400 per jam, tetapi bila ia dapat menghasilkan 10 satuan per jam (ada kelebihan 4 satuan dari jumlah satuan standar per jam). Maka bagaimana perhitungan upahnya? Jawab : Upah Dasar per jam Rp 2.400 Insentif : 4 x Rp 400 (2.400 : 6) Rp 1.600 + Upah yang di terima pekerja per jamRp 4.000

Dalam suatu perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari  50 jam dalam seminggu, maka mereka memiliki hak untuk memperoleh premi lembur. Dalam hal ini, tarif lembur adalah 50% dari tarif upah. Jika dalam seminggu seorang karyawan bekerja selama 52 jam dengan tarif upah Rp 1.000 per jam, maka berapakah total upah yang diperoleh oleh karyawan tersebut ? Jawab: Jam Biasa = 50 x Rp 1.000      = Rp. 50.000  Lembur    =   2 x Rp1.000       = Rp.   2.000 Premilembur  2 x Rp. 500       = Rp.   1.000  +            Total Upah Karyawan Tersebut Dalam Satu Minggu  =  Rp. 53.000