KESIAPAN ORGANISASI/PERUSAHAAN UNTUK E-BISNIS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Human Resources Management Chapter 8 “Performance Management”
Advertisements

OPTIMALISASI PERAN BUMD PT. PEMBANGUNAN DUMAI
AUDIT SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET BERDASARKAN PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL BALANCED SCORECARD DAN STANDAR COBIT 4.1 (Studi Kasus: PT. Pertamina.
Audit Produksi dan Operasi
PENGUATAN DAYA SAING DENGAN KLASTER INDUSTRI UNTUK MEMASUKI EKONOMI MODERN Kristiana ( )
Mencapai Keunggulan Bersaing dalam Kompetisi GLOBAL
PRESENTASI MANAJEMEN STRATEGIS
BEST PRACTISE FOR IT GOVERNANCE Pertemuan-8
Performance Indicators Journal Review
KEWIRAUSAHAAN DAN PERSPEKTIF PENGUSAHA USAHA KECIL
ASPEK DALAM SKEP Aspek Pasar Aspek Pemasaran Aspek Teknik n Teknologi
AUDIT SISTEM INFORMASI
STANDARD BALANCED SCORE CARD IT Pertemuan-9 Mata Kuliah: CSI402, IT Governance Tahun Akademik: 2012/
PERUSAHAAN DAN MANAJEMEN GLOBAL TI
PERENCANAAN (planning)
IMPLEMENTASI CRM Pertemuan 7.
Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi
BAB IV PERENCANAAN.
Pengenalan Benchmarking & Strategi Benchmarking
Peranan Usaha Mikro, Usaha Kecil Dan Menengah (UMKM)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
BISNIS DAN LINGKUNGANNNYA
KESIAPAN ORGANISASI/PERUSAHAAN UNTUK E-BISNIS
Pengantar Analisis Bisnis & Kompetensi Analis Bisnis
Evaluasi Finansial Dengan Balance Scorecard
Patok Duga (Benchmarking)
Nama : Muhammad Mirza NPM : Kelas : B
PERUSAHAAN DAN MANAJEMEN GLOBAL TI
Resume jurnal TQM dan Six Sigma - Peran dan Dampak tentang Organisasi
TOTAL QUALITY MANAGEMENT DI SEKTOR PERPUSTAKAAN
Analisis strategik dan manajemen biaya strategik
Relevance of Total Quality Management (TQM) or Business Keunggulan Strategi Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP) – A Conceptual Study ROHMA.
Universitas Negeri Semarang
PERANAN STRATEGIS SDM DAN HUMAN RESOURCES SCORECARD
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM SEKTOR PUBLIK
Oleh: Ricky W. Griffin Ronald J. Ebert
Perilaku konsumen Proses keputusan konsumen: proses pasca pembelian, kepuasan konsumen, dan komitmen. Hadi Permana Aldi Indra Gunawan
STRATEGI KOMPETITIF.
Bagian 1 Definisi Pemasaran dan Proses Pemasaran
MSDM : Mencapai Keunggulan Bersaing
BAB III SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI
Tahapan dan Aspek Dari Evaluasi Proyek
Pengukuran Nilai Bisnis TIK
Peningkatan dan Inovasi Proses
Pengendalian Kualitas Modul 11
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA UKM ( Studi Kasus, “ Jurnal Koperasi dan UKM”, ) mustikalukmanarief.
BAB III SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI
LINGKUNGAN, ETIKA SERTA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Rancangan Infrastruktur Business-Driven (1)
BAB III SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI
Review Materi IK305 Infrastruktur Teknologi Informasi
Pengetahuan & Informasi Terkait Pengaruh Komitmen Manajemen K3.
Sistem Penilaian Kinerja [Performance Measurement Systems]
PERANAN STRATEGIS SDM DAN HUMAN RESOURCES SCORECARD
Akuntansi Keperilakuan
EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA.
KEWIRAUSAHAAN DAN PERSPEKTIF PENGUSAHA USAHA KECIL
Pengendalian manajemen proyek
Kerangka Kerja IT Balanced Scorecard
Toman Sony Tambunan, S.E, M.Si NIP
PERANAN STRATEGIS SDM DAN HUMAN RESOURCES SCORECARD
Dampak Tata Kelola tehadap Keselarasan Bisnis dan TI
Menghubungkan konsep strategi bisnis yang digerakkan oleh pasar dengan desain sistem produksi. Ini mengacu pada kasus perusahaan yang, selama dekade terakhir,
UKURAN KINERJA Sistem Ukuran Kinerja Keterbatasan Sistem Pengendalian keuangan  mendorong tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan kepentingan.
SI702 Tata Kelola Sistem Informasi Pertemuan #9
KESIAPAN ORGANISASI/PERUSAHAAN UNTUK E-BISNIS
Hakikat Manajemen Strategis
Bagian 1 Definisi Pemasaran dan Proses Pemasaran
SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Transcript presentasi:

