EPIDEMIOLOGI THYPUS ABDOMINALIS by WIDYA HC
DEFINISI = Thyphus abdominalis Penyakit infeksi akut pada usus halus, manifestasi klinik sama dengan enteritis akut = demam enterik Demam tifoid : infeksi akut pada usus kecil karena kuman Salmonella typhi
Orang yg sudah dinyatakan sembuh tidak berarti sembuh total -> masih bisa menularkan (carrier) -> kemungkinan carries perempuan 3x daripada laki2
DISTRIBUSI Di Indonesia banyak ditemukan (terutama pada musim panas), pada semua umur (terutama umur 5-9 tahun), laki-laki : perempuan = 2-3 : 1
PENYEBAB Kuman Salmonella typhi atau Salmonel-la paratyphi A, B, C Morfologi kuman : berbentuk batang, tidak berspora, tidak bersimpai, tapi punya flagel feritrik(fimbrae), ukuran 2-4 µm x 0,5-0,8 µm, diameter 2-3 µm, bulat, cembung, jernih, licin, tidak menyebabkan hemolisis.
Fisiologi kuman : tumbuh pada aerob & fakultatif aerob, suhu 15-41 derajat Celcius (optimum : 37), pH : 6-8. Isolat kuman : gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif
Daya tahan kuman :mati karena sinar matahari, pemanasan 60 derajat C selama 15-20 menit, atau dengan pasteurisasi, pendidihan, klorinasi pada keadaan kering. Bertahan di es/salju/air selama 4 minggu/berbulan2. Subur pada medium yg mengandung garam metil. Tahan terhadap zat warna hijau brilian & senyawa natrium tetrationat & natrium deoksikolat
Bakteri tifoid ditemukan dalam tinja & air kemih penderita Penyebaran bakteri ke makanan akibat cuci tangan kurang bersih setelah BAB & berkemih Lalat menyebarkan bakteri dari tinja ke makanan Bakteri masuk ke saluran pencernaan -> peredaran darah -> diikuti peradangan usus halus & usus besar Pada kasus yg berat : jaringan yg terkena bisa mengalami perdarahan & perfora (perlubangan) -> fatal
PENULARAN Kuman Salmonella typhy masuk tubuh melalui makanan/minuman yg tercemar -> ke lambung -> kelenjar limfoid usus kecil -> peredaran darah Kuman masuk peredaran darah : 24-72 jam setelah masuk pertama (belum ada gejala tapi telah mencapai hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang & ginjal
Akhir masa inkubasi 5-9 hari, kuman masuk lagi ke aliran darah -> pelepasan endotoksin -> Menyebar seluruh tubuh -> demam tifoid
GEJALA Timbul bertahap 8-14 hari setelah infeksi : demam, sakit kepala bagian depan, nyeri sendi/otot, sakit tenggorokan, sembelit, nafsu makan turun, anoreksia, rasa malas, lidah kotor, gangguan perut, kadang nyeri ketika berkemih, batuk, perdarahan di hidung
Masa inkubasi 7-21 hari (umumnya 10-12 hari) Manifestasi klinik pada anak lebih ringan & lebih variatif Demam tyfoid berat memberikan komplikasi perdarahan, kebocoran usus (perforasi), infeksi selaput usus (peritonitis),rejatan, bronkopnemoni, kelainan otak (ensefalopati meningitis)
Komponen utama demam tifoid : 1.Demam (> 7 hari) 2.Gangguan saluran cerna 3.Gangguan saraf pusat / kesadaran
Minggu I Suhu tubuh berangsur meninggi 38-40 derajat Celcius Suhu lebih tinggi pada sore & malam Denyut nadi melemah (30-100/menit) & bersifat dicrotic Pernafasan makin cepat dengan gambaran bronchitis kataral Perut kembung, perasaan tidak enak Gangguan buang air besar (sembelit & diare silih berganti)
Akhir minggu I diare makin sering Lidah tampak putih & kotor, tepi lidah kelihatan merah Timbul rash (bercak / bintik di muka, dada & perut pada awal penyakit (3-5 hari pertama), lalu hilang sempurna Berlanjut infeksi kelenjar usus halus
Minggu II Pernanahan usus halus Suhu badan makin meninggi, sedikit turun di pagi hari Gangguan pendengaran Muka pucat Lidah kering, merah mengkilat, dilapisi lendir kental Nafsu makan turun
Nadi makin cepat, tekanan darah turun Limpa dapat diraba, lunak & halus Perut makin kembung, merasa tidak enak Diare kadang berwarna gelap, serta sakit perut
Minggu III Bila membaik : gejala berkurang, temperatur menurun. Bila memburuk, toksemia memberat dengan tanda : Delirium / stupor Otot bergerak terus Inkontinensia alvi Tekanan abdomen meningkat Kolaps
Tidak bisa buang air besar Perut terasa sakit sekali Denyut nadi cepat & lemah Kesadaran menurun, kadang tidak sadar Perdarahan usus, disusul kematian
Relaps Penderita dengan infeksi ringan / imunitas rendah : kekambuhan dapat terjadi (berlangsung singkat, lebih ringan dari serangan primer, tapi gejala dapat lebih berat
