Rukyatul Hilal Di Indonesia Problematika Rukyatul Hilal Di Indonesia http://kasmui.com/masjid/
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Yunus:5)
Jarak Madinah – Syam = Bali - Banten Sepenggal kisah Indahnya Islam Pernah terjadi di masa Ibnu ‘Abbas (salah seorang sahabat Nabi yang terkemuka) di mana ada perbedaan penglihatan hilal di Madinah dan Syam. Syam berada di sebelah utara dari kota Madinah. Jarak Madinah – Syam = Bali - Banten
Dari Kuraib, bahwa Ummu Fadhl bintu Al Harits pernah menyuruhnya untuk menemui Muawiyah di Syam, dalam rangka menyelesaikan suatu urusan. Setibanya di Syam, saya selesaikan urusan yang dititipkan Ummu Fadhl. Ketika itu masuk tanggal 1 ramadhan dan saya masih di Syam. Saya melihat hilal malam jumat. Kemudian saya pulang ke Madinah. Setibanya di Madinah sudah di akhir bulan, Ibnu Abbas bertanya kepadaku, “Kapan kalian melihat hilal?” tanya Ibnu Abbas. Kuraib menjawab, “Kami melihatnya malam Jumat.” “Kamu melihatnya sendiri?”, tanya Ibnu Abbas. “Ya, saya melihatnya dan penduduk yang ada di negeriku pun melihatnya. Mereka puasa dan Muawiyah pun puasa.” Jawab Kuraib.
Ibnu Abbas menjelaskan, لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ فَلاَ نَزَالُ نَصُومُ حَتَّى نُكْمِلَ ثَلاَثِينَ أَوْ نَرَاهُ “Kalau kami melihatnya malam Sabtu. Kami terus berpuasa, hingga kami selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal Syawal.” Kuraib bertanya lagi, “Mengapa kalian tidak mengikuti rukyah Muawiyah dan puasanya Muawiyah?” Jawab Ibnu Abbas, لاَ هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- “Tidak, seperti ini yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kami.” (HR. Muslim no. 1087).
Arah Qiblat Waktu Shalat Awal Bulan ILMUFALAK Gerhana KEGIATAN MENGHISAB Arah Qiblat Waktu Shalat Awal Bulan Gerhana MENENTUKAN ILMUFALAK [ Ilmu Hisab Rukyah ] KEGIATAN MERUKYAH
Secara Fiqh muncul 2 Mazhab Besar 1. Mazhab Hisab 2. Mazhab Rukyah Hisab: perhitungan matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam penetapan awal bulan kalender hijriyah Rukyah: aktivitas mengamati visibilitas hilal (bulan sabit) yang nampak pertama kali setelah ijtima’ (bulan baru)
Di Indonesia, lebih Banyak Mazhab Kejawen [ Aboge, Asapon ] Mazhab Hisab Murni, ex Muhamadiyah. Mazhab Rukyah Fi Wilayatul Hukmi, ex Nahdlatul Ulama. Mazhab Rukyah Global, ex Hizbut Tahrir. Mazhab Imkanurukyah, Pemerintah.
Di luar negeri di atas 5 derajat hilal terlihat Imkanurrukyah di Indonesia ? Prinsip Imkanurukyah: hisab yang menyatakan hilal mungkin bisa dilihat. Di Indonesia tradisi hilal terlihat dalam ketinggian 2 derajat ke atas. Disumpah oleh Hakim. Di luar negeri di atas 5 derajat hilal terlihat
Berbagai Metode Hisab
Pengertian berbagai metode Hisab yang populer di Indonesia: Hisab Urfi: dalam bahasa arab, “Urfi” berarti kebiasaan atau kelaziman. Sistem perhitungan kalender yang didasarkan pada rata-rata Bulan mengelilingi Bumi dan ditetapkan secara konvensional. Hisab Taqribi: dalam bahasa arab, “Taqrabu” berarti pendekatan. Sistem hisab yang sudah menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematis, namun menggunakan rumus-rumus yang sederhana sehingga hasilnya kurang teliti. Kitab Hisab Taqribi: Sulamun Nayirayn, Fathur Rauful Manan, al-Qawaidul Falakiyah.
