Pembimbing: dr. Kemalasari The Impact Of Deep Brain Stimulation On Sleep And Olfactory Function In Parkinson’s Disease Pembimbing: dr. Kemalasari
Perkenalan
Stimulasi Otak Dalam (DBS) dinyatakan lebih efektif dibandingkan terapi obat-obatan dalam meningkatkan fluktuasi motorik pada pasien PD tertentu, pengaruhnya dalam gejala non motorik masih relatif sedikit di ketahui. Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh DBS pada nukleus subtalamik bilateral (STN) pada tidur dan fungsi olfakrorius pada PD
Material
Sampel: 11 orang (8 pria 3 wanita) dengan STN DBS (stimulasi otak dalam pada nukleus subtalamikus) di Essex Centre For Neurological Sciences.
Metode
Kualitas tidur pasien dievaluasi dengan Parkinson’s Disease Deep Scale (PDSS). Uji olfaktori dilakukan dengan University Of Pennsylvania Smell Identification Test (UPSIT). Pasien diklasifikasikan menjadi 3 kelompok dengan skor berdasarkan gender: anosmia <20, hiposmia = 20-33 (pria) dan 20-34 (wanita), normosmia =>33 (pria) dan >34 (wanita)
Pemeriksaan lain dilakukan menggunakanUnified Parkinson’s Disease Rating Scale (UPDRS) part III (gangguan motorik), Beck Depression Inventory (BDI) (depression) dan Parkinson’s Disease Questionnaire (PDQ-39)(quality of life)
Hasil
Rata-rata usia pada saat diagnosis adalah 43 tahun dan rata-rata durasi penyakit pada operasi DBS adalah 134 bulan. 9 dari 11 (82%) pasien memiliki skor PDSS lebih tinggi pada 6 bulan pertama, mengindikasikan perbaikan subjektif pada kualitas tidur. (rata-rata 113,2 vs 95,9; uji t berpasangan p=0,050).
Dibandingkan dengan pre DBS, mayoritas pasien juga memiliki skor PDSS lebih tinggi pada follow up lanjut. 7 dari 8 (88%) pada tahun pertama, 6 dari 6 (100%) pada tahun kedua, dan 5 dari 7 pasien (71%) pada tahun ketiga. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada seluruh periode follow up berkaitan dengan varian inter individu besar ( one way ANOVA, p=0,159)
PDSS sub domain Pre- DBS 6 Bulan % Perubahan Harga p Kualitas tidur 5,11 5,79 +53,2% 0,228 Onset tidur/pengaturan 6,49 7,19 +17,3% 0,051 Kurang istirahat malam hari 6,06 7,49 +135,8% 0,206 Psikosis malam hari 9,15 9,01 -1,0% 0,230 Nocturia 5,69 6,91 +28.,0% 0,137 Gangguan motorik malam hari 7,09 7,92 +18,7% 0,457 Rasa segar setelah tidur 4,93 6,35 +53,0% 0,136 Tertidur siang hari 5,61 8,09 +37,0% 0,935
3 pasien dieksklusi dari analisis olfaktori karena data yang hilang. Seluruh pasien PD mengalami gangguan penciuman (5 anosmia, 3 hiposmia). 1 pasien diklasifikasi ulang dari anosmia menjadi hiposmia setelah 6 bulan, namun sisanya tetap sama. Tidak terdapat korelasi signifikan antara perubahan PPDS/UPSIT dan perubahan parameter klinis (skor UPDRS part III, skor BDI atau levodopa equivalent daily dose)
Diskusi
Hasil awal mengindikasikan DBS mengarah pada perbaikan kualitas tidur subjektif dalam berbagai domain. Penelitian polisomnografi sebelumnya menunjukkkan bahwa pasien dengan STN DBS bilateral telah mengalami perbaikan waktu tidur total dan efisiensi tidur
Hasil kami pada uji olfaktori menunjukkan tidak ada pengaruh pada STN DBS pada fungsi olfaktorius 3 penelitian sebelumnya ada perbaikan signifikan pada identifikasi bau mengikuti stimulasi STN STN DBS mungkin meningkatkan aktivitas neuronal orbitofrontal dan korteks olfaktori primer, pengaruh positif fungsi kognitif memproses informasi olfaktorius.
Kesimpulan STN DBS bilateral terbukti secara subjektif meningkatkan kualitasn tidur, namun tidak ditemukan perubahan signifikan pada fungsi olfaktori.