Komplikasi Kronik -Lesi kronik berupa radang yang sepuratif (salmonella terdapat dalam tulang) -Carrier (salmonella menetap di ginjal)
DIAGNOSIS Laboratorium : jumlah lekosit menurun, titer widal meningkat Diagnosis pasti : ada kuman pada biakan Metode diagnosis typhus :
Diagnosis Mikrobiologik / Biakan Kuman 90% penderita yg tidak diobati : kultur darahnya positif pada minggu I. Setelah diberi antibiotik : jadi 40%, tapi kultur sumsum tulang 90% positif lalu turun. Tinja & kultur urin : 85% 7 25% positif pada minggu ketiga & keempat. Carrier : tetap keluarkan S.typhy dalam tinja dalam waktu lama (3% dari penderita, dewasa > anak)
Diagnosis Serologik Tergantung antibodi yg timbul terhadap antigen O & H -> dideteksi dengan reaksi aglutinasi (tes widal). Antibodi terhadap antigen O dari grup D timbul minggu 1, puncak : minggu 3 & 4, turun setelah 9-12 bulan. Titer aglutinin 1/200 atau kenaikan titer 4 kali : tes widal positif -> infeksi akut Salmonella typhy
Diagnosis Klinik Ditegakkan dengan ditemukannya bakteri salmonella dalam darah penderita & demam yg panjang
METODE DIAGNOSTIK 1. Anamnesis 2. Tanda Klinik 3. Laboratorik : Pemeriksaan darah tepi Identifikasi kuman melalui isolasi / biakan Identifikasi melalui uji serologis Metode enzyme-linked imunosorbent assay (ELISA) Pemeriksaan dopstik 4. Identifikasi kuman secara molekuler
DIAGNOSIS BANDING Influenza - Bronchitis Bronchopneumonia - ISK Gastroenteritis - Tuberculosa Malaria - Sepsis Keganasan - leukimia
FAKTOR RISIKO Jajan sembarang tempat (pinggir jalan, dekat tempat sampah) Tinggal serumah dengan penderita thypus Memakan makanan yg terkontaminasi (lalat, kecoa, tikus)
AKIBAT Radang hati Radang tulang Radang persendian Gangguan jiwa Kebocoran usus
PENGOBATAN 99% penderita sembuh dengan anti-biotik yg tepat. Umumnya : kloramfe-nikol (punya efek toksik terhadap susmsum tulang) -> demam turun rata2 setelah 5 hari Untuk kasus berat, klorafenikol diberikan : 4 x 1 gram 3 hari pertama, diikuti 4 x 0,5 gram 12 hari berikutnya
Untuk kasus ringan : kloramfenikol diberikan 4 x 0,5 gram selama 15 hari Tiamfenikol : 4 x 0,5 gram selama 10-15 hari Untuk menghindari carrier : Kloramfenikol bersama dengan aureomisin (masing2 0,5 gram tiap 6 jam selama 1 hari diikuti 250 mg tiap 6 jam selama 6 hari)
Jika terjadi perforasi usus : diberi antibiotik spektrum luas (berbagai jenis bakteri masuk perut); jika perlu : pembedahan untuk memperbaiki / mengangkat bagian usus yg mengalami perforasi
Jika strain kuman resisten kloramfenikol : beri Amphysilin, Ampysilin, Amoksisilin, Trimetoprin, Sulfa Metoksasole, Probenesit Imunisasi & vaksin monovalen kuman Salmonella typhi. Vaksin merangsang pembentukan serum terhadap antigen Vi, O, & H. Hasil percobaan : antibodi terhadap antigen H memproteksi terhadap S.typhi tapi antibodi Vi & O tidak
Perawatan : isolasi, observasi, pengobatan : berbaring minimal 7 hari, bebas demam 14 hari -> untuk cegah komplikasi perdarahan & perforasi usus. Bila kesadaran turun : perubahan2 posisi baring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik & dekubitus
Diet : bubur saring lalu bubur kasar -> untuk menghindari komplikasi perdarahan & perforasi usus -> nafsu makan turun -> penurunan keadaan umum & gizi -> proses penyembuhan lambat
PENCEGAHAN Vaksin tifus per-oral : perlindungan 70% -> hanya untuk orang yg telah terpapar S.typhi & risiko tinggi (petugas laboratorium, pelancong, dll) Penyediaan air minum yg memenuhi syarat Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya
Pemberantasan lalat & kebiasaan hidup sehat Pengawasan rumah makan & penjual makanan Menemukan & mengawasi carrier dengan tes darah, pemeriksaan tinja & urine berulang2 Pendidikan Kesehatan Masyarakat & pemeriksaan kesehatan berkala terhadap penyaji makanan (industri makanan & restoran)
Penerapan dasar2 hygiene & kesehatan masyarakat (kebiasaan cuci tangan sebelum & sesudah makan, sterilisasi pakaian, antiseptik bahan & alat2 yg digunakan pasien Deteksi & isolasi sumber infeksi (memperhatikan faktor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah, clorinasi air minum, perlindungan suplai makanan & minuman)
Imunisasi Peningkatan ekonomi & peningkatan kebiasaan hidup sehat serta mengurangi populasi lalat (reservoir)