RUMAH SAKIT SULTAN AGUNG SEMARANG EFEKTIVITAS TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM AND TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OP (laparatomy)YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT SULTAN AGUNG SEMARANG
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah suatu metode energi terapi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan terapi spiritual dengan menggunakan tehnik menstimulasi titik – titik akupuntur di sepanjang jalur energi meridian untuk menetralisir gangguan sistem energi tubuh. (Ahmad Faiz Zainuddin, 2012)
Penelitian Intervensi bedah yang tercanggih, dan prosedur-prosedur neuroaugmentation yang paling inovatif sekalipun tidak dapat secara total mengeliminasi nyeri
Intervensi nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan terapi komplementer yang berdasarkan pada teori gate control theory. Salah satu terapi non farmakologi untuk mengontrol nyeri menggunakan teknik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).
Prevalensi nyeri akut pada pasien bedah di Indonesia pada tahun 2003 sebesar 59,3%-62,4% (Hardono, 2003; Widodo, 2005). Penelitian multicenter yang dilakukan di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia pada tahun 2002, diketahui bahwa dari sebanyak 4.456 pendidikan nyeri (25% dari total kunjungan), 819 orang (18,37%) adalah penderita pasien pasca operasi (Meliala, 2004).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Baitu Syifa Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, didapatkan data 70% pasien yang mengeluhkan nyeri pasca operasi, nyeri yang muncul mengganggu aktivitas pasien. Pasien pasca operasi yang menjalani rawat inap di ruang Baitu Syifa pada bulan Januari 2015 pasien dengan operasi besar sebesar 38, pasien dengan operasi sedang 47, dan pasien dengan operasi kecil 20.
Konsep Nyeri Nyeri pasca bedah dapat mengaktivasi sistem syaraf simpatis yang distimulasi oleh hipotalamus. Respon fisiologis ini meningkatkan kecemasan dan juga ketegangan otot dan persepsi nyeri. Wajah menjadi pucat dan pupil berdilatasi, terjadi peningkatkan frekuensi pernafasan, denyut jantung, tekanan darah, diaforesis, ketegangan otot yang berdekatan dengan insisi meningkat yang akan meningkatkan stimulasi sensasi nyeri, dan simpanan glukosa dimobilisasi untuk mensuplai tubuh (Craven & Hirnle, 2007).
SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah suatu metode energi terapi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan terapi spiritual dengan menggunakan tehnik menstimulasi titik – titik akupuntur di sepanjang jalur energi meridian untuk menetralisir gangguan sistem energi tubuh. (Ahmad Faiz Zainuddin, 2012)
RUMUSAN MASALAH “Apakah terdapat pengaruh penggunaan terapi SEFT pada nyeri pasien post op yang menjalani rawat inap di ruang bedah Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
TUJUAN UMUM Menjelaskan pengaruh terapi SEFT pada nyeri pasien post op di ruang Bedah Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
TUJUAN KHUSUS Mendiskripsikan karakteristik responden (usia, jenis kelamin) Mendiskripsikan nyeri pasien post op yang mendapat terapi SEFT Mendiskripsikan nyeri pasien post op yang tidak mendapat terapi SEFT Mendiskripsikan perbedaan nyeri pasien post op yang mendapat terapi SEFT dan tidak mendapat terapi SEFT
KERANGKA KONSEP Variabel Independen Spiritual Emotional Freedom and Tehnique (SEFT) Variabel Dependen Nyeri Post OP Variabel Counfonding Terapi Farmakologi
Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala Variabel Independen Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah suatu metode energi terapi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan terapi spiritual dengan menggunakan tehnik menstimulasi titik – titik akupuntur di sepanjang jalur energi meridian untuk menetralisir gangguan sistem energi tubuh Pengkajian awal nyeri 5 menit, SEFT diberikan selama 30 menit pada titik 18 tapping dengan waktu evaluasi 10 menit dilakukan evaluasi ulang skala nyeri 1= dilakukan 0= tidak dilakukan Nominal
Definisi Operasional Variabel Dependen Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala Nyeri Pos Op Sensasi nyeri yang dirasakan pasien setelah menjalani pembedahan Numeric Rating Scale (NRS) Skor pengukuran NRS 0: tidaknyeri 1-3: ada nyeri dan dapat ditahan 4-6: ada nyeri, mengganggu dan ada usaha utuk menahan nyeri 7-10: ada nyeri, mengganggu, tidak tertahan terlihat meringis, merintih sampai berteriak Ordinal
Definisi Operasional Variabel Counfonding Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala Terapi Farmakologi Terapi yang didapatkan pasien untuk mengatasi nyeri setelah tindakan operasi dengan menggunakan obat-obatan Peneliti mengisi format melalui studi dokumentasi catatan medik dan pengkajian 1= mendapatkan 0=tidak mendapatkan Nominal
Metodologi Penelitian Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan menggunakan pendekatan pre test and post test design with control group design.