KESIAPAN ORGANISASI/PERUSAHAAN UNTUK E-BISNIS

Kesiapan Perusahaan untuk e-Bisnis IBM mendefinisikan e-readiness adalah ukuran kualitas infrastruktur informasi dan teknologi komunikasi suatu negara dan kemampuan para konsumen, bisnis dan pemerintah untuk menggunakan. Menurut apdip.net, e-readiness secara umum didefinisikan sebagai tingkat dimana masyarakat disiapkan untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital dengan konsep dasar ekonomi digital yang dapat membantu untuk membangun menuju masyarakat yang lebih baik. Menurut Choucri (2003), e-readiness didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengejar peluang penciptaan nilai yang difasilitasi dengan menggunakan internet.

Kesiapan Perusahaan untuk e-Bisnis E-readiness adalah kemampuan dari suatu departemen, organisasi atau workgroup untuk berhasil mengadopsi, menggunakan dan memperoleh manfaat dari TIK seperti e-bisnis. E-readiness penting bagi perusahaan yang berupaya mengadopsi e-bisnis untuk melaksanakan analisis dan memastikan implementasi yang produktif dan bermanfaat dari e- bisnis.

Factors of e-Readiness

Factors of e-Readiness Infrastruktur Arsitektur hardware, software, konten dan data yang digunakan untuk memberikan layanan e-bisnis kepada karyawan, pelanggan dan mitra  Insfrastuktur e-bisnis yang memadai  merupakan hal yang  sangat penting untuk semua perusahaan yang mengadopsi e-bisnis karena hal tersebut mempengaruhi kualitas pelayanan langsung yang dialami oleh pengguna sistem dalam hal kecepatan dan responsibilitas Ketersediaan Pekerja Terampil Tidak adanya pekerja yang trampil dalam menggunakan teknologi menjadi penghambat perusahaaan mengadopsi e-bisnis Kurangnya keahlian teknis untuk memantau dan mengendalikan setiap situasi (seperti hacker atau virus) dapat menciptakan lingkungan yang tidak nyaman dalam mengadopsi TIK dalambisnis.

Factors of e-Readiness Sumber Dana Dana merupakan faktor paling penting dalam mengadopsi e-bisnis. Biasanya, bisnis usaha kecil menengah mengalami kesulitan keuangan dalam tahap start-up dari bisnis karena mereka menyerap semua modal yang tersedia untuk menghasilkan bisnis. Budaya Budaya mengacu pada nilai-nilai organisasi, kepercayaan, praktik, ritual, dan adat istiadat. Pemilik dan manajer harus tahu budaya bisnis mereka sendiri dan tingkat pembelajaran organisasi sebelum mempromosikan teknologi baru untuk karyawan mereka. Pemilik dan manajer harus memahami latar belakang karyawan yang terlibat dalam proses belajar untuk mengadopsi teknologi baru dalam operasi bisnis. Perbedaan budaya di negara-negara lintas juga dapat menambahkan hambatan untuk mengadopsi e-bisnis.

Factors of e-Readiness Peraturan Pemerintah Beberapa usaha kecil enggan berinvestasi di e-bisnis karena khawatir hambatan politik yang dipengaruhi oleh perubahan kebijakan pemerintah. Akan tetapi pemerintah saat ini fokus untuk mendorong pertumbuhan e-bisnis ini dengan menyediakan dukungan dan insentif, atau melalui program dukungan yang mendorong penggunaan teknolohgi informasi. Sikap pemilik Pengalaman dan pengetahuan pemilik dalam memahami penggunaan Internet di bisnis. Hambatan akan sering terjadi apabila pemilik/manajer lebih cenderung mengikut daripada memimpin dalam mengadopsi e-bisnis. Pemilik/manajer harus memiliki sikap enterpreneurial dan terbuka terhadap perkembanan teknologi, karena mereka akan cenderung lebih positif dalam mengadopsi teknologi baru dalam bisnisnya

Methodology for e-Readiness Untuk menilai apakah suatu organisasi sudah siap atau tidak dalam memasuki dunia e-bisnis, sering digunakan metode campuran atau metode triangulasi. Triangulasi menggabungkan dua kekuatan besar pendekatan penelitian.

