BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SORAYA LESTARI, M. SI
Pertemuan ke 14 Pasar nilai tukar
Perdagangan mata uang terjadi di pasar valuta asing (foregn exchange market). Volume transaksi di seluruh dunia mencapai rata-rata satu triliun USD per hari (Mishkin F., and Eakins., 2000). Transaksi ini menentukan nilai tukar yaitu, harga mata uang yang satu terhadap mata uang lainnya. Misal: nilai tukar USD terhadap Rupiah Rp10.000,- per satu dolar. Jika nilai tukar USD naik menjadi Rp15.000.000,- maka dikatakan bahwa USD terapreasiasi dan Rupiah terdepresiasi. Jika mata uang rupiah terdepresiasi terhadap dolar maka harga produk luar negeri (impor) menjadi lebih mahal dan harga produk domestik di luar negeri (ekspor) menjadi lebih murah. Dan sebaliknya jika Rupiah terapresiasi. Pemerintah melalui otoritas moneternya dapat mengendalikan nilai tukar, misalnya Bank Indonesia membuat Rupiah terdepresiasi terhadap USD, dikatakan bahwa pemerintah melakuan devaluasi rupiah terhadap USD.
Kondisi Nilai Tukar dalam Jangka Panjang Analisis nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu; menentuka variabel-variabel nilai tukar dalam jangka panjang kemudian dengan dasar pengetahuan tersebut menganalisis bagaimana menentukan nilai tukar dalam jangka pendek
Kondisi Nilai Tukar dalam Jangka Panjang The Law of One Price, menyatakan bahwa bila dua negara memproduksi barang yang identik, maka harga barang tersebut di kedua negara adalah sama. Contoh: harga 1 ton baja di AS adalah 100 USD/ton dan baja yang sama di produksi di Jepang harganya 10.000 yen/ton. The Law of One Price menyatakan bahwa nilai tukar USD terhadap Yen adalah 100 Yen/USD (1yen=0,01USD). dengan demikian 1 ton baja di AS dapat dijual di Jepang seharga 10.000 Yen (sama dengan harga baja di Jepang) dan 1 ton baja Jepang dijual 100 USD di AS (sama dengan harga baja AS) Jika nilai tukar menjadi 200 Yen/USD berarti harga baja Jepang di AS adalah 50 USD/ton (=10.000Yen/ton: 200 Yen/USD). Harga baja AS di Jepang adalah 20.000 Yen/ton (=100USD/ton x 200 Yen/USD). Jika demikian maka permintaan baja di AS dengan harga 100 USD/ton akan sama dengan nol dan terjadi penawaran yang berlebih (excess supply). Kelebihan penawaran tersebut akan hilang hanya bila nilai USD turun (USD terdepresiasi atau didevaluasi) menajdi 100 Yen/USD sehingga harga baja di kedua negara menjadi sama.
2. Teori Purchasing Power Parity, teori ini menyatakan bahwa perubahan nilai tukar mencerminkan perubahan tingkat harga (inflasi) antara edua negara. teori ini merupakan aplikasi dari The Law of One Price terhadap tingkat harga domestik. Bila tingkat harga di suatu negara meningkat relatif terhadap harga di negara lain, maka mata uang negara tersebut akan terdepresiasi dan mata uang negara lain akan terapresiasi. Contoh, bila harga baja Jepang naik 10% maka Yen akan terdepresiasi dan USD akan terapresiasi sebesar 10%.
