Sejarah perkembangan film prancis
Film Prancis Masa Pendudukan Jerman 1940-1945
Prancis Masa Pendudukan Terbagi menjadi dua bagian
Parade Kemenangan Tentara Jerman di Paris
Paris di bawah Jerman Setelah beberapa hari Jerman menduduki kota Paris, kehidupan mulai sedikit berubah : sekolah, restoran, teater, majalah, koran, kereta api, dan pelayanan publik lainnya. Paris relatif aman
Perubahan-perubahan Restoran, café, hotel, gedung teater, gedung film, galeri seni dipenuhi tentara Jerman Tempat-tempat terkenal yang dimiliki orang Yahudi diambil alih tentara Jerman Poster-poster acara hiburan menggunakan bahasa Jerman Atmosfer budaya kurang bebas, dipenuhi propaganda NAZI
Sampul buku acara
poster
Eksodus sineas Prancis Sutradara: Jean Renoir, Rene Clair, Julien Duvivier, Max Ophuls,dll. Mereka meninggalkan Prancis untuk tinggal di Amerika Serikat atau Swiss. Aktor/Aktris: Jean Gabin, Louis Jouvet, Jean-Pierre Aumont, dll.
Produksi Film Prancis meningkat, namun Banyak film pesanan: film-film propaganda yang dibuat oleh sineas-sineas mediocre yang hanya berorientasi pada ekonomi. Film-film propaganda biasanya membenarkan pihak penguasa dan menjadikan gerakan-gerakan sosial (komunisme dan sosialisme) sebagai sumber masalah di Prancis. Lebih dari 200 film dihasilkan pada masa ini.
Film Independen menyelamatkan Prancis Diproduksi oleh la Continental (sebuah perusahaan film yang independen). Dibuat oleh sineas-sineas berkelas yang masih tinggal di Prancis : Marcel Carné, Henri-Georges Clouzot, Bertrand Tavernier, dll. Karya: Le Corbeau (Clouzot) Les enfants du paradis (Carné) Ada sekitar 30 film Beberapa sineas independen mendapat larangan untuk membuat film.
Pasca Perang Dunia II Sineas Prancis yang mengasingkan diri kembali berkarya di Prancis Produksi sinema meningkat Gedung sinema bertambah Jumlah penonton yang datang berlipat Jumlah film impor meningkat, terutama dari Amerika Serikat
PERSPEKTIF FILM PRANCIS Generasi baru para film-makers berpendapat bahwa sinema atau film adalah seni. Sutradara-sutradara Perancis beranggapan bahwa pembuatan atau produksi film Perancis sangatlah membosankan di bandingkan dengan film-film Hollywood yang jauh lebih menarik dan banyak diminati oleh orang-orang pada saat sepanjang masa perang. Film-film mereka (Hollywood) mempertunjukkan keterpesonaan dengan gambar-gambar yang indah dan menarik perhatian pada eksplorasi psikologi yang sangat kuat.
Catatan di atas mencerminkan perspektif sinema Prancis dalam sinema dunia, khususnya dalam hubungannya dengan dominasi film Amerika. Suatu hubungan benci dan rindu, kagum sekaligus mengkritik, perlawanan terhadap dominasi Hollywood sekaligus kritik terhadap sinema Prancis itu sendiri.
Pada saat masa-masa tersebutlah, akhirnya muncul nama-nama seperti Louis Delluc, Abel Gance, Germaine Dulac, dan Marchel Wherbier. Mereka semua adalah sineas-sineas negara Perancis yang ingin membangkitkan kembali eksistensi film-film Perancis. Mereka semua, terutama Louis Delluc, menginginkan bangkitnya sinema Perancis dengan bentuk baru yang khas Perancis yang menampilkan identitas dari negara Perancis itu sendiri yang dari dulu memang di kenal sebagai negara seni terbesar yang pernah ada di dunia. Louis Delluc akhirnya mengeluarkan statementnya yang menyatakan kalau “FILM PERANCIS HARUS MENJADI SINEMA, SINEMA PERANCIS HARUS MENJADI PERANCIS”
Serbuan film asing di Prancis 1947 : Komite Perlindungn Film Prancis (CNC). Dibuat peraturan: pajak tontonan dari tiket sebagian masuk ke CNC untuk membiayai produksi film Prancis. Jumlah film impor tidak boleh lebih dari 40 % jumlah film yang beredar Ada subsidi untuk penulis skenario pertama dan sutradara film pertama.
Festival & Media Film 1946 festival film Cannes untuk pertama kalinya diselenggarakan penghargaan piala Palm d’Or 1976 festival film nasional Prancis diselenggarakan Penghargaan piala César. 1951 Majalah kritik film Cahiers du cinéma. Sejarah sinema mencatat, perdebatan intelektual tentang sinema yang paling menarik justru tumbuh di Prancis lewat majalah ini.
