Mengemas Ulang Informasi Sejarah dalam Fiksi Sejarah

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Belajar Jadi Juru Masak yang Baik
Advertisements

Oleh : RAHMAT, SP PENYULUH PERTANIAN BPP TANETE
3.
TAHAP PENGEMBANGAN FILM KARTUN M.SUYANTO
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat
MENEMUKAN/MENCIPTAKAN Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
Amirah Jihan Afry Rhanda Rumana Salman Alfarisi
Kelompok 4: Ariq Tito Boim Karina
PEMBUATAN VIDEO PARIWISATA KOTA SURABAYA BERJUDUL “SPARKLING SURABAYA”
PLACE : 22. CHANGE of LEVEL Perubahan dan Perbedaan Lantai
KELOMPOK 5 TERAMPIL MENULIS X Oleh: Amri Tegar Putra ( )
Sastra Anak Matakuliah: N0662 / Kesusastraan Jepang Kontemporer Tahun: Pertemuan ke 9.
Pertemuan 3: Karakter & Cara Membaca + Menulis Fiksi
Bahan Ajar Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
Mata Kuliah Metode Penulisan Karya Ilmiah Maret 2012
METODE TANYA JAWAB DAN DEMONSTRASI
KOMUNIKASI MASSA KARAKTERISTIK ISI PESAN
Bahasa Indonesia SMA Kelas X Semester 2 Andri Yogastari
BERBICARA Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita Membahas cerita pendek melalui kegiatan.
PERTEMUAN VIII (KE DELAPAN) MATA KULIAH : PENULISAN NASKAH SEMESTER : GANJIL DOSEN : BAMBANG SUDJATI TAHUN : 2011.
RESENSI BUKU KELOMPOK 4.
Inspirasi, Gerakan Jiwa Paling Dalam
MENYUSUN KARYA TULIS (MAKALAH)
Pengantar Kesusastraan Umum
Materi Kuliah MPS Kualitatif Iqbal Djajadi Rabu, 9 Maret 2011
DRAMA Senada dengan film, drama adalah karangan yang berbentuk dialog/percakapan antara pemainnya. Dialog dalam drama tidak jauh berbeda dengan percakapan.
KENAPA ORANG KRISTEN JATUH LAGI KEDALAM DOSA YANG LAMA?
Kelompok W.R SUPRATMAN Sharissa Chairani/32 Andrea Permata/04 Atika Erdyah/08 Cindy Anggraini/09 Irsa Adinda/16 Jihan Khalisah/17.
BIOGRAFI/OTOBIOGRAFI Sederhana
TALITHA LINTANG PERTIWI 31 / XI.IPS 2
Kelas XI Bahasa semester 1
Materi 1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
UNSUR-UNSUR SEBUAH RESENSI
Mengenal TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)
Menulis berbgai karya sastra/cerpem
KUTIPAN, CATATAN KAKI, DAN BIBLIOGRAFI
NARASI.
TAHAP PENGEMBANGAN FILM KARTUN M.SUYANTO
Sri Juwita Hanum Cukup lama kami menikah, namun belum dikaruniai anak. Dalam soal anak, orang Minangkabau tidak kalah usil mulut seperti orang Jawa. Mereka.
DISTORSI PESAN dalam KOMUNIKASI ORGANISASI Pertemuan 12
Mimpi adalah komunikasi antara tubuh, pikiran, dan jiwa kita
Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep
Modul 4 Fungsi feature Fungsi feature mencakup lima hal:
MENYUSUN KARYA TULIS (MAKALAH)
Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep
KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM
Bahasa Indonesia Juliah Utami XII SCIENCE 2.
Saya dan kelompok saya akan menceritakan tentang sunan ampel.
MENGOMENTARI BUKU CERITA YANG DIBACA
APRESIASI PROSA FIKSI ANAK
KUTIPAN Nama : Astin Ria Npm :
All About Me Sekilas Tentangku Hobi Cita-cita.
Modul 13 Jenis feature Feature minat insani (human interest). Paling efektif untuk menyentuh perasaan nurani, emosi, psikologis khalayak yang anonim dan.
Dasar terbentuknya nasionalisme
MELIPUT BAHAN TULISAN Dr. Made Pramono, M.Hum..
LAPORAN BUKU.
KUTIPAN, CATATAN KAKI DAN DAFTAR PUSTAKA
SERI PRESENTASI JURNALISTIK OLAHRAGA 2015 Dr. Made Pramono, M.Hum.
BAB 1-TINGKATAN PENGERTIAN SEJARAH 1.6 KEPENTINGAN SEJARAH
PROSA TRADISIONAL HIKAYAT INDERA NATA.
PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep
Pemilihan Penerbitan dan Editor
Penulisan Kata/Kalimat
Rizky aulia brilianti, S.hum., m.si.
Guru Pengajar : Moh. Gunadi, S.Pd XII-PBR3 SEJARAH Menik Kurniawati(10) Putri Wulansari(20) Ariyanti Ramadhani(03) Riska Dwi Indah O(21) Suryana(00)
SANG EMANSIPASI WANITA. Raden Adjeng Kartini Raden Ayu Kartini (panggilan) Lahir pada tanggal 21 April 1879 Di Jepara, Jawa Tengah Agama islam Meninggal.
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA N. AINI PUSPITASARI.
Sebelum belajar saksikan video berikut ini klik 3.11 Mengidentifikasi informasi pada teks ulasan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel,
NASKAH KORAN BUKU PRASASTI SUMBER TULISAN Sumber tulisan adalah sumber tertulis yang didalamnya terdapat informasi sejarah, antara lain prasasti, naskah,
Transcript presentasi:

Mengemas Ulang Informasi Sejarah dalam Fiksi Sejarah Yudhi Herwibowo

Yang dimaksud dengan kemas ulang informasi adalah mengemas kembali informasi, atau mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk lainnya. Pengertian ini bisa memiliki banyak makna seperti saat menuliskan ucapan, nyanyian, doa, dsb. Obyek juga bisa diubah dalam bentuk lainnya, misalnya: grafik, gambar, puisi, dsb. Selain itu, medianya pun dapat diubah ke media lain, misalnya: kertas, digital, pita magnetik, mikrofis, DVD, dsb. Dalam dunia literasi, kemas ulang informasi bisa berupa perubahan bahasa satu ke bahasa lain, seperti saat menerjemahkan dan mengintepretasi, bisa juga berupa perubahan fungsi seperti revisi, ringkasan, analisis, risalah, bahkan anotasi.

Di dunia literasi sudah terjadi sejak lama Di dunia literasi sudah terjadi sejak lama. Kita ingat bagaimana meledaknya novel Lupus, yang kemudian dikemas uang sebagai komik, film dan sinetron. Kita juga ingat betapa meledaknya komik Tintin, hingga kemudian semua serinya dibuat film animasinya, juga dibuat film layar lebar, bahkan dalam versi 3D. Tak hanya itu, setiap tokohnya dikembangkan menjadi satu buku khusus, dsb. Yang mungkin lebih spektakuler adalah meledaknya film Frozen. Naskah film ini tak cuma dikemas ulang sebagai naskah novel, buku bergambar, buku naskah film, buku biografi setiap tokoh, dll. Proses kemas ulang Frozen bahkan lebih luas lagi. Karena ide-ide kecil dari naskah asli dikembangkan menjadi buku-buku sendiri, baik novel, buku bergambar, bahkan buku memasak.

