EVALUASI PELATIHAN ISTIANA,S.Psi.,M.Pd
Suharsimi Arikunto Simamora mengemukakan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Simamora pelatihan atau training merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja. Jadi, evaluasi pelatihan merupakan suatu proses untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam program pelatihan. Evaluasi pelatihan lebih difokuskan pada peninjauan kembali proses pelatihan dan menilai hasil pelatihan serta dampak pelatihan.
Evaluasi pelatihan dilakukan dengan tujuan : Menemukan bagian-bagian pelatihan mana yang berhasil mencapai tujuan, serta bagian-bagian pelatihan mana yang kurang berhasil, sehingga dapat dibuat langkah-langkah perbaikan. Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan saran-saran dan penilaian terhadap program yang dijalankan. Memberikan masukan untuk perencanaan program. Memberikan masukan untuk kelanjutan, perluasan, dan penghentian program. Memberi masukan untuk memodifikasi program. Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat program
7. Membuat kebijaksanaan dan keputusan, 8. Menilai hasil yang dicapai, 9. Menilai kurikulum, 10. Memberi kepercayaan 11. Memonitor dana yang telah diberikan, 12. Memperbaiki materi dan program.
Langkah-Langkah Evaluasi Pelatihan Secara logis dan sistematis langkah-langkah pelaksanaan evaluasi pelatihan : Persiapan Evaluasi atau Penyusunan Desain Evaluasi Menentukan Tujuan / Maksud Evaluasi Jadi tujuan evaluasi harus jelas, terukur, berguna, relevan dan sesuai dengan kebutuhan pengembangan program diklat.
Terdapat beberapa metode dalam merumuskan pertanyaan evaluasi : Merumuskan Informasi atau Memfokuskan Evaluasi Terdapat beberapa metode dalam merumuskan pertanyaan evaluasi : Menganalisis objek Menggunakan kerangka teoritis Memanfaatkan keahlian dan pengalaman dari luar Berinteraksi dengan sponsor atau audien kunci Mendefinisikan tujuan evaluasi Membuat pertanyaan tambahan atau bonus Menentukan Cara Pengumpulan Data Terdapat beberapa prosedur pengumpulan data dengan pendekatan kuantitatif : Observasi Tes Survei atau survei dengan kuisioner.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh instrumen evaluasi : Mengembangkan Instrumen Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh instrumen evaluasi : Validitas Reliabilitas Objektivitas Standarisasi Relevansi Mudah digunakan Mengumpulkan dan Menganalisis Data serta Menafsirkannya Mengumpulkan Data Dalam melakukan pengumpulan data ini dilakukan dengan berbeda-beda pada tiap masing-masing level : level reaksi data level pembelajaran level tingkah laku level hasil atau dampak Menganalisis Data dan Menafsirkannya
Pengukuran efektifitas pelatihan meliputi penilaian : - reaksi - belajar - perilaku - hasil - efektifitas biaya
Metode Pengumpulan Data Proses Pengumpulan dan Pengukuran Data Level Evaluasi Deskripsi Metode Pengumpulan Data 1. Reaksi Mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap program pelatihan yang diikuti Survai dengan skala pengukuran, contohnya dengan skala likert 2. Pembelajaran Mengukur tingkat pembelajaran yang dialami oleh peserta pelatihan Formal tes (tertulis) 3. Perilaku Mengukur implementasi hasil pelatihan Action plan, observasi 4. Hasil Mengukur keberhasilan pelatihan dari sudut pandang adanya peningkatan baik kapasitas maupun kompetensi peserta pelatihan Evaluasi action plan dan data laporan
Menyusun Laporan Melaporkan merupakan langkah terakhir kegiatan evaluasi pelatihan. Laporan disusun dengan kesepakatan yang telah disepakati. Langkah terakhir evaluasi ini erat kaitannya dengan tujuan diadakannya evaluasi. Langkah-langkah tersebut dapat dengan digunakan untuk menjawab sejauh mana evaluasi pelatihan yang akan dilakukan dan bagaimana pelaksanaan proses pelatihan dari awal hingga akhir sehingga memberikan hasil untuk improvisasi pada pelatihan-pelatihan selanjutnya.