Film Prancis 1947-1958 Situasi ekonomi dan politik Prancis mulai meningkat Masa stabil perfilman Prancis Sekitar 100 film per tahun diproduksi 380 juta penonton setiap tahun
Film Prancis 80an Film-film pada masa ini, dibuat dengan gaya komersial yang apik dan menekankan keterasingan karakter utamanya, dikenal sebagai Cinema du look. Camille Claudel, disutradarai oleh pendatang baru Bruno Nuytten dan dibintangi Isabelle Adjani dan Gérard Depardieu, adalah sukses komersial utama pada tahun 1988. Film drama sejarah Jean de Florette (1986) dan sekuelnya Manon des Sources (1986) adalah salah satu film Prancis terlaris dalam sejarah dan membawa pengakuan internasional Daniel Auteuil.
Film Prancis 90an Cyrano de Bergerac dari Jean-Paul Rappeneau adalah sukses besar di box-office pada tahun 1990, mendapatkan beberapa Penghargaan César, termasuk aktor terbaik untuk Gérard Depardieu, serta nominasi Academy Award untuk gambar asing terbaik. Luc Besson membuat Nikita (1990), sebuah film yang menginspirasi remake di Amerika Serikat dan Hong Kong. Pada tahun 1994, ia juga membuat Léon dan pada tahun 1997 The Fifth Element, yang menjadi favorit kultus dan meluncurkan karier Natalie Portman dan Milla Jovovich. Pada tahun 1992, Claude Sautet (bersama Jacques Fieschi) dan mengarahkan Un Coeur en Hiver, dianggap oleh banyak orang sebagai mahakarya. Film Mathieu Kassovitz tahun 1995 Hate (La Haine) menerima pujian kritis dan menjadikan Vincent Cassel seorang bintang, dan pada tahun 1997, Juliette Binoche memenangkan Academy Award untuk Aktris Pendukung Terbaik untuk perannya dalam The English Patient.
Pada tahun 2001,Jean-Pierre Jeunet membuat Le Fabuleux Destin d'Amélie Poulain) yang dibintangi oleh Audrey Tautou. Ini menjadi film berbahasa Prancis yang paling sukses yang pernah dirilis di Amerika Serikat Pada tahun 2008, Marion Cotillard memenangkan Academy Award untuk Aktris Terbaik dan Penghargaan BAFTA untuk Aktris Terbaik dalam Peran Utama untuk perannya sebagai penyanyi legendaris Prancis Édith Piaf di La Vie en Rose. Film ini memenangkan dua Oscar dan empat BAFTA Komedi pedesaan 2008 Bienvenue chez les Ch'tis menarik lebih dari 20 juta penonton, film Prancis pertama yang melakukannya. di Perancis menempatkannya di belakang Titanic sebagai film paling sukses sepanjang masa di bioskop Prancis. Pada tahun 2011, film Intouchables menjadi film yang paling banyak ditonton di Perancis . Setelah sepuluh minggu, hampir 17,5 juta orang telah menonton film ini di Prancis, Intouchables adalah film Perancis kedua yang paling banyak ditonton sepanjang masa di Perancis.
Sinema Maghribi film Prancis dengan isu imigran Maghribi yang diproduksi oleh para sineas asli Prancis cenderung menciptakan tokoh Maghribi yang dilekati penokohan yang didasarkan pada stereotipe yang dibangun di luar layar dalam ranah kehidupan sosial.Stereotipe tokoh imigran tersebut misalnya, pelanggar hukum, teroris, tidak berpendidikan tinggi, pekerja rendahan, tidak mampu berintegrasi dengan baik pada nilai-nilai budaya Prancis dan seringkali dianggap tidak layak memperoleh kewarganegaraan Prancis. Contoh La Haine (Matthieu Kassovitz, 1995)
kemunculan sineas-sineas Maghribi membawa pula sudut pandang yang berbeda dalam penggambaran tokoh dan penokohan imigran Maghribi yang berjuang hidup dalam multikulturalisme Prancis. Isu yang sering diangkat antara lain mengenai konstruksi identitas, agama, ekonomi, integrasi sosial dan kewarganegaraan dalam sudut pandang mereka yang lebih kompleks. Contoh : Beur sur la vie (Djamel Bensalah, 2014), Beur blanc rouge (Yasmine Belmadi and Nozha Khouadra 2006), Indigenes (2006 French film directed by Rachid Bouchareb)
Referensi “La Culture” dalam Ministère des Affaires étrangères, France, La Documentation française, Paris, 2004 Dominique AUZEL, Le cinéma, collection Les Essentiels Milan, Editions MILAN, Toulouse, 2004. http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2003/06/09/FL/mbm.20030609.FL88209.id.html