Hisab Hakiki: “Haqiqi” berarti realitas atau yang sebenarnya Hisab Hakiki: “Haqiqi” berarti realitas atau yang sebenarnya. Sistem hisab hakiki ini sudah mulai menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematis serta rumus-rumus terbaru dilengkapi dengan data-data astronomis terbaru sehingga memiliki tingkat ketelitian standar. Kitab Hisab Hakiki: Hisab haqiqi, Tadzkiroh Al-ihwan Badi’ah Al-mitsal dan Menara Qudus An-nahij Al-hamidiyah Al-khuasial Wafiyah dsb. Hisab Hakiki Tahkiki: Sistem hisab ini memakai metode perhitungan berdasarkan teori-teori astronomi modern dan ilmu ukur segitiga bola serta berdasarkan pengamatan baru. Kitab Hisab Hakiki Tahkiki: al-falakiyah Nurul Anwar.
Hisab Hakiki Kontemporer: Hisab yang berdasarkan astronomi modern, matematika kontemporer, dan menggunakan alat-alat elektronika modern (software) koreksi-koreksi posisi Bulan dan Matahari lebih kompleks dan lebih teliti. Kitab Hisab Hakiki Kontemporer: Jean Meeus, New Comb, Astronomical Almanac, Mawaqit Ascrip.
Beberapa pengertian etimologis Menurut Ahlul lughah, hilal (bulan sabit) adalah bulan yang terlihat pada malam pertama (awal bulan) hingga malam ketiga, malam berikutnya (ke-4 dan seterusnya) disebut qamar (bulan). Dinamakan hilal karena orang-orang menyebutnya dengan suara keras (diumumkan kepada khalayak) ketika melihatnya pada malam pertama.
… pengertian etimologis Ijtima’ (konjungsi geosentris): peristiwa dimana bumi dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama, jika diamati dari bumi. Ijtima terjadi setiap 29,531 hari sekali atau disebut satu bulan sinodik. Pada saat sekitar ijtima, bulan tidak dapat terlihat dari bumi, karena permukaan bulan yang nampak dari bumi tidak mendapatkan sinar matahari, sehingga dikenal istilah bulan baru.
Peristiwa ijtima’ merupakan batas penentuan secara astronomis antara bulan kamariah yang sedang berlangsung dan bulan qamariah berikutnya. Oleh karena itu, para ahli astronomi umumnya menyebut ijtimak atau konjungsi (Conjunction) sebagai awal perhitungan bulan baru (New Moon).
Elongasi = 0 Konjungsi Elongasi = 180 oposisi Elongasi = 90 Kuadratur
Kondisi Hilal [ NU, Muhammadiyah, Pemerintah = sama] Hilal di atas 2 0 : Hilal insya Allah Aman [ NU, Muhammadiyah, Pemerintah = sama] Hilal di atas 0 0 - 2 0 : Hilal bermasalah [ Muhamadiyah dulu, NU akhir, Pemerintah ? ] Hilal dibawah ufuk : Aman [ NU, Muhamadiyah, Pemerintah ] = sama
[ AGREE IN DISAGREEMENT ] ? SIDANG ISBAT BHR, NU, MUHAMADIYAH, PERSIS, AL-IRSYAD, BMG, ASTRONOMI ITB, PLANETARIUM, PEMERINTAH [ URAIS DEPAG ] MENAG KETETAPAN MUHAMADIYAH ? IHBAR NU ? SIAPA YANG BERHAK ? ITTIFAQ FI IKHTILAF [ AGREE IN DISAGREEMENT ] ?