Novel Film Sinetron Komik Komik Novel DVD Buku Per Karakter Film

Komik dengan cerita baru Film di luar karakter utama Novel Buku Stiker Komik asli Buku Lagu Nove Komik dengan cerita baru Film di luar karakter utama Film

Sejak kapan sejarah ditulis dalam fiksi? Novel Sitti Nurbaya karya Marah Roesli (Balai Pustaka, 1922) Novel Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo (Masman & Stroink, 1919) Novel Thjit Liap Seng (Bintang Tujuh) karya Lie Kim Hok (Lie Kim Hok, 1886) Ketiga novel pertama ini ternyata mengandung unsur sejarah yang kuat

Contoh lainnya Asmaraman S. Kho Ping Hoo dikenal dengan cersilnya, juga melakukan riset dari buku-buku sejarah China. Ini sama seperti yang dilakukannya, saat ia menggarap cersil berlatar nusantara, seperti: Perawan Lembah Wilis, Darah Mengalir di Borobudur, Badai Laut Selatan, dsb. Pramudya Ananta Toer juga menjadi panutan penulis fiksi sejarah. Hampir semua novelnya berkaitan dengan sajarah bangsa. Tetralogi Bumi Manusia, Bukan Pasar Malam, Panggil Aku Kartini Saja, dsb. Bahkan novel Mangir dan Arok Dedes mengambil setting jauh sebelum kemerdekaan.

Di tahun 2010-an, novel sejarah sempat mengalami booming besar Di tahun 2010-an, novel sejarah sempat mengalami booming besar. Ini ditandai dengan larisnya novel Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi (Tiga Serangkai, 2004). Ini membuat banyak penerbit berbondong-bondong menerbitkan novel sejarah lainnya. Puncak dari booming ini adalah diadakannya acara Musyawarah Agung Penulis Cerita Silat tahun 2012 di kaki Borobudur. Acara pertama yang diadakan Borobudur Writers and Cultural Festival ini konon menghadirkan lebih dari 200 penulis cerita sejarah dan sejarah.

Di era kekinian, novel sejarah dapat dikatakan memiliki kebiasaan baru dengan kerapnya menerbitkan novel biografi dari tokoh-tokoh bangsa. Tentu di masa lalu, hal ini juga terjadi, tercatat ada Surapati dan Robert, Anak Surapati karya Abdul Moeis (Balai Pustaka 1956), Namaku Wage karya Umar Nur Zain (Sinar Harapan, 1983), dsb.

Trend novel biografi tokoh bangsa begitu terasa Trend novel biografi tokoh bangsa begitu terasa. Ini diawali dengan suksesnya buku Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabhicara (Nourabooks, 2012). Tokoh-tokoh bangsa yang kemudian ditulis di antaranya: - Moh. Hatta dalam Aku Datang karena Sejarah (Sergius Sutanto, Qanita, 2014), - Tan Malaka dalam Tan dan Tan: Gerilya Bawah Tanah (Hendri Teja, Javanica 2016, 2017), - Jenderal Soedirman dalam Kupilih Jalan Gerilya (Enang Rokajat Asura, Imania, 2015), - Gus Dur dalam Peci Miring (Aguk Irawan, Imania, 2015), - Joko Widodo dalam Jokowi Si Tukang Kayu (Gatotkoco Suroso, Gramedia, 2014), - Jend. Polisi Hoegeng dalam Halaman Terakhir (Yudhi Herwibowo, Nourabooks, 2016), - W.R. Supratman dalam Sang Penggesek Biola (Yudhi Herwibowo. Imania, 2018), dsb

Ini membuat tokoh-tokoh lainnya dalam berbagai bidang juga tak mau ketinggalan untuk diekplorasi sebagai novel. Tercatat ada - Chairil Anwar dalam Kali ini Tak Ada yang Mencari Cinta (Sergius Sutanto, Qanita, 2017), - Ibunda dari Jusuf Kalla dalam Athirah (Alberthiene Endah, Nourabooks, 2016), - Y.B. Mangunwijaya dalam Mangun (Sergius Sutanto, Elex Media Kumputindo, 2016), dsb.

