OLEH SADONO 25 JUNI 2019 ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.K DENGAN ASMA BRONCHIALE DI RUANG UGD PUSKESMAS JATINOM
BAB I Latar Belakang Asma bronkial merupakan satu hiperreaksi dari bronkus dan trakea, sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat reversible(Naga, 2012). Asma adalah penyakit dengan karakteristik sesak napas dan wheezing, dimana frekuensi dan keparahan dari tiap orang berbeda. Kondisiini akibat kelainan dari jalan napas di paru dan memengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehingga mudah teriritasi. Pada saat serangan, alur jalan napas membengkak karena penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru (Rosalina, 2015).
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai orang setiap tahun (GINA, 2006). Depkes RI (2008) menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang diseluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan.
Prevelensi nasional penyakit asma sebesar 4,5%. Prevalensi asma tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI Yogyakarta (6,9%), Sulawesi Selatan (6,7%), Kalimantan Selatan (6,4%), dan Sulawesi Tenggara (5,3%), (RIKESDAS, 2007). Data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) diberbagai propinsi di Indonesia, asma menduduki urutan kelima dari sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Asma, bronkitis kronik, dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortalitas) keempat di Indonesia atau sebesar 5,6%. Lalu dilaporkan prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13 per penduduk (PDPI, 2006).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten pada tahun 2015 bahwapenyakit Asma Bronkial berjumlah 1,613 kasus yang terjadi di rumah sakit, sedangkan untuk kasus yang terjadi di puskesmas sebanyak kasus (Dinkes Kabupaten Klaten, 2015
Penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik namun sangat sulit saat ekspirasi (Guyton & Hall 2006 dalam Widodo, 2012). Sehingga terjadi gangguan difusi gas di alveoli. Hal tersebut menyebabkan, pasien mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen (O 2 ).
Oksigen(O 2 ) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses fisiologis dalam tubuh. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh mengalami kemunduran secara fungsional atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Oleh karena itu kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Fatmawati, 2009 dan Widodo, 2012). Asma Bronchiake Salah satu penyebab terganggunya pemenuhan kebutuhan oksigenasi
B. Rumusan Masalah Bagaimanakah Asuhan Keperawatan gawat darurat pada pasien dengan asma bronchiale ?
Tujuan Penulisan Studi Kasus 1 Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan gawat darurat pada Ny. K dengan asma bronchiale di Ruang UGD Puskesmas Jatinom.
Tujuan khusus Untuk menggambarkan pengkajian pada Ny.K dengan asma bronchiale di Ruang UGD Puskesmas Jatinom. Untuk menggambarkan perumusan diagnosis keperawatan pada Ny. K dengan asma bronchiale di Ruang UGD Puskesmas Jatinom. Untuk menggambarkan penyusunan perencanaan keperawatan pada Ny. K dengan asma bronchiale di Ruang UGD Puskesmas Jatinom. Untuk menggambarkan pelaksanaan intervensi keperawatan pada Ny. K dengan asma bronchiale di Ruang UGD Puskesmas Jatinom. Untuk menggambarkan pelaksanaan evaluasi pada Ny. K dengan asma bronchiale di Ruang UGD Puskesmas Jatinom
Manfaat Penulisan Studi Kasus Bagi Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengenai Asma Bronchiale khusunya dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi,dalam intervensi teknik batuk efektif Bagi Pengembangan Ilmu danTeknologi Keperwatan Menambah wawaasan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien Asma Bronchiale. Bagi Penulis Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan intevensi asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien Asma Bronchiale.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Medis 1 Pengertain Asma adalah suatau keadan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hivesensivitas terhadap rangsangan tertenu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat berulang dan di antara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang melebihi normal.
Penderita Asma Bronkial, hipersensensitif dan hiperaktif terhadap rangasangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa dtang secara tiba-tiba jika tidak dapat mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang.
Gangguan asma bronkial juga bias muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan (Irman Somarti, 2012). Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang namun revesibel, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang menandakan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas (Solmon, 2015).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri brokospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimul seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi (Irman Somarti, 2012).
Menurut (Solmon, 2015), Tipe asma berdasarkan penyebab terbagi menjadi alergi, idiopatik, dan nonalergik atau campuran (mixed) antara lain : a) Asma alergik/Ekstrinsik Merupakan suatu bentuk asma dengan alergan seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alergi terbanyak adalah airboner dan musiman (seasonal). Klien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan eksrim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergik akan mencetus serangan asma. Bentuk asma ini biasanya di mulai sejak kanak-kanak.
b) Idiopatik atau nonarelgik asma/instrinsik Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas atas, aktivitas,emosi/stres, dan populasi lingkungan akan mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi seperti antagonis b-adrenergik dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab.
c) Asma campuran (Mixed Asma) Merupakan bentuk asma yang paling sering. Asma campuran dikarateristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergik dan idiopatik atau nonalergik.
2 Etiologi Asma Bronkial Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk, tunggau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji- bijian,(tomat), obat (aspirin),kegiatan fisik (olahraga berat kecapaian,tertawa terbahak-bahak), dan emosi (sudoyo Aru,dkk.2015)
3 Gambaran Klinis Asma Bronkial Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dipsnea, batuk dan mengi. Gejala yang disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada (sine qua non), data lain terlihat pada pemeriksaan fisik (Nurarif & kusuma, 2015).