Komponen dalam model evaluasi ini : Model-Model Evaluasi Pelatihan Model CIPP (Context, Input, Process, Product) Model CIPP merupakan model untuk menyediakan informasi bagi pembuat keputusan, jadi tujuan evaluasi ini adalah untuk membuat keputusan. Komponen model evaluasi ini adalah konteks, input, proses dan produk Komponen dalam model evaluasi ini : Context (Konteks) Input (Masukan) Process (Proses) Product (Produk)
Model Empat Level model evaluasi pelatihan yang dikembangkan pertama kali oleh Donald. L. Kirkpatrick (1959) dengan menggunakan empat level dalam mengkategorikan hasil-hasil pelatihan. Level 1: Reaksi Komponen-komponen dalam level ini: Trainer. Fasilitas pelatihan. Jadwal pelatihan. Media pelatihan. Materi Pelatihan. Konsumsi selama pelatihan berlangsung Pemberian latihan atau tugas. Handouts
Level 2: Pembelajaran Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat mengetahui dampak dari program pelatihan yang diikuti para peserta dalam hal peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan. Dan biasanya data evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah pelatihan atau tes akhir (post-test) dari setiap peserta.
Level 3: Perilaku Diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku pada peserta pelatihan. Dan juga untuk mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap yang baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan di dalam perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja/ kompetensi di unit kerjanya masing-masing. Level 4: Hasil Untuk menguji dampak pelatihan terhadap peserta pelatihan baik perseorangan, kelompok, organisasi, dan lembaga secara keseluruhan. Sasaran pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang nyata yang akan dirasakan oleh peserta pelatihan baik perseorangan, kelompok, organisasi, dan lembaga.
Model ROTI (Return On Training Investment) Model ROTI yang dikembangkan oleh Jack Phillips merupakan level evaluasi terakhir untuk melihat cost-benefit setelah pelatihan dilaksanakan. Kegunaan model ini agar pihak manajemen perusahaan melihat pelatihan bukan sesuatu yang mahal dan hanya merugikan pihak keuangan, akan tetapi pelatihan merupakan suatu investasi. Dapat disimpulkan bahwa model evaluasi ini merupakan tambahan dari model evaluasi Kirkpatrick yaitu adanya level ROTI (Return On Training Investment), pada level ini ingin melihat keberhasilan dari suatu program pelatihan dengan melihat dari Cost- Benefit-nya, sehingga memerlukan data yang tidak sedikit dan harus akurat untuk menunjang hasil dari evaluasi pelatihan yang valid.
Model Evaluasi Summative Evaluasi summatif hanya memperhatikan/membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai dan hasil yang tercapai, apakah suatu program berhasil atau tidak, tanpa memperhatikan proses yang terjadi. Evaluasi summatif dilakukan dengan cara membandingkan antara tujuan awal dengan hasil akhir yang telah dicapai. Model Evaluasi Formatif Evaluasi formatif, adalah evaluasi yang dilakukan terhadap proses yang terjadi, dengan tujuan untuk memberikan umpan balik bagi pelaksana program pelatihan. Tujuan evaluasi formatif tersebut mengetahui seberapa jauh program pelatihan yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan yang terjadi.
Desain-Desain Evaluasi Desain-desain evaluasi pelatihan digunakan untuk menjawab dua pertanyaan pokok: Apakah terjadi perubahan atau tidak dalam cerita (misalnya belajar, perilaku, hasil-hasil organisasional Apakah perubahan tersebut dapat dihubungkan dengan program pelatihan atau tidak
One-shot Posttests-only Design (Un Controled) Ukuran-ukuran evaluasi pelatihan dikumpulkan hanya dari kelompok yang terlatih, setelah mereka mengikuti pelatihan karena tidak ada ukuran prapelatihan dan tidak ada kelompok yang tidak terlatih untuk dijadikan pembanding, tidak ada cara untuk menentukan apakah memang terjadi perubahan atau tidak, atau apakah perubahan tersebut diakibatkan oleh pelatihan atau tidak
One-group Posttests-posttest Design Dimana kelompok pelatihan dinilai sebelum dan setelah pelatihan. design ini memungkinkan pelatih menentukan apakah terdapat perubahand alam belajar, perilaku, atau hasil-hasil, design ini tidak memungkinkan pelatih untuk menyimpulkan dengan pasti bahwa pelatihan telah menghasilkan perubahan. Multiple-baseline Design Dalam design ini, pelatih mengukur kelompok beberapa kali sebelum dan setelah pelatihan. Pelatih sebaiknya tidak menggunakan ukuran yang menonjol seperti kuesioner atau tes belajar.
Model evaluasi : Model uncontrolled Controlled Model