Tokoh Nasional Berintegritas Haji Agus Salim Ratna Dwi Astuti (26) Rosalita Suci Putri (27) Saliza Nur Rosyidah (28) Siti Namira Aisyah (29) Syafira Radisma (30)
Biografi Haji Agus Salim Profil Haji Agus Salim Nama : Haji Agus Salim Lahir : Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 8 Oktober 1884 Wafat : Jakarta, 4 November 1954 Ayah :Soetan Mohamad Salim Ibu : Siti Zainab Pasangan: Zaenatun Nahar Anak : 10 Anak
Susunan Keluarga 1. Ayah :Soetan Mohamad Salim 2. Ibu : Siti Zainab 3. Saudara : Chad Salim Siti Danilah Salim Ida Salim Siti Saadah Salimatun Nurunnihar Mahjudin Salim Siti Syariah Jacob Salim Al – Ghazi Abdur Rahman Bey Salim Siti Djawahir
4. Pasangan : Zaehatun Nahar 5. Anak : Dolly Salim Yusuf Taufik Islam Basari Siti Asiah Mansur Abdurrahman Sidik Theodora Atia Violet Hanisah Ahmad Syauket Maria Zenibiyang
Pendidikan Pendidikan dasar di ELS Melanjutkan ke HBS di Batavia (lulusan terbaik se-Hindia Belanda) Kepiawaiannya bersilat lidah karena ia orang Minang asli yang melahirkan tradisi petatah-petitih umumnya tidak hanya bernilai seni retorika, tetapi juga latihan berpikir dan pengakumulasian pengetahuan lokal yang unik.
Peran di Kancah Nasional Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil Penasehat Menteri Luar Negeri. Pernah menjabat Ketua di Dewan Kehormatan PWI. Dwi tunggal Sarekat. Anggota Panitia 9 BPUPKI
Peran di Kancah Internasional Berkampanye ke dunia luar demi mendapat pengakuan kemerdekaan Indonesia dari bangsa lain. Menggaet Mesir untuk memantapkan dukungannya terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Sebagai penasehat delegasi kontingen Indonesia dalam Inter-Asian Relations Conference. Agus Salim menjalin hubungan dengan para pemimpin India yang tergabung dalam Indian National Congress. Bersepakat dengan Liga Arab yang untuk mendukung berdirinya negara Republik Indonesia. Berperan aktif dalam KMB.
Organisasi yang pernah diikuti Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI), dan menjadi pemimpin kedua di SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto. Anggota Volksraad (1921-1924) Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945 Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947 Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947 Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947 Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949 terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II, setelah itu menjadi Ketua Redaksi. Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta Pendiri Suratkabar Fadjar Asia. Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.
Alasan memilih H. Agus Salim dibandingkan dengan tokoh lainnya H. Agus Salim adalah salah satu tokoh berintegritas yang disebutkan dalam buku KPK H. Agus Salim juga merupakan tokoh atau pemuka agama Islam yang sangat terkenal. H. Agus Salim juga mempunyai bakat di bidang jurnalistik yang sangat tinggi, dengan berbegai macam kritik untuk pemerintah yang dituangkan dalam karya-karyanya yang terkenal.
Alasan memilih H. Agus Salim dibandingkan dengan tokoh lainnya Kontribusi yang besar dalam Jong Islamietend Bond (Perhimpunan Pemuda Islam) yang pada akhirnya berkembang menjadi sebuah organisasi pemuda Islam yang banyak mencetak bibit unggul dalam pergerakan Indonesia. Agus Salim dikenal dengan julukan The Grand Old Man, sebagai bentuk pengakuan atas prestasinya di bidang diplomasi. Sangat sederhana dalam kesehariannya.
Alasan memilih H. Agus Salim dibandingkan dengan tokoh lainnya Pakar dalam berkomunikasi dan melobi berbagai macam negara. Kiprah beliau begitu besar dalam membangun hubungan luar negeri dengan negara lain. Menguasai sembilan bahasa asing, di antaranya Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki dan Jepang.
Nilai Integritas Rela mengundurkan diri dari jabatan dan menolak suapan karena pemerintah kolonial Jauh dari kesan glamor dan necis Tidak gengsi walaupun dikatakan hidupnya melarat dan miskin Menteri yang memiliki pola hidup nomaden Prinsip hidupnya “Leiden is lidjen” Mewakafkan diri kepada Allah bahwa memimpin adalah ibadah
bukan tak mampu, tetapi tak mau SEPENGGAL KISAH SEJUTA TELADAN
Sumber: Buku Orange Juice Dari kisah agus salim nilai integritas yang dapat diteladani adalah Sederhana H Agus Salim saat melakukan pertemuan diplomat menggunakan pakaian yang sederhana, sehingga sangat kontras dengan pejabat-pejabat sekitarnya Selain itu selama menjadi pejabat beliau tidak memiliki rumah, hanya berpindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain. Sumber: Buku Orange Juice
Mandiri Saat Agus Salim lulus dari HBS dengan nilai tertinggi saat berumur 19 tahun, Agus Salim mengajukan beasiswa untuk belajar kedokteran di Belanda. Namun, permohonannya ditolak. Meski kemudian direkomendasikan oleh R.A. Kartini dan disetujui pemerintah, Agus Salim kadung tersinggung dan memutuskan tak melanjutkan studinya. Ia mulai bekerja. Hal ini mencerminkan Agus Salim ingin melanjutkan sebagai dokter atas jerih payah sendiri, tanpa melalui bantuan R.A. Kartini.
Jujur Agus Salim orang yang bersahaja dan jujur. Saat menjabat sebagai menteri dalam kabinet pemerintah Indonesia, beliau tidak memiliki rumah dan melarat.