ASUHAN KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN NAPZA Anugrah nurul hudda S.Kep.,Ns
APA ITU NAPZA?
PENGERTIAN PENYALAHGUNAAN NAPZA adalah suatu penyimpangan perilaku yg disebabkan oleh penggunaan yg terus menerus sampai terjadi masalah. Napza tersebut bekerja didalam tubuh yg mempengaruhi terjadinya perubahan: perilaku, alam perasaan, memori,proses pikir,kondisi fisik individu yg menggunakannya.
Penyalahgunaan Napza ini dapat mengalami kondisi lanjut yaitu : KETERGANTUNGAN NAPZA. Yaitu suatu kondisi yg cukup berat dan parah, sehingga mengalami sakit yg cukup berat. Kondisi ini juga ditandai dg adanya KETERGANTUNGAN FISIK yaitu SINDROMA PUTUS OBAT dan TOLERANSI.
SINDROMA PUTUS ZAT adalah suatu kondisi dimana individu yg menggunakan napza menurunkan atau menghentikan penggunaan napza yg biasanya digunakannya, akan menimbulkan gejala kebutuhan biologik terhadap napza. TOLERANSI adalah suatu kondisi klien yg menggunakan napza memerlukan peningkatan jumlah napza yg dikonsumsi untuk mencapai tujuan yg dikehendaki.
PSIKODINAMIKA Beberapa macam napza secara alamiah ada didalam tubuh individu. Zat ini berguna bagi tubuh untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti melakukan aktivitas fisik, meditasi; kadar napza ini selslu dalam keadaan seimbang didalam tubuh individu.
Apabila individu mengkonsumsi napza seperti tembakau, kafein, alkohol, obat2an yg legal, obat terlarang dg penggunaan jarang, maka akan terjadi peningkatan kadar napza tersebut didalam tubuh. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan kimiawi tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yg lazim disebut INTOKSIKASI.
PROSES KEPERAWATAN Untuk membantu pasien dg gangguan penggunaan zat adiktif adalah : dengan menggunakan proses perawatan,tahap pertama yg dilakukan adalah ; pengkajian. Dalam pengkajian ada beberapa faktor yg penting untuk diketahui yaitu :f.predisposisi; f.presipitasi; tingkah laku pasien,mekanisme koping.
FAKTOR PREDISPOSISI Beberapa faktor predisposisi terjadinya gangguan penggunaan zat adiktif adalah ; 1.Faktor Biologis; Kecenderungan keluarga, terutama orang tua yg menyalahgunakan napza. Perubahan metabolik alkohol yg mengakibatkan respon fisiologik yg tdk nyaman.
Penyakit kronis: Asma Bronchiale,kanker, penyakit lain dg masa sakit yg menahun. 2.Faktor Psikologis Tipe kepribadian yg tergantung. Harga diri yg rendah: terutama untuk ketergantungan alkohol,sedatif hipnotik yg diikuti oleh rasa bersalah Pembawa keluarga : kondisi keluarga yg tidak stabil,role model yg negatif,
Kurang dipercaya, dan orang tua yg ketergantungan zat adiktif. Individu dg perasaan tidak aman (permusuhan dg orang tua,penganiayaan masa kanak2). Individu dg krisis identitas: kecenderungan homoseksual,krisis identitas dg menggunakan obat untuk menunjukkan kejantanan. Cara pemecahan masalah yg menyimpang.
3.Faktor Sosial Kultural Sikap masyarakat yg ambivalensi terhadap penggunaan napza seperti nikotine,ganja,alkohol. Norma kebudayaan: suku bangsa ttt menggunakan alkohol untuk upacara adat dan keagamaan. Lingkungan: tempat yg rentan untuk transaksi napza:diskotik,tempat hiburan malam,mall,lokalisasi pelacuran,lingkungan rumah yg kumuh dan padat.
FAKTOR PRESIPITASI Penggunaan zat atau penyalahgunaan zat sering kali merupakan suatu cara dari seseorang untuk mengatasi stres yg ada dalam kehidupannya. Tanpa disadari kondisi atau cara ini merupakan suatu lingkaran untuk mendapatkan stres selanjutnya akibat dari penggunaan zat tersebut.
Semakin banyak penggunaan zat adiktif, semakin banyak pula stres yg ditimbulkan, akibat tergantungnya fungsi biopsikososial sebagai dampak penggunaan zat adiktif. Stresor presipitasi untuk terjadinya penyalahgunaan zat adiktif adalah : 1.Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan.
2.Reaksi sebagai prinsip kesenangan: menghindari dari rasa sakit, mencari kesenangan, relaks agar menikmati hubngan interpersonal. 3.Kehilangan sesuatu yg berarti: orang yg dicintai/pekerjaan/drop out dari sekolah. 4.Diasingkan oleh lingkungan: rumah,sekolah,kelompok teman sebaya. 5.Dampak kompleksitas era globalisasi :ketegangan akibat modernisasi, lancarnya transportasi,film,iklan
TINGKAH LAKU Penyalahgunaan zat dapat berkembang menjadi ketergantungan psikologik dan toleransi. Ketergantungan fisik adalah tubuh membutuhkan zat adiktif, dan jika tidak dipenuhi maka akan terjadi gejala putus obat pd fisik. Ketergantungan psikologik adalah efek subyektif dari si pengguna zat.