Methodology for e-Readiness Triangulasi berkembang tidak hanya terbatas pada penggunaan data (kuantitatif dan kualitatif), tetapi menjadi paradigma baru, yaitu dengan cara mengobservasi sesuatu dari berbagai sudut pandang dan perspektif yang berbeda untuk mendapatkan suatu kebenaran atau keakuratan. Metodologi triangulation yang menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif diadopsi untuk pengembangan model e-readiness yang mengkaji kesiapan organisasi untuk implementasi e-bisnis.

Methodology for e-Readiness Dengan menggunakan metode ini, teori dapat diimbangkan secara kualitatif dan diuji secara kuantitatif. Model triangulation meningkatkan validitas dan realibilitas data, karena kekuatan dari satu pendekatan dapat mengkompensasi kelemahan lain.

Review Of Readiness Assessment Models Alat yang dikembangkan untuk menilai kesiapan (readiness), biasanya mengukur seberapa siap masyarakat atau ekonomi untuk mendapatkan manfaat dari TI dan e-bisnis. Ada banyak metode penilaian kesiapan yang berkembang, dan masing- masing memiliki tujuan dan definisi e-readiness yang berbeda Sebuah metode e-readiness bisa saja mengukur pada platform global, atau bisa saja lebih fokus pada menilai kesiapan sektor industri spesifik untuk mengadopsi teknologi internet.

Review Of Readiness Assessment Models Contoh model penilaian readiness yang relevan adalah BEACON model dan IQ Net Readiness Scorecard BEACON : Benchmarking and Readiness Assessment for Concurrent Engineering in Construction BEACON Model menilai kesiapan perusahan konstruksi untuk meningkatkan proses deliveri suatu proyek melalui implementasi CE (Concurrent Engineering)

Review Of Readiness Assessment Models Model BEACON terdiri dari 4 elemen yaitu proses, people, project dan teknologi. Jika manajemen proses dan people e- ready, tapi fakta bahwa infrastruktur teknologi tidak memadai, akan mempengaruhi keseluruhan e-readiness organsasi. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan perlu mengatasi permasalahan teknologi agar e-ready

Readiness Assessment Models - example Analisis E-Readiness Internal di kalangan UMK di Sumatera Barat dalam menggunakan E-Commerce (Fajri S, 2012)

Readiness Assessment Models - example Analisis faktor kemampuan organisasi dan lingkungan perusahaan untuk menggunakan e-Commerce (Dada,2006)

Readiness Assessment Models - example Analisis kesiapan bisnis e-commerce di Afrika Selatan dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal (Molla & Licker,2005)

Case Study : e-marketplace e-readiness Pengukuran Tingkat Kesiapan Adopsi E-marketplace Bagi UMKM Batik Dengan Model E-readiness Penelitian ini akan melakukan pengukuran sejauh mana kesiapan secara elektronik dari aspek internal dalam mengadopsi e-marketplace dikalangan UMKM Batik di Kota Pekalongan.

Case Study : e-marketplace e-readiness Indikator : Awareness (kesadaran) Governance (tata kelola) Komitmen Sumber daya bisnis Sumber daya manusia Sumber daya teknologi Adopsi Skala pengukuran indikator tingkat kesiapan : No Skala Keterangan 1. Skor 5 Sangat setuju 2. Skor 4 Setuju 3. Skor 3 Cukup setuju 4. Skor 2 Tidak setuju 5. Skor 1 Sangat tidak setuju

Case Study : e-marketplace e-readiness Karakteristik Responden

Case Study : e-marketplace e-readiness Hasil Analisis

Case Study : e-marketplace e-readiness Hasil Analisis

Case Study : e-marketplace e-readiness Hasil Analisis

Case Study Hasil Analisis

Case Study : e-marketplace e-readiness Hasil Analisis

Case Study : e-marketplace e-readiness Hasil Analisis Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan terlihat bahwa tingkat kesiapan adopsi e-marketplace UKM Batik di Kota Pekalongan adalah sudah cukup siap berdasarkan pada tingkat awarenes, tata kelola, komitmen, sumber daya bisnis, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi. Tindak lanjut dari pengukuran tingkat kesiapan ini adalah Pemerintah Kota Pekalongan membuat rekomendasi agar mengembangkan sebuah e-marketplace yang dapat digunakan oleh UMKM Batik melakukan pemasaran secara on-line.