KASUS 1 Jika semua metode hisab sepakat menyatakan hilal masih di bawah ufuk, maka selalu hilal dilaporkan tidak terlihat.
KASUS 2 Jika semua sistem hisab hakiki bittahkik sepakat menyatakan hilal sudah di atas ufuk, namun masih di bawah imkanurrukyah 2 derajat, sehingga akan terjadi ikhtilaf. Seperti kasus Idul Fitri 1428 H yang akan datang, di mana ijtima terjadi pada hari Kamis legi, 11 Oktober 2007 pukul 12. 02. 29 wib, tinggi hilal untuk Menara al-Husna MAJT cuma 00 10’ 52.15, maka akan ada yang lebaran Jum’at Paing, 12 Okt 2007, ada yang Sabtu Pon, 13 Okt 2007.
KASUS 3 Jika ahli hisab tidak sepakat. Sebagian menyatakan hilal di atas ufuk, sebagian lainnya menyatakan dibawah ufuk, maka seringkali hilal dilaporkan terlihat. Kesaksian tersebut ditolak oleh yang berpendapat bahwa hilal masih di bawah ufuk.
Kasus Penentuan Idul Adha 2015 Berdasarkan Hasil Hitungan Beberapa Metode Hisab Rukyat Di Indonesia Insya Allah kita akan diskusikan latar belakang konsep masing-masing tanpa bermaksud menghakimi …
A. Dihisab berdasar Teori Pergerakan Bulan MoonCalc karya Dr A. Dihisab berdasar Teori Pergerakan Bulan MoonCalc karya Dr. Monzur Ahmed (2001) – markas Pelabuhan Ratu Jawa Barat: Ijtimak terjadi pada Ahad, 13 September 2015 pukul 13:42.34 WIB, Matahari terbenam pukul 17:51.19 WIB, Umur Bulan 04 jam 10 menit, Tinggi Hilal Hakiki 01° 06’ 33”, Elongasi Hilal-Matahari 02° 02’ 14”. Koordinat Pelabuhan Ratu: -6.986138° LS, 106.544499° BT Download software-nya di http://kasmui.com/kendal, untuk Windows dan android
B. Dihisab berdasar Teori Pergerakan Bulan Accurate Times karya Moh Shaukat Audah (Odeh) – markas Pelabuhan Ratu Jawa Barat: Ijtimak terjadi pada Ahad, 13 September 2015 pukul 13:41 WIB, Matahari terbenam pukul 17:52 WIB, Umur Bulan 04 jam 11 menit, Tinggi Hilal Hakiki 00° 42’ 0511”, Elongasi Hilal-Matahari 02° 03’ 11”.
Dari gambar sebelumnya maka kita ummat Islam di Indonesia akan sangat mustahil bisa melihat Hilal, sebab gambar berwarna PUTIH berarti ketinggian Hilal masih di bawah 1 derajat dan mendekati warna MERAH berarti ketinggian Hilal masih negatif.
Sesuai kriteria Imkan Rukyat MABIMS, akhir Dzul Qo’dah 1436 H akan diistikmal (genap) kan menjadi 30 hari. Tanggal 14 September 2015 adalah tanggal 30 DzulQo’dah 1436 H, dan Pemerintah RI akan memasuki tanggal 1 Dzulhijjah 1436 H adalah pada Selasa Pahing, 15 September 2015. Jadi menurut versi Imkanur Rukyat dan Rukyat Hakiki: Hari Raya Idul Adha 1436 H akan jatuh pada Kamis Legi, 24 September 2015.