4. Patofisiologi Asma bronkial Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE dengan sel mast. Sebagian besar allergen yang mencetus asma bersifat airborne dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas, allergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu terentu.
Konsep Masalah Keperawatan (Pathway)
C. Konsep Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan spiritual secara komprehensif yang bertujuan bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Asmadi, 2008).
1. Pengkajian Umum a) Pengumpulan data 1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang 2) Pola koping sebelumnya dan sekarang 3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang 4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan 5) Resiko untuk masalah potensial 6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien.
Analisa data Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan (Irman Somarti, 2012).
c) Perumusan masalah Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan (Hidayat, 2012).
2. Diagnosa Keperawatan a. Pengertian Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi atau memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000). Perumusan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut : Aktual, yaitu menjelaskan masalah nyatasaat in sesuai dengan data klinik yang ditemukan. Resiko, yaitu menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Kemungkinan, yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Wellness, yaitu keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi. Syndrom, yaitu diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3. Intervensi Keperawatan Intervensi adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan masalah dan menentukan tujuan rencana untuk mengatasi masah pasien. Perawat dapat menggunakan strategi pemecahan untuk mengatasi masah pasien melalui intervensi dan menejemen yang baik. Rencana keperawatan memuat tujuan sebagai berikut : (Hidayat, 2012).
Organisasi informasi pasien sebagai sumber dokumentasi. Sebagai alat komuniasi atara perawat dan klien. Sebagai alat komunikasi antara angota tim kesehatan. Langkah dari proses keperawatan, (pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Carpenito, 2000).
5. Evaluasi Evaluasi merupakan catatan paling atas tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang di capai. Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengomunikasikan status pasienndari hasil tindakan keperawatan. Evalausi memberikan imformasi, sehingga memuminginkan revesi perawatan (Hidayat, 2012).
6. Penatalaksanaan Asma Bronkial Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial adalah sebagai berikut(Somantri, 2009). Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan: Saatnya serangan Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis) Pemberian obat bronkodilasator Penilaian terhadap perbaikan serangan. Pertimbangan terhadap pemberian kartikosteroid. Penatalaksanaan setelah serangan mereda Cari faktor penyebab Modifikasi pengobatan penunjang selanjutya
. Komplikasi Komplikasi yang dapat teradi pada Asma Bronkial apabila tidaksegera ditangani, adalah : (Sundaro & Sukanto, 2006). Gagal napas. Bronkhitis. Fraktur iga (patah tulang rusuk). Pneumotoraks (penimbunan udara pada rongga dada disekeling paru yang menyebabkan paru-paru kolaps) Pneumodiastinum penimbunan dan emfisema subkitus. Aspergilosis bronkopulmoner alergik.
8. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Asma Bronkial Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi : 1)Pengkajian a. Biodata b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama 2) Riwayat kesehatan dahulu 3) Riwayat kesehatan keluarga
c. Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi 2) Palpasi 3) Perkusi 4) Auskultasi
2) Diagnosa Keperawatan Asma Bronkial Menurut Nurarif & Kusuma (2015) meliputi : Ketidakefektifan bersihan jalan b.d mukus dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mukus, eskudat dalam alveoli dan bronkospasme.
Perencanaan dan Implementasi keperwatan Diagnosa menurut Nurarif & Kusuma (2015). Ketidakefektifan bersihan jalan napas Batasan karateristik a) Batuk yang tidak efektif b) Ada suara napas tambahan c) Perubahan irama napas d) Sianosis e) Penurunan bunyi nafas f) Dispneu g) Sputum dalam jumlah berlebihan h) Gelisah
2) Faktor-faktor yang berhubungan : a) Obstruksi jalan napas b) Mukus dalam jumlah yang berlebihan c) Materi asing dalam jalan napas d) Sekresi bertahan/sisa sekresi e) Sekresi dalam bronki
NOC : Respiratory status : airway patency Menilai suara napas. Menilai frekuensi napas. Menilai irama. Menilai kemampuan batuk. Menilai kemampuan mengeluarkan secret.
NIC : Manajemen jalan napas Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. Lakukan fisioterapi dada. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif. Posisikan untuk meringankan sesak napas. Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya. Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya suara napas. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler sesuai resesp, sebagai mana mestinya. Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar dan batuk. Kelola udara atau oksigen yang dilembabakan sebagaimana mestinya.
4Evaluasi Keperawatan Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam: (Somantri, 2009). Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk bernapas, jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia. Mempertahankan pola napas ecara efektif yang ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan kedalaman, napas normal, tidk ditemkan adanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru berkembabng dengan baik. Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukan dengan adanyan kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dyspnea pada usaha napas,inspirasi, dan ekspirasin, dan ekspirasi, dalam btas normal, serta saturasi oksigen dan PCO 2 dalam keadan normal.
