Kepimpinan Dalam Islam EL4053 Diploma Andalus 2016 Minggu Kedua – Kuliah 2
Minggu Kedua: Konsep kepimpinan dalam Islam Sumber prinsip Islam dari Al-Quran, Al-Hadith, sejarah Asas moral kepimpinan Islam Peranan adab dan akibat kehilangan adab dikalangan para pemimpin (Fokus: Hadis Jibrail)
1.0 Konsep kepimpinan dalam Islam Allah menurunkan manusia ke bumi untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah fil ard kerana manusia, berbeda dengan makhluk Allah lainnya. Manusia bukan hanya diberikan fisik yang hebat, dan akal yang luar biasa. Tetapi juga struktur kejiwaan yang indah. Sehingga semua potensi tersebut, tidak Allah berikan secara percuma. Tapi Allah perintahkan manusia dengan segala keberdayannya untuk menciptakan kemakmuran di muka bumi. (al-imarah)
Kepimpinan dalam perspektif fiqh siyasah syar’iyah (Fiqih perpolitikan) adalah suatu hal yang harus selalu dibangun dan dijaga dengan baik; bukan untuk dikejar. Ini kerana dengan motif membangun dan menjaga inilah, kita boleh melahirkan pemimpin yang tulen atau autentik. Autentik dalam berintegriti, autentik dalam kebolehan, autentik dalam pengalaman serta autentik dalam ketaatan menjalankan perintah agama. Ini akan berbeza jadinya, jika persepsi kita dalam kepimpinan, adalah sesuatu yang harus dikejar, maka segala cara boleh dihalalkan maksudnya halal atau haram tidak diambil peduli. Bahkan dalam psikologi politik dikatakan, bahwa orang yang berambisi terhadap kepimpinan, cenderung sulit untuk melepaskan jabatan kepimpinannya. Dari sinilah lahir motif pemimpin yang otoriter itu biasanya lahir. Dan itulah pentingnya peran agama dalam berpolitik.
Bahwa landasan seorang muslim dalam kepimpinan ialah na’buda ilallah (beribadah kepada Allah), wa la nusyrika bihi syaian (tidak menyekutukan sesuatu yang lain selain Allah). Dan jawapan mengapa kepimpinan atau jabatan (office), bukanlah sesuatu yang harus dikejar ialah bersesuaian dengan hadis rasul : “Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah, sedangkan tugas itu adalah amanah, dan pada hari kiamat hal itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya sesuai haknya dan menjalankannya dengan baik” (H.R. Muslim No.1725)
Kepimpinan dalam Islam pada dasarnya high-risk, tetapi juga high-value, atas dasar ini Allah memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para pemimpin yang adil, tetapi juga mengancam para pemimpin yang zalim. Imam Ghazali mengatakan, “Pemimpin yang adil dalam satu hari, lebih baik daripada beribadah kepada Allah selama 70 tahun”. Itulah cara Allah menghargai pemimpin. Tapi rasul juga bersabda, “kullu kum roin wa kullukum mas’ulun anraiyathi”. Tiap kamu adalah pemimpin, dan tiap kepimpinan akan diminta pertanggungjawabannya.
1.2 Kepimpinan Diri Berbicara kepimpinan ianya tidak seharus selalu berbicara mengenai negara sahaja. Kepimpinan yang hakiki harus dimulakan dengan diri sendiri. Ini kerana jika leadership sudah tertanam di dalam diri, maka kita akan dengan mudah menularkan kepada orang lain seperti kepada keluarga, sahabat, hingga masyarakat sekitar. Bahkan Umar bin Khattab mengatakan: “ta’alamu qobla antasudu” (Belajarlah sebelum kamu ingin memimpin).
Apalagi saat ini ummah sangat memerlukan pemimpin yang berintegriti, berkapasitas, berpengalaman dan memahami agama Islam secara baik. Dengan cara kita berpersepsi atau berpandangan tentang kepentingan serta keulungan kepemimpinan ini bermakna bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang harus dibangun dan dijaga bukan untuk dikejar. Maka kita akan terkeluar dari carut-marut politik yang tidak produktif dan mula mengerjakan hal-hal besar yang seharusnya dilakuan kerana kita sudah memiliki pemimpin yang memiliki kompetensi (leadership way) yang utuh.
