PERBANYAKAN TANAMAN TEBU SECARA INVITRO (MIKROPAGASI) DENGAN PEMANFAATAN MEDIA HORMON OLEH: DIMAS PRAKOSWO W, A.Md., S.P
PENDAHULUAN Tebu merupakan tanaman penghasil gula yang sangat penting kebutuhanya digunakan oleh masyarakat Dengan produksi yang semakin rendah dan diimbangi dengan kebuthan gula masyarakat yang semakin meningkat maka harus ada alternative guna menghasilkan produksi yang tinggi Program pemuliaan tebu telah berfokus pada produksi varietas dengan hasil tinggi, rendemen lebih tinggi, hama dan ketahanan terhadap penyakit, toleransi terhadap cekaman abiotik Permintaan varietas baru dirilis tidak bisa dipenuhi oleh hanya metode propagasi konvensional sebagai laju penyebaran cepat dari varietas unggul. Oleh karena itu, penerapan teknik kultur jaringan tanaman memberikan metode alternatif untuk perbaikan tanaman.
TUJUAN Untuk mendapatkan teknologi produksi bibit tebu unggul secara massal, cepat dan seragam melalui kultur in vitro.
Teknik mikropropagasi merupakan perbanyakan klonal tanaman menggunakan eksplan dari jaringan meristematik atau non- meristematik. Tanaman dapat diregenerasi baik secara langsung dari eksplan maupun secara tidak langsung melalui kalus yang diinisiasi dari eksplan. Dalam kultur jaringan tebu, planlet dapat dihasilkan dari meristem pucuk dan samping maupun dari jaringan daun muda
KEUNGGULAN TEKNIK MIKROPAGASI Penyediaan bibit tebu melalui kultur in vitro atau mikropropagasi memiliki beberapa keunggulan di antaranya adalah bibit tebu yang dihasilkan bebas penyakit terutama penyakit-penyakit sistemik dan dapat dilakukan secara cepat dan massal
PELAKSANAAN 1.Pada studi ini menggunakan pucuk atas eksplan dihasilkan dari lapangan umur 8-10 bulan menggunakan varietas tebu CoSe Eksplan dicuci secara menyeluruh dengan air mengalir keran diikuti oleh alkohol 70% selama 1 jam. 3.Bahan eksplan dibawa ke laminar aliran kabinet dan disterilkan permukaannya dengan 0,1% HgCl2 selama 7 menit dan dibilas 3 kali dengan steril air suling ganda. 4.Eksplan kemudian aseptik dikultur pada modifikasi media MS dengan konsentrasi yang berbeda dari IBA, NAA dan 2, 4-D untuk induksi kalus. 5.Kalus kemudian ditransfer pada konsentrasi yang berbeda dan kombinasi sitokinin (BAP, Kinetin) dan auksin (IBA, NAA) untuk regenerasi tunas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh berbagai konsentrasi IBA, NAA dan 2, 4-D pada induksi kalus dari eksplan daun selubung dari tebu
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh auksin (IBA, NAA) pada konsentrasi yang berbeda dan kombinasi pada regenerasi akar dari jaringan kalus
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh sitokinin yang berbeda pada tunas in vitro dikembangkan dari daun selubung kalus
KESIMPULAN Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa induksi kalus terbaik diamati pada 3,0 mg / l 2,4-D. Respon terbaik dalam hal pembentukan tunas beberapa diamati bahwa pada media MS dengan BAP, Kinetin dan NAA (0.5mg / l). perakaran terbaik diamati pada setengah perlakuan MS medium dengan 3mg / l NAA antara auksin yang berbeda.