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan ( Desain Penelitian ) Jenis penelitian ini adalah diskriptif analitik dalam bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien Ny,K denan asma bronchiale. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi
B. Subyek Penelitian Subyek studi dalam kasus ini adalah pasien asma bronchiale dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus di penuhi setiap masing-masing anggota yang akan di jadikan subyek (Notoatmodjo 2010). Pasien dengan diagnosa medis asma bronkial Pasien dengan Diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak afektif. Pasien yang menjalani rawat inap Pasien bersedia menjadi subjek 2. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota yang tidak bisa dijadikan sebagai subyek (Notaotmodjo, 2010). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien yang menolak menjadi subyek. Pasien pulang, pindah ruangan sebelum 5 hari. Pasien yang tidak di diagnosa medis asma bronkial.
C. Definisi Operasional Studi Kasus Asuhan Keperawatan : Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatanyang lebih baik yang mengambarkan criteria hasil yang diharapkan. Evaluasi keperawatan adalah tahap ahkir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai imformasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dengan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah di buat pada tahap perencanaan.
D. Tempat dan waktu Studi kasus ini dilakukan di Ruang UGD Puskesmas Jatinom Kab. Klaten Prop. Jawa Tengah pada tanggal 17 Mei 2019
E. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut : Pengkajian meliputi Inspeksi adalah pemeriksaan dengan metode pengamtan atau observasi menggunakan panca indra untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien.
Palpasi adalah metode pemeriksaan dimana penguji merasakan ukuran, kekuatan, atau letak sesuatu dari bagian tubuh. Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan perantara jari tangan. Tujuannya untuk mengetahui keadaan organ-organ dalam tubuh. Auskultasi adalah mendegarkan suara yang terdapat di dalam tubuh dengan bantuan alat yang disebut stetoskop.
Observasi Observasi kegiatan merupakan suatu kegiatan untuk melakukan secara langsung seperti pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan. Yang perlu di observasi, suara napas, frekuensi napas, jumlah produksi sputum,warna sputum, konsentrasinya (kental atau cair), dan reaksi klien selamadi lakukan tindakan.
F. Analisa Data Pengelolaan analisa data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah setelah melakukan pengkajian data yang didapatkan data kesehatan dan data keperawatan kemudian data-data tersebut diolah dalam bentuk data subjektif dan data objektif Kemudian dilakukan analisa data untuk mendapatkan permasalahan keperawatan yang dialami klien, setelah masalah keperawatan ditemukan maka masalah tersebut diangkat untuk dijadikan diagnosa keperawatan kemudian mulai melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. Penyajian data ditampilkan dalam bentuk table dan naratif.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Gambaran Lokasi Puskesmas Jatinom Puskesmas Jatinom terletak di Desa Krajan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah, yang mewilayahi 9 Desa yaitu : Desa Bonyokan Desa Cawan Desa Gedaren Desa Glagah Desa Jatinom Desa Jemawan Desa Krajan Desa Pandeyan Desa Puluhan
Jumlah Penduduk pada tahun 2018 adalah jiwa yang terebar di 9 Desa. Pada Tahun 2017 Puskesmas Jatinom terakreditasi dan pada saat ini sudah terakreditasi Utama. Fasilitas Layanan Kesehatan Puskesmas Jatinom meliputi BP Umum Bp Gigi KIA / KB Persalinan UGD Rawat Inap Laboratorium sederhana Fisioterapi Dll
Jumlah Kunjungan Pasien Asma Bronchile Pada Tahun 2018 RANAP: 4 RAJAL / UGD: 39 5 Besar penyakit Di Puskesmas Jatinom tahun 2018 Hipertensi DM Ispa GEA Gastritis
Karakteristik Subyek Penelitian Nama: Ny.K Umur: 48tahun Agama:Islam Status: Menikah Pendidikan: SD Pekerjaan:Buruh Alamat: Pandeyan, Jatinom
Data Asuhan Keperawatan Pengkajian: Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 2019 pada pukul10.00 WIB di Ruang UGD Puskesmas Jatinom meliputi :Identitas pasien, Identitas penanggung jawab klien yaitu Tn. T yang bekerja sebagai buruh, Tn. T merupakan suami klien yang berumur 50tahun.
RiwayatKeperawatan Pada tanggal 17 Mei 2019 jam WIB klien dibawa kePuskesmas Jatinom oleh keluarga dengan keluhan batuk berlendir putih kental, dan lemas. Keluhan ini dirasakan klien sejak 2 minggu yang lalu,sebelumnya klien periksa ke PKD Pandeyan,tetapi selama 2 minggu tidak ada perubahan, klien dianjurkan keluarga untuk periksa ke Puskesmas. Klien menderita penyakit asma sejak mempunyai anak yang ke dua pada usia 38 tahun. Sebelumnya klien belum pernah dirawat ke rumah sakit. Dalam keluarga klien tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
3. PengkajianFokus Pada saat pengkajian dan pemeriksaan fisik pada tanggal 17 Mei2019 ditemukan data yaitu klien mengeluh batuk berlendir putih kental, dan lemas. Keluhan yang paling dirasakan klien adalah sesak nafas. Aktifitas klien yang berat dapat menimbulkan keluhan sesak. Suara nafas klien terdengar mengi/wheezing +.