Novel sejarah yang terbit di kisaran tahun 2000-2010

Novel sejarah yang terbit di kisaran tahun 2010-2019

Dari beberapa novel di atas, ada kecenderungan memiliki sumber-sumber informasi yang hampir sama: - kisah-kisah verbal orang yang mengenal sang tokoh, - buku-buku-buku yang terbit sebelumnya (entah itu biografi atau otobiografi atau buku lainnya), - artikel-artikel di koran dan majalah, - rekaman video, dsb. Informasi-informasi ini awalnya berdiri sendiri, namun saat proses penulisan naskah, semuanya diolah menjadi satu. Imajinasi penulis yang ditambahkan, membuat semuanya berkelindan sempurna menjadi fiksi sejarah.

Mengapa Penulis Menulis Fiksi Sejarah? Saya membaca buku biografi pahlawan nasional sejak kecil. Saya juga membaca novel-novel berlatar sejarah,. Selain itu, saya juga suka menonton film dokumenter di televisi, baik tentang sejarah nasional maupun tentang penulis-penulis dunia seperti: Agatha Christie, Oscar Wilde, dll. Bahkan ketika beberapa dari mereka diangkat ke layar lebar, saya juga berusaha menonton biopic mereka. Novel (berlatar) Sejarah Buku Sejarah Film Dokumenter Film Biasa (film biopic)

Perbedaan yang saya rasakan: buku-buku non fiksi dan film-film dokumenter tak cukup mampu membuat perasaan saya berkecamuk. Anehnya ini berbeda saat saya membaca novel-novel tentang sejarah dan menonton film-film biopic. Sisi fiksi yang berkelindan dengan fakta sejarah tentang kisah hidup tokoh-tokoh tersebut, mampu membuat perasaan sedih, gembira, bahkan sampai pula menangis.

Di situ saya merasa: fiksi sejarah bisa mempunyai peran yang besar untuk menggiring emosi pembaca. Fiksi sejarah punya nilai lebih menjadi perayu pembacanya, agar pembaca mengikuti apa yang diinginkan penulis.

Dari cerita-cerita di atas, saya simpulkan beberapa alasan seorang penulis menulis fiksi sejarah, di antaranya: 1. Menuliskan ulang pengalaman yang penulis alami.

2. Mengisahkan ulang kisah-kisah yang pernah didengar/dibacanya. 3 2. Mengisahkan ulang kisah-kisah yang pernah didengar/dibacanya. 3. Sekadar membuat cerita sejarah menjadi lebih ringan

4. Menyuarakan suara yang tak terdengar 5 4. Menyuarakan suara yang tak terdengar 5. Ingin membuat perspektif lain dari yang selama ini beredar di masyarakat.

6. Membuat upaya persuasif pada pembaca 7 6. Membuat upaya persuasif pada pembaca 7. Karena terbatasnya data sejarah yang ada

Apa yang menjadi patokan dalam menulis fiksi Sejarah? Semua penulis fiksi sejarah punya pakem yang berbeda-beda dalam menulis sejarah. Ada penulis yang suka secara langsung mengambil tokoh besar untuk menceritakan kisahnya, namun ada yang lebih suka mengambil tokoh kecil dan hanya menjadikan peristwa sejarah sebagai latarnya. Tentu dua hal ini dapat dikombinasikan sesuai keinginan penulis. Prosentasi kadar sejarah pun tak memiliki patokan yang pasti.

Novel Pandaya Sriwijaya (Bentang Pustaka, 2009) mengambil kisah 5 tokoh kecil di awal kebangkitan Sriwijaya. Seorang dapunta (penguasa kota), seorang bajak laut, seorang putri dapunta yang keluarganya baru dibinasakan, dan seorang bocah yang tanpa sengaja memenangi gelar pendekar Pandaya Sriwijaya. Alur keempat kisah tokoh ini tentu saja fiksi. Pertemuan, kisah cinta, dendam, pembalasan dendam, semua fiksi. Sriwijaya menjadi latar. Beberapa prasasti (Prasasti Kedukan Bukit, Telaga Batu, dsb.) saya kutip sebagai penujang kisah. Kisah Dapunta Hyang Balaputradewa ditulis sesuai beberapa catatan penting sejarah.

