Manajemen Reproduksi pada Pembibitan Ayam Hubungan Reproduksi dan Umur Sri Sudaryati
Perbedaan PS vs FS Kriteria diukur Final Stock Parent Stock Dewasa kelamin (minggu) 18-20 24-25 Berat badan (kg) 1,75-2,00 2,5-3,00 Konsumsi pakan (g/ek/hr) 110-120 125-175 Prod. Telur (butir) 300-325 160-165 Kematian (%) 5-7 10-12 Lama Produksi (minggu) 75-80 64-65 Yang diproduksi telur atau daging Anak ayam
Pembatasan Pakan Menyeragamkan berat badan agar tidak gemuk Meningkatkan produksi telur Mempertahankan ritme peneluran Meningkatkan fertilitas dan daya tetas Menyeragamkan dewasa kelamin Menurunkan kematian akibat penyakit Meningkatkan kwuntungan dan jumlah DOC yang dihasilkan
Good body fleshing but without excessive fat is desirable for the following reasons: onset of egg production is delayed first eggs are larger egg production during the laying cycle is increased more hatching eggs are produced (because the eggs will be of a larger size) laying house mortality is reduced feed cost of growing pullet to sexual maturity is lowered feed cost of producing a hatching egg is reduced fertility of the hatching egg is increased hatchability of the hatching egg is improved
Macam Pembatasan pakan Secara kuantitatif: A1. Distribusi otomatis A2. Pengaturan cahaya Severe ( 10% lebih rendah dari normal) Kontrol Moderate (10% lebih rtinggi dari kontrol) B. Secara Kualitatif Nutrien yang dibatasi Diberi bahan pakan non nutrien
Manajemen Pakan Umur (mgg) Petelur putih Petelur merah Pembibit Normal Ringan Pejantan 0-5 Ad libitum 6 48 50 40 7 55 45 8 60 52 65 9-18 65-75 55-58 65-110 19-22 75 85-95 62-67 110-130 23 85 100 130 24 105 115 25 Ad lib s.d 25% HDA 26
Nutrient Pakan Nutrien Starter 0-6 mgg Grower 7-21 mgg Repro1 Daerah Tropik ME(kcal/kg) 2800 2750 CP (%) 18 15,5 16,5 15,6 16,8 Ca (%) 1,1 1,0 3,2 P (%) 0,50 0,45 0,42 0,38 Metionin (%) 0,44 0,34 0,36 0,39 Lisin (%) 1,00 0,74 0,78 0,72 0,82 Serat kasar (%) 3,5-4 3-4 Lemak (%) 3
Perbandingan penampilan pembibit tipe ringan dan normal Tipe normal Berat hidup (kg) umur 22 Umur 65 Dewasa Kelamin (50%)(hari) 1,75 2,60 190 1,95 3,20 196 Produksi telur (butir) Yang dapat ditetaskan (butir) Produksi DOC (ekor) 164 158 136 157 150 127 Berat teluer 62,0 63,5 Konsumsi pakan 0-24 minggu (kg) 25-65 minggu (kg) 8,7 34 10 41 Kematian s.d. 0-24 minggu (%) 25-65 minggu (%) 2 6,8 4
Sistem perkawinan Flock mating: satu jantan dengan sekelompok betina Pen mating : Satu jantan dengan beberapa betina dengan cara pejantan digilir Stud mating : Satu jantan dengan satu betina (untuk seleksi genetik) IB: Memasukkan sperma ke dalam oviduk
Farm isolation Usually breeding birds are subject to some kind of disease-free programme: Pullorum Mycoplasma gallisepticum (Mg) Mycoplasma synoviae (Ms) A concrete floor is required, because such a floor is more sanitary and easier to clean
reproduction management breeders are managed to maximize the output of day-old chicks, by control of body weight, feed intake and day length during both the rearing and production periods.