Pernafasan klien 30 kali/menit, klien mengalami sesak nafas. Hasil pemeriksaan fisik TD 150/90 mmHg. Nadi 97 kali/menit, suhu 36,5 o C klien tampak lemas, mata kemerahan, klien tidak bisa tidur ketika malam hari dan sering terbangun karena sesak nafas, terdapat lingkar gelap dibawah kelopak mata, nafas cuping hidung, terpasang oksigen 4 liter/menit.
Hasil pemeriksaan laboratorium : GDS 135 mg/dl Terapi dexametasone 0,5mg, antibiotik cefixime 500gr, ambroxol30 mg, ranitidin 150 mg. Terapi nebulizer : fentolin 2,5mg, NaCl 4cc terapi oxgen 4 ltr/ mnt.
b. Diagnosis Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada tanggal 17 Mei 2019, penulis merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas, mukus dalam jumlah berlebih, ditandai dengan DS; Pasien mengatakan batuk berlendir putih kental dan sesak nafas. DO; Terdapat lendir kental, auskultasi terdengar suara mengi.
2).Gangguan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan otot pernafasan, ditandai dengan DS : Pasien mengatakan sesak nafas. DO; RR: 30x/mnt, nafas cuping hidung, Nadi: 97x/mnt,terpasang O 2 4liter/mnt.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas, ditandai dengan DS; Pasien mengatakan tidak bisa istirahat tidur ketika malam hari dan sering terbangun karena sesak nafas.DO;Tampaklingkar gelap dibawah kelopak mata dan mata kemerahan, RR: 30x/mnt, TD: 150/90 mmHg.
c. Perencanaan Berdasarkan masalah yang ditemukan pada saatpengkajian tanggal 17 Mei 2019, penulis dapat menyusun intervensisebagai berikut : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas, lender kental,mukus dalam jumlah berlebih, ditandai dengan DS; Pasien mengatakan batuk berlendir kentaldan sesak nafas. DO; Terdapat lendir kental berwarna putih, auskultasi terdenngar suara mengi. Tujuan pasien mengatakan sesak nafas berkurang, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 15 menit bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil yang diharapkan bunyi nafas bersih, tidak ada tanda distress pernafasan, dapat mendemonstrasikan batuk efektif, dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekret Intervensi auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, Dengan rasional untuk mengetahui terjadinya Sumbatan dijalan nafas. Kaji atau pantau frekuensi pernafasan dengan rasional untuk mengetahui Takipneu.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat tidur dengan sudut 45 derajat, duduk pada sandaran tempat tidur dengan rasional memudahkan untuk bernafas.
Dorong/bantu latihan relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk memberikan cara kepada pasien untuk mengontrol dan mengatasi dispnea. Lakukan tindakan fisioterapi dada dengan rasional untuk mengeluarkan sekret dijalan nafas. Kolaborasi obat sesuai advis dokter untuk pemberian obat.
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan otot pernafasan,ditandai dengan DS; Pasien mengatakan sesak nafas. DO; RR: 30x/mnt, nafas cuping hidung, Nadi: 97 x/mnt, terpasang O 2 4 liter/mnt.
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15menit Gangguan pola nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil menunjukan pola yang dibuktikan oleh status ventilasi dan pernafasan yang tidak terganggu atau kepatenan jalan nafas, TTV dalam batas normal, dada tidak ada gangguan pengembangan, pernafasan menjadi normal 18 sampai 24 x permenit.
Intervensi monitor frekuensi, irama dankedalaman pernafasan dengan rasional untuk dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman pernafasan. Tinggikan kepala pada tempat tidur.dan bantu mengubah posisi dengan rasional untuk memudahkan pernafasan.
Observasi pola batuk dan karakter sekret dengan rasional untuk mengetahui batuk kering atau basah. Bantu klien latihan nafas dalam atau batuk efektif dengan rasional untuk dapat mengeluarkan sekret dalam ketidak nyamanan bernafas. Berikan oksigen tambahan dengan rasional untuk memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas. Bantu fisioterapi dada dengan rasional untuk memudahkan upaya bernafas dalam dan meningkatkan draenase sekret.
Berikan terapi nebulizer : fentolin 2,5mg, NaCl 2cc dengan rasional untuk memudahkan jalan nafas kembali efektif.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas, ditandai dengan DS; Pasien mengatakan tidak bisa istirahat tidur ketika malam hari dan sering terbangunkarena sesak. DO; Tampak lingkar gelap dibawah kelopak mata dan mata kemerahan, RR; 30 x/mnt. TD: 150/90 mmHg
.Tujuannya untuk kebutuhan istirahat tidur terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 15 menit dengan kriteria hasil jumlah jam tidur tidak terganggu, tidak ada masalah pola aktivitas dan rutinitas tidur atau istirahat.
Intervensi kaji masalah gangguan pola tidur dengan rasional untuk mengetahui gangguan pola tidur dan masalah istirahat tidur klien. Posisikan sesuai dengan kenyamanan klien dengan rasional untuk posisi yang nyaman akan membuat klien nyaman dan dapat memenuhi istirahat tidur.