Novel Pandaya Sriwijaya Informasi tentang Sriwijaya abad VII-IX Prasasti Telaga Batu, Kedukan Bukit, dsb. Pengembangan tokoh sebenarnya menjadi tokoh fiksi Novel Pandaya Sriwijaya Catatan Sejarah Abad VII-IX Alur Fiksi Tokoh Fiksi Kejadian-kejadian besar Sriwijaya Setting Fiksi

Dalam novel Sang Penggesek Biola (Imania, 2018). Kisah tentang W. R Dalam novel Sang Penggesek Biola (Imania, 2018). Kisah tentang W.R. Supratman sudah cukup diketahui publik, karena sudah ada novel sebelumnya tentang WR. Supratman (Namaku Wage) dan juga film berjudul Wage (2018). Buku biografi tentang WR. Supratman pun sudah ada. Hanya saja, kadang terlalu sedikit menghubungkan WR. Supratman dengan kongres pemuda I & II. Padahal peran WR. Supratman cukup besar. Dua nama perempuan dalam hidup WR. Supratman –Mujenah dan Salamah- hanya dibahas seadanya. Juga tentang tempat kerja WR. Supratman yang punya peran dalam pengembangan karir WR. Supratman.

Novel Sang Penggesek Biola Makassar 1910-an Batavia 1920-an Surabaya 1930-an Biografi W.R. Supratman Lirik-lirik Lagu Ciptaan WR. Supratman Novel Sang Penggesek Biola Buku tentang Kongres Pemuda I & II Pengembangan tokoh Sebenarnya Menjadi tokoh fiksi Tokoh Fiksi Tokoh-tokoh Kongres Pemuda I & II Dramatisasi kisah

Dari dua contoh di atas, bisa terlihat pakem yang saya pegang dalam menulis fiksi sejarah adalah tidak mengubah data-data mayor, yang meliputi: - waktu kelahiran - waktu kematian - moment-moment penting dalam kehidupan tokoh yang sedang ditulis - moment-moment penting latar. - pandangannya terhadap sesuatu (hal-hal besar) - pertemuan dan perbincangan penting, dsb.

Namun yang bisa saya ubah adalah: - emosi tokoh - dialog tokoh - pandangannya terhadap sesuatu (hal-hal kecil) - tokoh-tokoh lain di sekeliling tokoh utama, dsb. Ini yang saya sebut sebagai perspektif sejarah.

Tentang Perspektif Sejarah Nassirun Purwokartun mencoba membuat perspektif lain dalam novel Penangsang (Tiga Serangkai, 2011). Premis awalnya ada 2 hal. Yang pertama, ia tak yakin kalau Penangsang yang merupakan murid Sunan Kudus merupakan sosok yang berangasan. Yang kedua, ia tak yakin dengan kebaikan raja-raja Jawa. Selama ini tokoh Penangsang selalu diceritakan sebagai tokoh hitam, musuh dari Hadiwijaya, Raja Pajang, dan Sutawijaya, yang kelak menjadi pendiri Kerajaan Mataram. Ia kemudian membuat tokoh Penangsang dengan perspektif baru. Orang-orang menyebutnya tokoh hitam yang diputihkan.