Meskipun Purchasing Power Parity, memberi arah perubahan nilai tukar dalam jangka panjang akan tetapi teori ini gagal menjelaskan kondisi jangka pendek. Teori Purchasing Power Parity, tidak dapat menjelaskan arah perubahan nilai tukar secara sempurna karena dalam teori tersebut nilai tukar ditentukan semata-mata oleh perubahan dalam tingkat harga relatif, dengan asumsi semua barang adalah identik di kedua negara. Tidak semua barang dan jasa diperjual belikan antar negara seperti rumah, tanah, salon, montir oleh karena itu meskipun harga dari barang dan jasa naik (menaikan tingkat harga relatif terhadap negara lain) pengaruhnya terhadap nilai tukar sangat kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Tukar dalam Jangka Panjang Ada empat faktor: Harga relatif Tarif dan kuota Preferensi terhadap produk domestik dibandingan produk luar negeri Produktivitas Dasar analisis “sesuatu yang meningkatkan permintaan terhadap produk domestik relatif terhadap produk luar negeri akan mengakibatkan mata uang domestik terapresiasi, karena produk domestik akan tetap terjual mesipun nilai mata uang domestik meningkat. Demikian juga suatu yang meningkatkan permintaan terhadap produk luar negeri akan membuat mata uang domestik terapresiasi karena produk domestik hanya akan terjualn bila nilai mata uang domestik turun”.
Harga Relatif, teori Purchasing Power Parity menjelaskan bahwa bila harga produk domestik naik(asumsi harga LN tetap) maka permintaan terhadap produk domestik turundan mata uang domestik akan terdepresiasi sehingga produk domestik dapat tetap terjual. - Dalam jangka panjang, jika tingkat harga produ domestik meningkat )relatif terhadap tingkat harga produk LN), maka mata uang domestik akan terdepresiasi dan jika tingkat harga relatif produk domestik menurun, maka uang domesti akan terapresiasi.
2. Tarif dan Kuota, adalah jenis hambatan dalam perdagangan bebas. Tarif adalah pajak terhadap barang impor dan kuota adalah batasan jumlah barang luar negeri yang dapat diimpor. Terif dan kuota mengakibatkan mata uang domestik terapresiasi dalam jangka panjang. 3. Preferensi terhadap Produk Domestik dan Produk Impor, jika Indonesia menyukai produk luar negeri (permintaan produk impor akan meningkat) maka mata uang domestik (rupiah) akan terdepresiasi karena produk domestik akan tetap terjual hanya bila nilai mata uangnya turun. - Meningkatnya permintaan produk untuk ekspor akan mengakibatkan mata uang domestik terapresiasi dalam jangka panjang, sebaliknya, meningkatnya permintaan terhadap produk impor akan membuat mata uang domestik terdepresiasi.
4. Produktivitas, bila suatu negara lebih produktif dibandingkan negara lain maka negara tersebut dapat menjual produknya lebih murah sehingga permintaan domestik meningat. Mata uang domestik akan terapresiasi sebab produk domestik tetap terjual walaupun nilai mata uang domestik meningkat Dalam jangka panjang, bila suatu negara menjadi lebih produktif dibandingkan negara lain, maka mata uangnya akan terapresiasi.
Respon Terhadap Nilai Tukar, E+ Faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka panjang +nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing = mata uang domestik terapresiasi; = mata uang domestik terdepresiasi * Relatif terhadap negara lains Faktor Nilai Tukar Perubahan Faktor Respon Terhadap Nilai Tukar, E+ Tingkat harga domestik* Tarif dan Kuota* Permintaan terhadap produk Impor Permintaan terhadap produk ekspor Produktivitas*
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka pendek Dalam pasar aset, faktor yang dapat mempengaruhi pelaku ekonomi dalam memilih antara simpanan domestik dan simpanan luar negeri adalah ekpektasi pengembalian dari aset-aset tersebut sangat mempengaruhi nilai tukar. Ekspektasi pengembalian, dalam pasar aset faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap simpanan domestik dan simpanan LN adalah pengembalian dari aset tersebut. Jika ekspektasi pengembalian simpanan domestik lebih tinggi dari ekspektasi pengembalian dari simpanan luar negeri maka orang lebih suka menyimpan uang dalam bentuk simpanan domestik. Ekspektasi pengembalian dari simpanan domestik terhadap simpanan LN dipengaruhi oleh suku bunga domestik dan ekspektasi terhadap perubahan nilai tukar dan ekspektasi pengembalian dari simpanan LN dipengaruhi oleh suku bunga LN dan ekspektasi terhadap nilai tukar. Contoh: jika suku bunga domestik 10% dan mata uang domestik diekpektasikan terapresiasi 7% maka ekspektasi pengembalian dari simpanan domestik adalah 17%.