Hubungan kemampuan reproduksi ayam jantan dan betina Kebutuhan spz % Prod. Telur Fertilitas Perkemb. testes 24 45 65 minggu
Hubungan berat testis dengan umur 10 0 20 40 60 minggu Pre pubertas Pubertas Dewasa
Hubungan dosis IB dgn umur terhadap fertilitas Dosis 106 spz/ekor Fertilitas Efek Umur 32 40 25 96,5 89,9 -6,6 50 96,0 94,6 -1,4 100 92,9 93,0 + 0,1 150 97,9 95,3 -2,6 200 94,4 -1,6 300 95,1 96,6 +1,5
Perbandingan kawan alam vs IB Kriteria diukur Kawin alam (litter) (A) IB (cage) (B) Perbedaan (B-A) Kematian jantan betina 12,5 6,6 1,9 6,5 -10,6 +0,1 Konsumsi pakan (g/ekor/hari) 123,1 110,9 -12,2 Produksi telur (butir) 168 163 -5 Berat telur (g) 60,4 62,4 +2,3 Fertilitas (%) Daya tetas (%) 86 92,6 92,9 93,3 +6,9 +0,7 DOC dihasilkan (ekor) 127 137 +10 Juml.pakan (kg) 301,4 231,7 -69,7 Berat badan (kg) 64 mgg Jantabn Betina 5,03 2,43 4,52 2,59 -0,51 +0,16
Faktor penentu keberhasilan pembibitan Operator Ketrampilan dan kekompakan inseminator Penggunaan alat Lingkungan pemeliharaan Kandang battere Temperatur kandang pada Zona neutral thermic (15-22 derajat C) Temperatur harus sama antara jantan dan betina Pencahayaan Cahaya normal (14L:10D) Fraksione (2L:2D)x6 Flash (12L:6D:2L:4D)
Telur dikumpulkan hari ke 2-9 pada IB setiap 10 hari IB 2 kali berturut-turut secara konsekutif Waktu interval IB I dan IB II Beberapa hari (Puyuh) Beberapa minggu (Kalkun) Satu minggu untuk ayam IB dilakukan pada sore hari (4 jam sebelum gelap) menghasilkan fertilitas lebih tinggi dibanding IB pagi hari
Distribusi telur pada berbagai pencahayaan
Faktor penentu keberhasilan pembibitan 1. Berat ayam dan umur ayam Berat ayam menentukan fertilitas Ayam tipe ringan fertilitas > tinggi dibanding berat Bangsa unggas berbeda pula cara IB nya Semakin tua ayam semakin tinggi kebutuhan sperma 2. Kondisi pejantan Umur pejantan (25 – 45 minggu) Perbedaan breed (petelr, pedaging atau itik) Penyakit 3. Jenis unggas
Hubungan interval IB dengan umur dan jumlah spz % 100 30 juta 6 0 juta 120 juta 80 60 40 20 0 4 8 12 16 0 4 8 12 16 0 4 8 12 16 interval hari setelah IB Umur 33-41 minggu Umur 55-63 minggu
Primary breeders pedigree, great grandparent, and grandparent generations Grandparents (2-way cross) female line male line Day-old chicks from male and female line grandparent stock are shipped to franchise hatcheries world-wide to create parent breeding flocks (4-way cross)
Photostimulation rearing (“pullet”) houses >0.5 lux (0.05 foot-candles) when light off Chickens do not initiate testicular and ovarian development until they are exposed to increased day length and light intensity Males and females are reared on the same lighting program to ensure both sexes reach sexual maturity at the same time
Mating ♀♂ dari farm pullet ke farm produksi umur 18-23 minggu natural mating(1♂:10♀) 8♂:100♀ mengurangi agresi ♂ kpd ♂lain atau♀ mengurangi kematian betina betina dapat menerima pejantan mating frekuensi jantan 5-40x/d, betina 0,5-1x/d male fertility >95% (40 wks), terus turun 65-70 wks fertility drop, afkir
Feeding kontrol berat badan selama rearing dan produksi jantan betina dipisah selama rearing perbedaan bobot badan dari target perlu dikoreksi
defective eggs have poor embryo viability and poor hatchability and are not suitable for incubation. Multiple ovulations also may result in laying more than one egg per day, abdominal laying, and laying eggs at abnormal times in the day overweight hens are too large to breed effectively and tend to have sperm storage and sperm transport problems because of fat infiltration into sperm storage glands at the she ll gland-vaginal junction of the oviduct
Females over feeding pada betina menyebabkan: abnormal ovarian structure, reduced egg production impaired fertility, increased hen mortality, and increased frequency of defective eggs overweight pullets cenderung untuk menghasilkan multiple large yellow ovarian follicles (“superovulation”), Superovulation sebagai akibat dari produksi progesterone yang berlebihan, sehingga memicu multiple ovulations secara bersamaan. Multiple ovulations terjadi pada regular eggs atau large eggs yang berisi double yolks, (tanpa shell, soft shells, or thin shells. untuk menghasilkan multiple large yellow ovarian follicles (“superovulation”), Multiple ovulations terjadi pada regular eggs atau large eggs yang berisi double yolks, tanpa shell, soft shells, or thin shells. fungsi optimal ovarian: satu ovulasi/hari dapat dicapai dengan feed restriction
Males berat badan jantan sesuai standar, fertilitas optimal Male growth and breast muscle development must be controlled (16 mg) Excessive pectoral muscle, mengakibatkan kesulitan cloacal contact, juga gangguan kaki
Production Phase jantan dipindah kekandang perkawinan 3-5 hari lebih awal untuk belajar makan di male feeder tempat pakan jantan lebih tinggi supaya betina tidak ikut makan makan dalam waktu singkat <30 menit, perlu tempat pakan cukup check respiratory distress setelah makan, apakah ada crop yang mengeras, urut menyamping secara lembut