Berikan penyuluhan tentang pentingnya istirahattidur dengan rasional untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnyaistirahat tidur bagi tubuh. Berikan lingkungan yang nyaman (posisisemifowler) dengan rasional untuk tempat tidur yang nyaman akan membantu klien istirahat dengan baik
d. Pelaksanaan Diangnosa pertama menjadi prioritas adalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas, lendir kental, mukus dalam jumlah berlebih, Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji keadaan umum klien dan memantau frekuensi pernafasan, mengauskultasi bunyi nafas, mengajarkan klien batuk efektif, memberikan Dexametasone 0,5 mg/ oral, antibiotik: cefixime 500mg/ oral, ambroxol 30 mg/oral. Nebulizer dan pemberian O2 4 ltr/mnt
Intervensi dan implementasi diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu memantau frekuensi pernafasan, mengauskultasi bunyi nafas, mengajarkan klien batuk efektif, menganjurkan klien batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
Diagnosa kedua muncul Gangguan pola nafas berhubungan dengan Hiperventilasi, keletihan otot pernafasan yaitu memberikan alat bantu nafas oksigen 4 liter/menit, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memantau TTV, memberikan antiasma; salbutamol 2mg sesudah makan
Intervensi dan implementasi diagnosa Gangguan pola nafas berhubungan dengan Hiperventilasi, keletihan otot pernafasan yaitu memberikan alat bantu nafas oksigen 4liter/menit, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, menganjurkan klien teknik relaksasi nafas dalam supaya jalan nafas kembali efektif
Diagnosa yang ketiga adalah Gangguan pola tidur pada Ny. K berhubungan dengan sesak nafas yaitu memposisikan yang nyaman dengan peninggian kepaladari tempat tidur lebih tinggi mengkondisikan suasana tenang, memantau TTV; RR: 30x/menit, Nadi: 97x/menit
e. EVALUASI Untuk diagnosa keperawatan yang pertama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas, lendir kental, mukus dalam jumlah berlebih. Setelah dilakukan proses keperawatan pada Ny. K dengan asma selama 1x 15 menit yaitu pada tanggal 17 Mei 2019 jam WIB data yang penulis temukan pada klien yaitu Subjektif; klien mengatakan sesak nafas berkurang dan sudah tidak batuk berlendir putih kental. Objektif; suara nafas vesikuler, mukus dalam jumlah sedikit, RR : 24 x/menit, Nadi : 84 x/menit. Assesment ; masalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas klien teratasi sebagian. Planning ; Pertahankan intervensi,Pertahankan penggunaan alat bantuO 2 2 liter/mnt, memantau TTV dan mengajarkan batukefektif.
Diagnosa yang kedua yaitu Gangguan pola nafas pada Ny. K berhubungan dengan Hiperventilasi, keletihan otot pernafasan. Setelah dilakukan proses keperawatan pada Ny. K dengan asma bronchiale selama 1x 15 nnt, pada tanggal 17 Mei 2019 jam WIB ditemukan data pada klien yaitu Subjektif; klien mengatakan sesak nafas berkurang, Objektif; RR : 24 x/menit, Nadi : 84 x/menit.
Assesment ; masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian. Planning ; Pertahankan intervensi, pertahankan penggunaan alat bantu O 2 2 liter/mnt, memantau TTV dan melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
Diagnosa yang ketiga yaitu Gangguan pola tidur pada Ny. K berhubungan dengan sesak nafas. Setelah dilakukan proses keperawatan pada Ny. K dengan asma selama 1x 15 mnt, pada tanggal 17 Mei 2019 pukul WIB ditemukan data pada klien yaitu Subjektif; klien mengatakan sudah bisa istirahat tidur di UGD, Objektif; klien tampak tidur, tidak ada lingkar gelap dibawah kelopak mata, mata klien tampak tidak kemerahan, TD : 130/80 mmHg, RR : 24 x/menit, Nadi : 84 x/menit.
Assesment ; masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian. Planning ; Pertahankan intervensi, berikan posisi yang nyaman dan kondisikan suasana yangtenang.
B PEMBAHASAN Pengkajian Penulis melakukan pengkajian dengan menggunakan format yang telah ada pada format pengkajian asuhan keperawatan ilmu penyakit dalam. Selama proses pengkajian penulis tidak menemukan hambatan, pasien dan keluarga kooperatif sehingga mempermudah penulis untuk mengumpulkan data. Penulis mengkaji dari semua aspek meliputi: bio- psiko-sosial-kultural-spiritual. Dari pengkajian pada tanggal 17 Mei 2019 pada pukul WIB didapatkan data dari pengkajian data bio: data subjektif hasil dari pengkajian yang saya lakukan adalah pasien mengatakan batuk keluar lendir dan sesak nafas.
Pasien mengatakan tidak bisa istirahat tidur ketika malam hari dan sering terbangun karena sesak nafas. data objektif yang saya temukan dari Ny. K adalah terdapat lendir kental berwarna putih saat pasien batuk, auskultasi terdengar suara mengi, TD ; 150/90 mmHg, RR : 30 x/mnt, nafas cuping hidung, Nadi : 97 x/mnt, terpasang oksigen 2liter/mnt
Hasil pengkajian yang ditemukan penulis dalam melakukan pengkajian tanggal 17 Mei 2019 sudah sesuai dengan apa yang ada di teori, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien. Imformasi yang didapat dari klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain (sumber data sekuder), catatan kesehatan klien, imformasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian dasar (Asmadi, 2008)
2. Diagnosis Berdasarkan data pengkajian yang didapat, penulis menegakkan diagnosa sebagai berikut: ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas, lendir putih kental, mukus dalam jumlah berlebih, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan otot pernafasan, gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas.