C. Menurut Hisab Wujudul Hilal ( ijtima’ qabla al-ghurub) dianut oleh Muhammadiyah
Kesimpulan: Idul Adha (10 Dzulhijjah 1436 H): Rabu Kliwon, 23 September 2015
D. Memakai aplikasi Accurate Hijri Calculator (AHC) yang dikembangkan Abdul Ro’uf dari Fisika Universitas Brawijawa
Pada saat maghrib 13 September 2015, piringan bulan sedikit di atas piringan matahari (di agram kiri bawah). Garis tanggal Wujudul Hilal (antara arsir merah-putih) menunjukkan bagian Barat Indonesia bulan sudah wujud (arsir putih. Tetapi garis tanggal 2 derajat (antara arsir putih-biru) menunjukkan bulan belum memenuhi kriteria. Jadi awal Dzuhijjah 1436 menurut kriteria 2 derajat jatuh pada 15 September 2015 dan Idul Adha jatuh pada 24 September 2015.
E. Menurut Software Starrynight Pro Plus 6.41
F. Imkanur Rukyat MABIMS (Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia,Malaysia, dan Singapura)
Terdapat 3 kemungkinan kondisi. Secara bahasa, Imkanur Rukyat adalah mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal. Secara praktis, Imkanur Rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat dan metode hisab. Terdapat 3 kemungkinan kondisi. Ketinggian hilal kurang dari 0 derajat. Dipastikan hilal tidak dapat dilihat sehingga malam itu belum masuk bulan baru. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini. Ketinggian hilal lebih dari 2 derajat. Kemungkinan besar hilal dapat dilihat pada ketinggian ini. Pelaksanaan rukyat kemungkinan besar akan mengkonfirmasi terlihatnya hilal. Sehingga awal bulan baru telah masuk malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.
Ini masalahnya …. 3. Ketinggian hilal antara 0 sampai 2 derajat. Kemungkinan besar hilal tidak dapat dilihat secara rukyat. Tetapi secara metode hisab hilal sudah di atas cakrawala. Jika ternyata hilal berhasil dilihat ketika rukyat maka awal bulan telah masuk malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini. Tetapi jika rukyat tidak berhasil melihat hilal maka metode rukyat menggenapkan bulan menjadi 30 hari sehingga malam itu belum masuk awal bulan baru. Dalam kondisi ini rukyat dan hisab mengambil kesimpulan yang berbeda.
G. Pemerintah Arab Saudi Pemerintah Saudi sudah memutuskan kalau hari Arofah akan jatuh pada Selasa, 22 September 2015 dan ‘Idu Adha akan jatuh pada Rabu, 23 September 2015. Tetapi sebenarnya pemerintah Saudi akan memutuskan kapan hari Arofah dan kapan hari Raya ‘Idul Adha adalah setelah memutuskan kapan tanggal 1 Dzulhijjah 1436 H, dan itu akan diumumkan setelah pelaksanaan Rukyat Hilal di wilayah Saudi pada Ahad, 13 September 2015.
Berdasarkan berita terbaru, setelah tidak dapat melihat hilal pada hari Ahad, pemerintah Arab Saudi akhirnya memutuskan bahwa hari Idul Adha adalah hari Kamis, 24 September 2015, sehingga hari arafahnya adalah hari Rabu, 23 September 2015 . Jadi menurut kalender Saudi, hari pertama Idul Adha jatuh pada 11 Dzulhijjah 1436 H Aneh ? 1) http://gulfnews.com/news/gulf/saudi-arabia/saudi-panel-declares-first-day-of-eid-al-adha-1.1583097; 2) http://www.saudigazette.com.sa/index.cfm?method=home.regcon&contentid=20150913256565)
Referensi Abdul Karim MS. 2006. Mengenal Ilmu Falak. Semarang: Indra Pustaka Media Abu Yusuf Al-Atsary. 2006. Pilih Hisab atau Ru’yah? Solo: Pustaka Darul Muslim Ahmad Izzuddin. 2007. Fiqih Hisab Rukyat. Jakarta: Penerbit Erlangga Susiknan Azhari. 2007. Hisab & Rukyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Tono Saksono. 2007. Mengkompromikan Rukyat & Hisab. Jakarta: Amythas Publicita