2. Interest Parity Condition, asumsi mobilitas modal menyatakan bahwa tidak ada hambatan bagi suatu negara untuk membeli aset dari negara laindan sebaliknya.diasumsikan aset-aset bersifat subsitusi sempurna. Suku bunga domestik sama dengan suku bunga luar negeri ditambah ekspektasi terapresiasinya mata uang asing tersebut(dikurangi ekspektasi terapresiasinya mata uang domestik). Jika suku bunga domestik lebih tinggi dari suku bunga LN berarti mata uang asing akan terapresiasi sebagai kompensasi rendahnya suku bunga LN. Interest Parity Condition adalah kondisi keseimbangan di pasar nilai tukar Jika suku bunga domestik meningkat relatif lebih tinggi daripada suku bunga luar negeri mata uang domestik akan terapresiasi . Dan sebaliknya.
Keseimbangan Pasar Nilai Tukar Ekspektasi pengembalian dari simpanan domestik adalah suku bunga domestik, tanpa memperhatikan besarnya nilai tukar. Jika suku bunga domestik 10% maka ekspektasi pengembalian dari pasar domestik 10% meskipun nilai tukarnya berubah. Pada tingkat nilai tukar tertentu jika ekspektasi pengembalian dari simpanan domestik lebih besar dari simpanan LN maka orang lebih suka memegang mata uang domestik dan yang memegang mata uang asing akan menukarnya dengan mata uang domestiksehingga akan terjadi permintaan berlebih terhadap mata uang domestik akibatnya nilai tukar meningkat (terapresiasi). Kondisi ini terus berlanjut sampai mencapai titik keseimbangan ekspektasi simpanan domestik sama dengan simpanan LN
Perubahan Nilai Tukar Nilai tukar berubah dari waktu ke waktu sehingga harus dipahami faktor-faktor yang menggeser kurva : Pergeseran Kurva Perubahan suku bunga LN ( ) Perubahan ekspektasi nilai tukar masa mendatang
Perubahan Suku Bunga dan Uang Beredar Perubahan suku bunga, jika suku bunga domestik meningkat, maka mata uang domestik akan terapresiasi. namun tidak selalu demikian karena dalam menganalisis suku bunga perlu memperhatikan sumber dari perubahan tersebut. Suku bunga berubah karena dua alasan yaitu perubahan suku bunga riil dan perubahan ekspektasi terhadap inflasi Jika suku bunga riil i meningkat maka mata uang domestik terapresiasi. Jika ssuku bunga domestik naik disebabkan oleh naiknya ekspektasi terhadap inflasi mata uang domestik akan terdepresiasi
2. Perubahan jumlah uang beredar, bank sentral menambah jumlah uang beredar bertujuan untuk mengurangi tingkat pengangguran. Kebijakan tersebut mempengaruhi nilai tukar karena dalam jangka panjang harga akan meningkat sehingga menurunkan ekspektasi terdepresiasinya mata uang domestik akibatnya ekspektasi pengembalian mata uang asing akan meningkat. Kenaikan harga akan sangat lambat dalam jangka pendek sehingga meningkatkan jumlah uang yang beredar M/P secara riil, dan menurunkan suku bunga domestik. Penurunan tersebut mengurangi ekspektasi pengembalian domestik akibatnya nilai tukar turun. Dalam jangka panjang suku bungan akan kembali ke tingkat semula. Penambahan uang yang beredar mengakibatkan mata uang terdepresiasi.
3. Exchange Rate Overhooting, dalam jangka panjang kenaikan jumlah uang yang beredar akan sama dengan persentase kenaikan tingkat harga sehingga jumlah uang yang beredar secara riil dan faktor-faktor lainnya seperti suku bunga tidak berubah. Jika jumlah uang beredar meningkat maka turunnya nilai tukar dalam jangka pendek (E1 ke E2) melebihi penurunan dalam jangka panjang (E1 ke E3) disebut Exchange Rate Overhooting Nilai tukar dapat berfluktuasi dalam jangka pendek Fluktuasi nilai tukar dalam jangka pendek disebabkan oleh faktor ekspektasi
Tugas mahasiswa