Metodologi Penelitian Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post op yang menjalani rawat inap di ruang bedah Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Metodologi Penelitian Sampel Sampel pada penelitian ini adalah pasien post op yang menjalani rawat inap di ruang bedah Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Dengan kriteria inklusi sebagai berikut : Bersedia menjadi responden Berusia 18-60 tahun Mampu berkomunikasi Tidak terdapat gangguan panca indra Telah menjalani rawat inap post op minimal 1 hari Mendapatkan anestesi generaL Pasien Post op laparatomy (Nefrolitotomy, Neprectomy, Pyelolitotomy, Cholesistectomy, Explorasi ginjal)
Metodologi Penelitian Metode pengambilan sampel berdasar teori yang dikemukakan oleh Dempsey & Dempsey 1996; Hakam 2009, penelitian eksperimen dengan kelompok kontrol jumlah sampel yang digunakan minimal 10-20 responden pada tiap kelompok.
Metodologi penelitian kriteria inklusi sebagai berikut : Bersedia menjadi responden Berusia 18-50 tahun Mampu berkomunikasi Tidak terdapat gangguan panca indra Telah menjalani rawat inap post op minimal 1 hari Mendapatkan anestesi generaL Pasien Post op laparatomy (Nefrolitotomy, Neprectomy, Cholesistectomy, Pyelolitotomy) Kriteria eksklusi : Pasien dengan penyakit komplikasi Pasien dengan penurunan kesadaran
Metodologi Penelitian Analisis Univariat NO Variabel Uji Statistik Variabel Independen 1 SEFT Chi-square test Variabel dependen 2 Nyeri pasien post op Variabel counfonding 3 Usia
Metodologi Penelitian Analisis Bivariat No Kelompok data Uji statistik 1 Nyeri pasien post op yang mendapat terapi SEFT pada kelompok intervensi Nyeri pasien post op yang tdak mendapat terapi SEFT pada kelompok kontrol t-test Uji homogenitas Variabel confounding No Variabel confounding Variabel dependen Uji statistik 1 Terapi farmakologi Nyeri Chi-square test
Hasil Penelitian Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden Berdasar Usia, Jenis Kelamin, Riwayat Nyeri Pembedahan Di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2015 (n=36) No Variabel Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi Frekuensi Presentase 1 Usia Dewasa awal (25-45) Dewasa akhir (46-60) 17 5,6% 94,4% 5 13 27,8% 72,2% 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 8 10 44,4% 55,6% 9 50,0% 3 Riwayat Nyeri Pembedahan Ya Tidak
Hasil Penelitian Tabel 5.2 Distribusi Nyeri Post Op Responden yang Menjalani Rawat Inap Di Ruang Bedah Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2015 (n=36) No Kelompok Ringan (%) Sedang Berat 1 Kelompok control Pre test 12 66,7 6 33,3 Post test 2 11,1 16 88,9 Kelompok intervensi Post test
Hasil Penelitian Tabel 5.2 menunjukan bahwa pada kelompok intervensi ketika dilakukan pre test responden paling banyak mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 66,7% dan nyeri berat sebesar 33,3%. Hasil post test menunjukkan responden dan nyeri post test paling banyak mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 66,7 % dan nyeri ringan sebanyak 33,3 %, pada post test tidak terdapat nyeri berat. Hasil pre test pada kelompok kontrol didapatkan hasil nyeri sedang sebanyak 66,7 % dan nyeri berat 33,3%. Pada post test didapatkan hasil nyeri sedang sebesar 88,9% dan nyeri ringan 11,1%
Efektifitas Terapi SEFT Tabel 5.3Distribusi Nyeri Post Op Responden yang Menjalani Rawat Inap Di Ruang Bedah Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 201 5 (n=36) No Responden Mean SD Min-Max 95%CI P value 1. Kelompok Intervensi 0,0003 Pre 5,77 1,11 4-7 5,22-6,33 Post 3,61 0,97 1-5 3,12-4,09 Selisih 2,16 0,14 2. Kelompok kontrol 5,61 1,19 5,01-6,20 post 4,77 1,06 3-6 4,25-5,30 0,84 0,13
EFEKTIFITAS TERAPI SEFT Tabel 5.3 pada responden dengan nyeri post op pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa rerata nyeri sebelum perlakuan berada pada skala nyeri 5,77. Untuk setelah perlakuan rasa nyeri berada pada skala nyeri 3,61. Sedangkan pada kelompok kontrol rerata nyeri pada pasien nyeri post op ketika pre test rerata sebesar 5,61 dan data post test sebesar 4,77. Selisih hasil rerata nyeri pada kelompok perlakuan dengan nyeri pos op sebesar 2,16. Hasil uji statistik lebih lanjut menunjukkan bahwa terapi SEFT pada pasien dengan nyeri post op lebih efektif dibandingkan pasien yang tidak mendapat terapi SEFT (p= 0,0003)
Pembahasan Perbandingan Umur Responden Kelompok Kontrol dan Intervensi Hasil penelitian ini ditemukan jumlah umur responden antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol yang berumur dewasa muda dan dewasa tua mempunyai jumlah yang tidak sama, pada kelompok intervensi responden dewasa muda yang menggunakan analgesik serta dikombinasi dengan SEFT sebanyak 5 orang (27,8%), dewasa tua sebanyak 13 orang (72,2%). Sedangkan responden yang diberi terapi standar analgesik pada kelompok kontrol responden dewasa muda sebanyak 1 orang (5,6%), dewasa tua sebanyak 17 orang (94,4%). Rentang umur pada kelompok penelitian ini adalah antara 25 sampai 60 tahun, yang dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu dewasa muda dan dewasa tua dengan alasan rentang usia dewasa yang lebar sehingga dikategorikan antara dewasa muda dan dewasa tua. Berdasarkan perbandingan responden dewasa muda tua pada kelompok intervensi, responden dewasa tua kelompok intervensi sebanyak 13 orang (72,2%), sedangkan responden dewasa tua kelompok kontrol sebanyak 17 orang (94,4%). Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak yang merasakan nyeri post op yang berumur dewasa tua.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 di Indonesia kasus nyeri disebabkan luka pembedahan. Dari 47.895 orang peristiwa menerima respon nyeri usia 40-60 lebih baik yaitu 37.000 orang, sedangkan respon nyeri usia 20-40 lebih sensitif terhadap nyeri yaitu 10.895. Tingkat riwayat seseorang setelah merasakan rerata nyeri bertahun-tahun berkontribusi menentukan kematangan sistem persyarafan dalam arti bermutasi genetik mengarah menghasilkan kemandirian tubuh menyembuhkan sistem internal tubuh atau self healing.