Saat pameran lukisan Raden Saleh tahun 2012, beberapa orang diliputi perasan bangga terhadap pelukis Raden Saleh. Saat itu saya menulis cerpen Lukisan Sejarah, di Koran Tempo (2012). Cerpen itu berkisah saat Raden Saleh melukis lukisan legendarisnya berjudul A Historisches Tableau, die Gefangennahmen des Javanischen Hauptling Diepo Negoro. Buku Raden Saleh: Anak Belanda, Mooi Indie & Nasionalisme (Harsja W. Bachtiar, Onghokham, Peter B.R. Carey, Komunitas Bambu, 2011) ada pembahasan tentang nasionalisme Raden Saleh. Itulah yang saya eksplorasi. Sehingga saat Raden Saleh melukis lukisan itu: belum ada rasa kebangsaan, karena pada masa itu memang belum ada konsep kebangsaab. Raden Saleh masih bangga menjadi Juru gambar dari Sri Paduka Kanjeng Raja Wolanda.

Keberanian Lainnya Misalnya dalam novel biografi tentang Pearl S. Buck, Pearl in China karya Anchee Min (Qanita, 2011). Dalam catatan di belakang novel itu, penulis terang-terangan menulis: Ada dua peristiwa yang saya ubah jejak sejarahnya adalah tanggal ayah Pearl S. Buck, Absallon Syndenstricker wafat (1931), dan tanggal Peristiwa Nanking, yang terjadi beberapa tahun lebih awal ketimbang yang diceritakan di dalam novel. Kedua perubahan itu dilakukan demi keindahan cerita.

Dalam film Shin Saimdang (2018), seorang pelukis kenamaan Korea, yang menjadi perempuan pertama di uang kertas Korea, beberapa data sejarah yang meliputi tokoh Shin Saimdang diubah. Misalnya: ia sebenarnya memiliki 8 anak, dalam film hanya 4 saja, suaminya seorang pejabat berprestasi, namun dalam film dibuat sebagai seorang pecundang dan tak bertanggung jawab.

Dapat dikatakan, ini adalah upaya-upaya penulis fiksi membuat naskah mereka lebih menarik. Tentu hal-hal ini akan selalu jadi perdebatan. Di Indonesia, dengan minat baca yang masih rendah, kadang beberapa orang merasa terkejut dengan kisah yang berbeda dari yang selama ini diketahui. Upaya-upaya mendiskusikan fiksi sejarah dengan multi perspektif, perlu terus dilakukan, sehingga tak perlu ada lagi yang marah bila membaca perbedaan-perbedaan itu, karena bila yang dicari hanya sekadar kebenaran fakta sejarah, tentulah yang perlu ia buka adalah buku sejarah, bukan novel sejarah. Sesederhana itu.

Daftar Pustaka https://rosawidyawan.wordpress.com/2012/03/17/kemas-ulang-informasi-membuat-informasi-mejadi-lebih-seksi/ Dorleans, Bernard. 2016. Orang Indonesia dan Orang Prancis. Jakarta KPG Min, Anchee. 2011. Pearl in China. Bandung: Qanita Herwibowo, Yudhi. 2011. Untung Surapati. Solo: Tiga Serangkai Herwibowo, Yudhi. 2009. Pandaya Sriwijaya. Yogyakarta: Bentang Pustaka Bachtiar, Harsja W. dkk. 2011. Raden Saleh: Anak Belanda, Mooi Indie & Nasionalisme. Jakarta: Komunitas Bambu De Graff, H.J. 1989. Terbunuhnya Kapten Tack. Jakarta: Grafitti Press

Sumber Gambar http://daulatdesa.com/2018/06/26/biografi-kho-ping-ho/ https://nationalgeographic.grid.id/read/13711450/pramoedya-ananta-toer-sang-genius-nan-kontroversial-asal-blora https://www.goodreads.com/book/show/7113267-pandaya-sriwijaya https://www.goodreads.com/book/show/11334483-untung-surapati https://www.goodreads.com/book/show/40789497-sang-penggesek-biola https://www.pictame.com/user/nassirun/1652607310 http://kadalijo.blogspot.com/2010/10/komik-lupus.html https://www.ilmubahasa.net/2015/01/robert-anak-surapati.html http://tamanbacarindang.blogspot.com/2014/11/blog-post_79.html

Sekian dan terima kasih