TINGKAH LAKU PASIEN PENGGUNA SEDATIF HIPNOTIK Menurunnya sifat2 menahan diri. Jalan tdk stabil,koordinasi motorik kurang. Bicara cadel,bertele2 Sering datang ke dokter untuk minta resep. Acuh,kurang perhatian.
Mengantuk. Membanggakan diri, perilaku menampakkan percaya diri yg meningkat. Agresif. Bingung. Gelisah. Perilaku menampakkan ilusi,halusinasi.
PERILAKU KLIEN PENGGUNA GANJA Perilaku sangat gembira. Mondar-mandir tampak cemas. Gerakan tidak terkoordinir. Mengantuk. Tampak lebih bodoh; karena terganggu proses kognitif. Perilaku tampak kecemasan.
PERILAKU KLIEN PENGGUNA ALKOHOL Sikap bermusuhan. Kadang2 bersikap murung, berdiam diri (depresi). Suara keras, bicara cadel, dan kacau. Agresif. Minum alkohol tanpa kenal waktu. Koordinasi motorik terganggu,akibatnya cenderung mendapat kecelakaan.
PERILAKU PASIEN PENGGUNA OPIOIDA Terkantuk-kantuk. Bicara cadel. Koordinasi motorik terganggu. Acuh terhadap lingkungan,krg perhatian. Perilaku manipulatif untuk mendapatkan zat adiktif.
PERILAKU PENGGUNA KOKAIN/AMFETAMIN/EKSTASI Hiperaktif. Euphoria,elasi sampai agitasi. Irritabilitas. Perilaku curiga. Kewaspadaan yg berlebihan. Semangat kerja meningkat. Perilaku tampak gembira.
PERILAKU PENGGUNA HALUSINOGEN Tingkah laku yg tak dapat diramalkan. Tingkah laku merusak diri sendiri. Halusinasi,ilusi. Distorsi waktu dan jarak. Sikap merasa diri besar. Depersonalisasi. Pengalaman yg gaib/ajaib.
MEKANISME KOPING Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu representasi dari mekanisme pertahanan diri yg tidak sukses dan tingkah laku adaptif yg tdk adekuat atau tidak berkembang. Mekanisme yg biasa digunakan pd penyalahgunaan zat adiktif adalah : 1.Denial dari masalah. 2.Proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab. 3.Rasionalisasi.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN Masalah keperawatan sehubungan dg gangguan penggunaan zat adiktif terutama masalah : gangguan proses pikir, Gangguanpersepsi sensori (visual, pendengaran, rasa, raba, penciuman), Gangguan konsep diri (HDR).
Menurut NANDA diagnosis keperawatan adalah sebagai berikut : 1.Gangguan persepsi sensori pada penggunaan halusinogen 2.Gangguan hubungan sosial manipulatif 3.Gangguan konsep diri:HDR
4.Tidak mampu mengenal kualitas yg positif dari diri sendiri. 5.Gangguan pemusatan perhatian 6.Partisipasi keluarga yg kurang dalam program pengobatan pasien 7.Menolak mengikuti aktifitas program.
PERENCANAAN Tujuan yg ingin dicapai dalam memberikan tindakan keperawatan pd pasien dg gangguan penggunaan zat adiktif adalah : Agar tidak terjadi ancaman terhadap kehidupan. Tidak memburuknya keadaan kesadaran pasien Aman dari kecelakaan terutama pd kondisi intoksikasi.
Setelah masa detoksifikasi : Termotivasi untuk mengikuti program terapi jangka panjang. Mengenal hal2 positif pada dirinya. Menggunakan koping yg sehat dalam mengatasi masalahnya. Keluarga bekerjasama dalam program terapi pasien. Mempunyai pengetahuan untuk merawat pasien dirumah.
TINDAKAN KEPERAWATAN 1.Pendidikan kesehatan jiwa untuk pencegahan penggunaan zat adiktif. 2.Mengganti koping respon yg sehat, pengganti tingkah laku menyalahgunaan zat.
3.Membahas dg pasien tingkah laku menyalahgunakan zat dan resiko penggunaan. 4.Membantu pasien untuk mengidentifikasi masalah menyalahgunakan zat. 5.Memotivasi pasien agar mau mengikuti /berpartisipasi dalam program terapi.
6.Konsisten memberikan dukungan dan pengalaman bahwa pasien mempunyai kekuatan untuk menghadapi masalah yg akan datang. 7.Memberikan perawatan fisik;observasi tanda vital,makanan,keseimbangan cairan dan kejang. 8.Memberikan pengobatan ssi dg terapi detoks.
EVALUASI 1.Klien mengalami/mencapai keutuhan fisik dan harga diri secara alamiah. 2.Tingkah laku klien merefleksikan meningkatnya pengertian ttg adanya hubungan antara stres dg kebutuhan untuk menggunakan napza. 3.Sumber koping klien adekuat untuk membantu klien berubah.
4.Klien mengenal kecemasannya dan sadar akan perasaannya. 5.Klien menggunakan koping yg adaptif. 6.Klien mempunyai alternatif atau belajar pendekatan alternatif untuk mengatasi stres dan ansietasnya. 7.Klien mampu secara periodik tetap tidak menggunakan napza.