Perbandingan antara jenis kelamin kelompok kontrol dan intervensi Jenis kelamin kelompok intervensi responden laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan jumlah masing-masing sebanyak 9 orang (50,0%), sedangkan jenis kelamin kelompok kontrol responden laki-laki sebanyak 8 orang (44,4%), responden perempuan sebanyak 10 orang (55,6%). Jenis kelamin kelompok intervensi responden laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan jumlah masing-masing sebanyak 9 orang (50,0%), sedangkan jenis kelamin kelompok kontrol responden laki-laki sebanyak 8 orang (44,4%), responden perempuan sebanyak 10 orang (55,6%).
Pengaruh dan perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi terhadap penurunan nyeri Tabel 5.2 menunjukan bahwa pada kelompok intervensi ketika dilakukan pre test responden paling banyak mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 66,7% dan nyeri berat sebesar 33,3%. Hasil post test menunjukkan responden dan nyeri post test paling banyak mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 66,7 % dan nyeri ringan sebanyak 33,3 %, pada post test tidak terdapat nyeri berat. Hasil pre test pada kelompok kontrol didapatkan hasil nyeri sedang sebanyak 66,7 % dan nyeri berat 33,3%. Pada post test didapatkan hasil nyeri sedang sebesar 88,9% dan nyeri ringan 11,1%
Pengaruh dan perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi terhadap penurunan nyeri Berdasarkan hasil penelitian responden dengan nyeri post op pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa rerata nyeri sebelum perlakuan berada pada skala nyeri 5,77. Untuk setelah perlakuan rasa nyeri berada pada skala nyeri 3,61. Sedangkan pada kelompok kontrol rerata nyeri pada pasien nyeri post op ketika pre test rerata sebesar 5,61 dan data post test sebesar 4,77. Selisih hasil rerata nyeri pada kelompok perlakuan dengan nyeri pos op sebesar 2,16.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kober, 2002 dalam mengurangi nyeri pada kasus luka dengan menggunakan sistem meridian akupressur yang sejalan dengan teknik SEFT, dan penelitian oleh Hui, 2000 untuk mengetahui pengalaman nyeri dan rasa takut dengan akupuntur. Dalam artikel cancer pain treatment yang dilakukan oleh Craig, 2004 juga melakukan EFT pada pasien kanker payudara yang menunjukkan penurunan skala nyeri bahkan dalam waktu 4 bulan tidak mengalami kekambuhan rasa nyeri kanker payudara tersebut.
PEMBAHASAN Dengan tapping menstimulasi endorphin. periaqueductal grey matter. Keberadaan endorphin pada sinaps sel-sel syaraf mengakibatkan penurunan sensasi nyeri (Smelzer & Bare, 2002). Teori pengendalian gerbang (Gate Control) Pemakaian stimulasi syaraf dengan listrik transkutis atau pemijatan untuk menghilangkan nyeri adalah salah satu contoh aplikasi klinis teori ini (Price & Wilson, 2006).
Keterbatasan Penelitian Pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung selama proses terapi SEFT dan pengisian kuesioner oleh keluarga pasien dan pasien. Pada waktu pengambilan data terdapat kendala jumlah pasien dengan kasus pembedahan laparatomi terbatas, lingkungan sekitar pasien yang ramai mengganggu tingkat konsentrasi dalam treatment, membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang dalam melakukan treatment.
Kesimpulan dan Penutup Pemberian manajemen nyeri dengan intervensi Spiritual Emotional and Tehnique (SEFT) efektif dalam menurunkan nyeri pasien Post Op bisa dilakukan secara aplikatif di ruang bedah
Terimakasih