1.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas, lendir putih kental, mukus dalam jumlah berlebih. a)Menurut Nanda (2012) ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau penyumbatan dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. b)Alasan diagnosa ini ditegakkan karena pada klien ditemukan data, data subjektif : Pasien mengatakan batuk keluar lendir dan sesak nafas. Data objektif : Terdapat lendir kental berwarna putih saat pasien batuk, auskultasi terdengar suaramengi.
c) Cara memprioritaskan masalah Diagnosa ini diangkat sebagai prioritas utama pada kasus ini karena berdasarkan teori Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow kebutuhan oksigenasi merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup (Mubarak & Chayatin, 2008.) Diagnosa ini diangkat sebagai prioritas utama pada kasus ini karena bila jalan nafas tidak efektif maka oksigen tidak akan masuk ke dalam tubuh. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian (Mubarak & Chayatin, 2008 ).
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan otot pernafasan. a) Menurut Nanda (2012, ) ketidakefektifan pola nafas yaitu inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat. Alasan diagnosa ini ditegakkan karena pada klien ditemukan data, data subjektif : klien mengatakan sesak nafas. Data objektif: klien terpasang oksigen 4liter/menit, RR: 30x/menit, N:97x/menit.T.140/90 mmhg
b) Cara memprioritaskan masalah Diagnosa ini diangkat sebagai prioritas kedua pada kasus ini karena berdasarkan teori Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow kebutuhan oksigenasi merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup (Mubarak & Chayatin, )
Diagnosa keperawatan yang muncul padakasus ini karena bila jalan nafas tidak efektif maka oksigen tidak akan masuk ke dalam tubuh. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian (Mubarak & Chayatin, 2008 ).
Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesaknafas. Menurut Nanda (2012, h 300) gangguan pola tidur yaitu gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat eksternal. Alasan diagnosa iniditegakkan Diagnose ditegakkan Masalah gangguan pola tidur muncul pada klien karena ditemukan Data Subjektif : klien mengatakan tidak bisa tidur ketika malam hari dan sering terbangun karena sesak nafas. Data Objektif : terdapat lingkar gelap dibawah kelopak mata, mata kemerahan, RR : 30x/menit, N :97x/menit.
c) Cara pemprioritaskan masalah Diagnosa ini diangkat sebagai prioritas ketiga pada kasus ini karena berdasarkan teori Hierarki Maslow Kebutuhan Dasar Manusia kebutuhan istirahat tidur termasuk dalam kebutuhan fisiologis, dimana jika istirahat tidur tidak tercukupi maka klien kenyamanan klien terganggu (Mubarak & Chayatin, ).
Diagnosa ini ditegakkan sesuai dengan Nanda (2012, ) karena gangguan pola tidur muncul jika perubahan pola tidur tidak normal menyatakan tidak merasa cukup istirahat dan ketidakpuasan tidur.
3. Perencanaan Tujuan serta kriteria hasil yang akan dicapai penulis intervensi untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu:pasien mengatakan sesak nafas berkurang, setelah dilakukan tindakankeperawatan selama 1X 15 menit bersihan jalan nafas kembali efektif. Kriteria hasil yang diharapkan bunyi nafas bersih, tidak ada tanda distress pernafasan, dapat mendemonstrasikan batuk efektif, dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekret.
Intervensinya : auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misal mengi, krekels, ronchi. Rasionalnya : untuk mengetahui beberapa derajat spasme bronkus terjadi sumbatan dijalan nafas ketidaknormalan bunyi nafas menunjukan adanya masalah pada sistem pernapasannya. Intervensi : kaji atau pantau frekuensi pernafasan. Rasionalnya : jalan nafas yang tersumbat akan mengakibatkan oksigen tidak dapat masuk ke dalam tubuh.
Intervensinya : kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. Rasionalnya : peninggian kepala memudahkan untuk bernafas, posisi semifowler memungkinkan pengembangan dada secara maksimal. Intervensinya : dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir (relaksasi nafas dalam). Rasionalnya : memberikan cara kepada pasien untuk mengontrol dan mengatasi sekret, yang menrelaksasikan pernafasan. Intervensinya : observasi karakteristik batuk misal menetap batuk pendek, basah. Rasionalnya : batuk pendek, basah biasanya sekret ikut keluar bersama batuk untuk mempermudah mengeluarkan dahak.
Intervensinya : lakukan tindakan fisioterapi. Rasionalnya : untuk mengeluarkan atau mengangkat sekret dari jalan nafas. Intervensinya ; kolaborasi obat dexametasone 0.5mg,antibiotik cefixime 500gr, ranitidin 150mg, terapi nebulizer: fentolin 2,5mg, NaCl 2cc. Rasionalnya : untuk pemberian obat sesuai indikasi untuk mengurangi sesak nafas
Tujuan serta kriteria hasil yang akan dicapai penulis dan intervensi untuk diagnosa Gangguan pola nafas yaitu:pasien mengatakan sesak nafas berkurang, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X15 mnt Gangguan pola nafas kembali efektif. Kriteria hasil yang diharapkan pola nafas kembali efektif, TTVdalam batas normal, dada tidak ada gangguan pengembangan, pernafasan menjadi normal 18 sampai 24x/menit.dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi nafas dalam.