1.3 Tujuan Kepimpinan Islam Tujuan berpolitik di dalam fiqhun nushush/nushush syar’iyyah (sumber-sumber teks) ialah: 1. Himayatu din (memelihara agama) 2. Riasah syu’uni raiyat (Mengatur urusan rakyat). Himayatu din itu sejalan dengan maqashid syariah (tujuan penerapan syariah) iatu Hifzud din (menjaga agama). Sepanjang sejarah kelahiran Islam dimulai, kepimpinan serta politik memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan umat muslim
1.4 Tujuan Kepimpinan Barat Dan jika kita melihat pada literatur-literatur barat, kekuasaan atau kepimpinan selalu menggunakan kata power. Sedangkan power, pada umumnya bermakna kekuatan. Dan ini memiliki makna; bahwa kebenaran harus beriringan dengan kekuatan (power). Sehingga kita tidak boleh memisahkan salah satunya. Kaidah seperti inilah yang menjawab fenomena; banyak orang baik, tetapi tidak bisa menciptakan perubahan baik dalam skala besar sedikitpun. Dan ada orang jahat, tetapi dia berkuasa. Bahkan menggunakan kekuasannya secara sewenang-wenangnya. Dua fenomena tersebut boleh terjadi, karena kita memisahkan antara kekuatan dan kebenaran.
2.0 Dalil Kepimpinan Kisah Musa a.s dan Firaun Kisah Thalut dan Jalut Kisah Nabi Sulaiman a.s. dan Pemaisuri Balqis Kisah Rasulullah s.a.w.
2.1 Kisah Thalut dan Jalut
Surah Al-Baqarah:247 Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Ayat 248: Simbol Kepimpinan
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.
Ayat 249: Pengikut harus diuji juga
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku". Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar".
2.2 Kisah Nabi Sulaiman as dan Permaisuri Balqis Doa Nabi Sulaiman a.s. Perempuan sebagai ketua negara? Negara Saba’: Mula wanita menjadi Ketua Negara sebelum Islam. Maka ketika masuk Islam: Negara di bawah nauang Nabi Sulaiman as.
Minta Duniawi? Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". (QS Shaad: 35).
Nabi Sulaiman a.s. mempunyai ciri-ciri ketua yang tidak pernah tercapai manusia lain. Ada kuasa tapi tidak menjadi korup atau leka! Latarbelakang: Anak Nabi Daud a.s – Nabi Adam as tahu nama kita secara individu dan ciri-ciri kita, memilih Nabi Daud a.s (kasi 40 tahun umur Nabi Adam as) sebagai khalifah. Nabi Daud a.s - khalifah (ruler) – Nabi Sulaiman a.s tinggalkan legasi (legacy)
2.3 Sumber prinsip Islam dari Al-Quran, Al-Hadith serta sejarah Ingat ICE – cool je! Ikhlas dengan Ilmu Contoh dan cara Rasulullah s.a.w Etika atau adab mesti dijaga juga. Lelaki sebagai ketua – tapi perempuan pun boleh menjadi ketua selain dari ketua negara!
3.0 Asas moral kepimpinan Islam “Dan Kami jadikan mereka ketua-ketua ikutan, yang memimpin (manusia ke jalan yang benar) dengan perintah Kami, dan Kami wahikan kepada mereka mengerjakan kebaikan, dan mendirikan sembahyang serta memberi zakat; dan mereka pula senantiasa beribadat pada Kami.” (Anbiyaa 21:73) Perilaku yang baik harus mengikuti niat yang baik. (Cara dan matlamat mesti seiras – dibenarkan dalam Islam) Model kepimpinan Saidina Omar Al-Khattab.
Sumber teras kepercayaan perilaku pemimpin berasaskan: 1.Iman Beriman pada Allah dan bertawhid. “Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, - apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara – (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. Dan sesiapa yang tidak taat pada hukum Allah dan RasulNya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata.” Al Ahzab 33:36)
2. Islam: “Jika iman itu benihnya, Islam itu pohonnya” (Maududi) 3. Taqwa: Menyedari ia diawas dan dalam penjagaan Allah. Menghindari kemungkaran (seperti korupsi) 4. Ihsan: Pemimpin yang “go the extra mile”.
Berdasarkan empat sumber teras kepercayaan ini mendatangkan lima perilaku kepimpinan berikut: 1. Adil: Adil dan kesaksamaan. 2. Amanah: Kepercayaan 3. Birr (Righteous): Prihatin pada apa yang betul dan yang salah 4. Mujahada: Senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri dan keadaan. 5. ‘Ahd: Mememuhi janji (dan bukan munafik). Tiga petanda orang munafik.
3.1 Antara Naungan Allah swt Pemimpin Yang Adil
Contoh Fir’aun: Kehilangan Aqidah Contoh Hitler: Kehilangan Islam 4.0 Peranan adab dan akibat kehilangan adab dikalangan para pemimpin (Fokus: Hadis Jibrail) Contoh Fir’aun: Kehilangan Aqidah Contoh Hitler: Kehilangan Islam Contoh Sultan Zalim: Kehilangan Adab (Ihsan)
5.0 Kesimpulan Pemimpin – dilahirkan dan juga dicorak (leaders are born and breed) Ingat doa Nabi Sulaiman a.s. – minta ampun dahulu baru minta kekayaan Ingat kisah-kisah Raja-raja zalim – Fir’aun.