Intervensinya : monitor frekuensi,irama dan kedalaman pernafasan. Rasionalnya: dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas,kedalaman pernafasan bervariasi,Mengetahui adakah sumbatan pada jalan nafas, jalan nafas yang tersumbat akan mengakibatkan oksigen tidak dapat masuk kedalam tubuh, dan ketidak normalan bunyi nafas menunjukan adanya masalah pada sistem pernapasannya.
Intervensi : tinggikan kepala pada tempat tidur dan posisikan klien duduk. Rasionalnya:Memperlancarpernafasan, posisi fowler memungkinkan pengembangan dada secara maksimal. Ajarkan batuk efektif, rasionalnya:dapat meningkatkan dimana ada gangguan ventilasi, yang mempermudah pasien mengeluarkan dahak. Berikan oksigen tambahan 2 liter/menit menggunakan nasal kanul. Rasionalnya:Memenuhi kebutuhan oksigen dalamtubuh,tubuh kekurangan oksigen yang disebabkan oleh jalan nafas yang tersumbat.
Tujuan serta kriteria hasil yang akan dicapai penulis dan intervensi untuk diagnosa gangguan pola tidur yaitu: Tujuan pasien mengatakan sudah bisa tidur/ istirahat.setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 15 mnt gangguan pola tidur. Kriteria hasil yang diharapkan jumlah jam tidur tidak terganggu, tidak ada masalah dengan pola, kualitas dan rutinitas tidur/istirahat.
Intervensinya : kaji masalah gangguan pola tidur. Rasionalnya : untuk mengetahui gangguan pola tidur, dan masalah istirahat tidur yang menggangu kenyaman klien karena sesak nafas, jalan nafas yang tersumbat mengakibatkan kekurangan oksigen dalam tubuh. Intervensi : posisikan dengan kenyamanan klien. Rasionalnya : posisi yang nyaman akan membuat klien nyaman dan memenuhi istirahat tidur.
Intervensi : berikan penyuluhan tentangpentingnya istirahat tidur. Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya istirahat tidur bagi tubuh. Intervensi : berikan lingkungan yang nyaman (posisi semifowler). Rasional : posisi semifowler dapat memperlancar pernafasan,posisi fowler memungkinkan pengembangan dada secara maksimal.
4.Pelaksanaan Implementasi yang dilakukan penulis untuk menyelesaikan masalah diangosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 2019jam penulis melakukan tindakan : mengkaji keadaan umum atau memantau frekuensi pernafasan, respon pasien data subjektif : klien mengatakan batuk mengeluarkan lendir, dan klien mengatakan sesak nafas, data objektif : terdapat lendir kental berwarna putih.
Mengauskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas, respon data subjektif : klien mengatakan sesak nafas, data objektif : auskultasi terdengar suara nafas mengi. Memposisikan klien yang nyaman dengan peninggian kepala tempat tidur, respon data subjektif : klien merasa lebih nyaman, data objektif: bagian kepalatempat tidur ditinggikan 45º, mengajarkan batuk efektif, respon data subjektif: klien bersedia diajari batuk efektif, data objektif : klien mempraktekan apa yang telah diajarkan, mengkolaborasi pemberian oksigen 4 liter/menit menggunakan nasal kanul, respon data subjektif: klien mau memakai oksigen, data objektif: RR; 30x/menit, Nadi; 97x/menit, terpasang nasal kanul oksigen 4 liter/menit.
Kekuatan selama melakukan implementasi keperawatan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah klien dan keluarga kooperatif, mau mengikuti saran dan mempraktekan apa yang telah diajarkan perawat sehingga tidak ada hambatan selama melakukan tindakan keperawatan.
Implementasi yang dilakukan penulis untuk menyelesaikan masalah diagnosa yang kedua Gangguan pola nafas yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 2019 dari jam penulis melakukan tindakan yaitu mengkaji frekuensi pernafasan, dengan respon data subjektif: klien mengatakan sesak nafas, data objektif: RR: 30x/menit, N:97x/menit, klien terpasang oksigen 4liter/menit menggunakan nasal kanul, melakukan relaksasi nafas dalam, dengan respon data subjektif; data objektif; klien tampak rileks setelah dilakukan relaksasi nafas dalam.
Kekuatan selama melakukan implementasi keperawatan pada diagnosa Gangguan pola nafas adalah klien dan keluargakooperatif, mau mengikuti saran dan mempraktekan apa yang telah diajarkan perawat sehingga tidak ada hambatan selama melakukan tindakan keperawatan.
Implementasi yang dilakukan penulis untuk menyelesaikan masalah diagnosa gangguan pola tidur yang dilakukan dari tanggal 17 Mei 2019 pada jam penulis melakukan tindakan keperawatan yaitu: mengkaji gangguan pola tidur, dengan respon data subjektif; klien tidak bisa tidur ketika malam hari sering terbangun karena sesak nafas, data objektif; RR: 30x/menit, Nadi 97x/menit, lingkar gelap dibawah kelopak mata, mata kemerahan, memposisikan yang nyaman dan kondisi lingkungan yang tenang dengan respon data subjek; data objektif; klien tampak nyaman dengan posisi semifowler.
Kekuatan selama melakukan implementasi keperawatan pada diagnosa gangguan pola tidur adalah klien dan keluarga kooperatif, mau mengikuti saran dan mempraktekan apa yang telah diajarkan perawat sehingga tidak ada hambatan selama melakukan tindakan keperawatan.
5. EVALUASI 1) ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas, lendir putih kental, mukus dalam jumlah berlebih. Evaluasi yang dilakukan penulis pada tanggal 17 Mei 2019melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu: tanda-tanda vital dalam batas normal, pernapasan tidak sesak, istirahat tidur tercukupi, penulis masih menemukan klien
pada 1 jamberikutnya, sesak dan batuk sudah berkurang di temukan data adalah Subjektif ; klien mengatakan sesak nafas berkurang dan sudah tidak batuk berlendir kental putih. Objektif ; suara nafas vesikuler, mukus dalam jumlah sedikit, RR: 24 x/menit, Nadi : 84 x/menit. Assesment ; masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas klien teratasi. Planning ; Pertahankan intervensi, pertahankan penggunaan alat bantu O 2 4liter/mnt, memantau TTV dan melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,keletihan otot pernafasan.Evaluasi yang dilakukan penulis pada tanggal 17 Mei 2019 melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu: tanda-tanda vital dalam batas normal, pernapasan tidak sesak, istirahat/ pasien bisa tidur, penulis masih mengobservasi klien pada 1 jam berikutnya, sesak nafas dan batuk sudah berkurang di temukan data adalah Subjektif ; klien mengatakan sesak nafas berkurang. Objektif : tidak terpasang oksigen tambahan 4liter/menit menggunakan nasal kanul, RR: 24x/menit, N: 84x/menit.
Assesment ;masalah ketidakefektifan pola nafas klien teratasi sebgian. Planning ; Pertahankan intervensi, hentikan penggunaan alat bantu O 2 4 liter/mnt, memantau TTV dan melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas. Evaluasi yang dilakukan penulis pada tanggal 17 Mei 2019 adalah Subjektif ; klien mengatakan sudah bisa tidur di ruang UGD walau sebentar karena sesak nafas berkurang. Objektif : tidak terlihat lingkar gelap dibawah kelopak mata, mata tidak kemerahan, RR: 24x/menit, N: 84x/menit.
Assesment ; masalah gangguan pola tidur klien teratasi. Planning ; Pertahankan intervensi, posisi yang nyaman dengan peninggian kepala tempat tidur dan kondisi suasana tenang.
Evaluasi yang dilakukan penulis selama 2 jam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dicapai yaitu: tanda- tanda vital dalam batas normal, batuk berlendir berkurang, sesak nafas berkurang, istirahat tidur tercukupi klien tidak lemas, pasien dapat beraktivitas secara mandiri, pada hari tanggal 17 Mei 2019 ditemukan data: S: klien batuk berlendir berkurang, O: lendir berkurang, A: masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian P: intervensi di hentikan
Evaluasi yang dilakukan penulis 2 jam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu: tanda- tanda vital dalam batas normal, sesak nafas berkurang, istirahat tidur tercukupi pada tanggal 17 Mei 2019 ditemukan data: S: sesak nafas berkurang, O: suara nafas vasikuler, RR; 24x/menit, Nadi 84x/menit, A: masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian, P: hentikan intervensi.
Evaluasi yang dilakukan penulis selama tiga hari melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu: tanda-tanda vital dalam batas normal, sesak nafas berkurang, istirahat tidur tercukupi pada tanggal 17 mei 2019 ditemukan data: S: klien mengatakan bisa tidur di UGD, sesak nafas berkurang, O: tidak terdapat lingkar gelap dibawah kelopak mata, mata tidak kemerahan, RR; 24x/menit, Nadi 84x/menit, A: masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian, P: intervensi di hentikan
BAB V PENUTUP Kesimpulan Diagnosa keperawatan yang biasanya ditemukan pada klien dengan asma bronciale tidak semua penulis dapatkan pada Ny. K Penulis hanya mendapatkan tiga diagnosa yaitu : ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas, lendir putih kental, mukus dalam jumlah berlebih, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Hiperventilasi, keletihan otot pernafasan dan Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas.
Saran 1. Bagi ProfesiKeperawatan Diharapkan bagi perawat agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang asma bronchiale, cara pertolongan pertamapada penderita asma bronchiale dan Asuhan Keperawatan Asma Bronchiale. 2. Bagi Lahan Praktek Meningkatkan pemberian informasi kepada klien terutama cara mengatasi kekambuhan asma di rumah, misalnya dengan mengajarkan inhalasi uap sederhana yang dapat dipraktikkan klien di rumah bila kliensesak nafas.
Bagi Institusi Pendidikan Memperbanyak sumber pembelajaran berupa peningkatan jumlah buku asuhan keperawatan pada asma bronchiale baik dalam buku penyakit dalam maupun kegawat daruratan penanganan pasien asma bronchiale. SEKIAN DAN TERIMA KASIH