Selama dan setelah proses pembelajaran peserta didik diharapkan dapat : Menguraikan Jenis dan karakteristik bahan dan alat pengolahan Mendeskripsikan Macam-macam makanan awetan Memahami Teknik pengolahan/pengawetan Menjelaskan Tahapan proses pengolahan/pengawetan Menjelaskan Jenis dan kegunaan bahan kemas Menjelaskan Teknik penyajian dan pengemasan Membuat makanan awetan dari bahan pangan hewani berdasarkan daya dukung yang dimiliki oleh daerah setempat
a. Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek daripada bahan pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. c. Karakteristik masing-masing bahan pangan hewani sangat spesifik sehingga tidak bisa digeneralisasi. d. Bahan pangan hewani pada umumnya merupakan sumber protein dan lemak
a. Daging Penghasil daging meliputi : sapi, kerbau, kambing, dan sebagainya. Daging baik sebagai sumber protein, lemak, mineral, dan vitamin. Faktor gizi daging dipengaruhi oleh umur daging, lingkungan ternak, pakan, rekayasa, dan tingkat stres hewan. Faktor utama kerusakan daging adalah mikroorganisme.
d. Susu Bagian-Bagian Susu: 1. Krim adalah bagian atas susu. Sebagian besar bahan yang terdapat didalam krim adalah lemak. Krim dapat diolah menjadi mentega. 2. Skim adalah bagian yang terdapat dibagian bawah krim. Komponen utamanya adalah air dan protein. Skim dapat diolah menjadi olahan susu lainnya.
I kan asin adalah sebuah produk makanan awetan hewani yang berbahan baku ikan, yang dimana pengolahannya mengkombinasikan dua metode pengawetan, yaitu penambahan garam dan pengeringan.
Telur asin sama seperti ikan asin, hanya saja berbahan baku telur, yang pengolahannya juga menggunakan metode penambahan garam.
Udang ebi adalah produk makanan awetan hewani yang berbahan baku udang, pengolahannya menggunakan metode pengeringan.
Daging asap atau Ikan asap adalah produk makanan awetan hewani yang pengolahannya dengan cara menempatkan bahan makanan di wadah lalu diasapi. Dipadukan juga dengan pengasinan dan pengeringan agar bisa bertahan lama dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Mentega berasal dari susu yang difermentasi sehinnga menjadi krim, digunakan untuk pelengkap roti, pengganti minyak goreng dan bahan kue.
Keju berasal dari susu sapi atau kambing yang difermentasi oleh jamur seperti Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti.
Sosis adalah daging yang diawetkan dengan ditumbuk, dicampur bumbu dan dibungkus dalam usus.
udang yang diawetkan dengan ditumbuk halus dan difermetasi hingga menjadi semacam adonan pasta kemerahan.
a. Pengawetan dengan suhu tinggi b. Pengawetan dengan suhu rendah c. Pengawetan dengan iradiasi. d. Pengawetan dengan bahan kimia
1. Pengadaaan Bahan Baku Ikan Segar. 2. Pengguntingan (cutting). 3. Pengisian (Filling) 4. Pemasakan Awal (Pree Cooking). 5. Penghampaan (Exhausting). 6. Penutupan Wadah Kaleng (Seaming). 7. Sterilisasi (Processing). 8. Pendinginan dan Pengepakan.
Jenis kemasan berdasarkan struktur isi adalah wadah yang dibuat sesuai dengan isi dari kemasan tersebut. Jenis kemasan ini dapat dibedakan menjadi tiga, diantaranya: Kemasan Primer ; pengertian kemasan primer adalah bahan kemas yang menjadi wadah langsung bahan makanan. Misalnya kaleng susu, botol minuman, dan lain-lain. Kemasan Sekunder ; pengertian kemasan sekunder adalah wadah yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap kelompok kemasan lainnya. Misalnya, kotak kardus untuk menyimpan kaleng susu, atau kotak kayu untuk menyimpan buah, dan lain-lain. Kemasan Tersier ; pengertian kemasan tersier adalah kemasan yang digunakan untuk menyimpan atau melindungi produk selama proses pengiriman.
Jenis kemasan juga dapat dikelompokkan berdasarkan frekuensi pemakaiannya. Beberapa jenis kemasan ini diantaranya: Kemasan Disposable ; yaitu kemasan sekali pakai yang hanya digunakan sekali saja lalu dibuang. Misalnya wadah plastik, bungkus daun pisang, dan lain-lain. Kemasan Multi Trip ; yaitu kemasan yang dapat digunakan berkali-kali oleh konsumen dan dapat dikembalikan kepada agen penjual agar digunakan kembali. Misalnya, botol minuman. Kemasan Semi Disposable ; yaitu kemasan yang tidak dibuang karena dapat digunakan untuk hal lain oleh konsumen. Misalnya, kaleng biskuit.
Kemasan dapat juga dikelompokkan berdasarkan tingkat kesiapan pakainya, diantaranya: Kemasan Siap Pakai ; yaitu jenis kemasan yang siap untuk diisi dan bentuknya telah sempurna sejak diproduksi. Misalnya botol, kaleng, dan lain-lain. Kemasan Siap Dirakit ; yaitu kemasan yang membutuhkan tahap perakitan sebelum diisi produk/ barang. Misalnya, plastik, aluminium foil, kertas kemas.
Louw dan Kimber (2007) mengatakan setidaknya ada tujuh manfaat dan tujuan dibuatnya kemasan suatu produk/ barang. Berikut penjelasannya: Physical Production ; Pembuatan kemasan bertujuan untuk melindungi produk/ barang dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan sebagainya yang ada di sekitarnya Barrier Protection ; Pemasangan kemasan pada suatu produk/ barang bertujuan untuk melindunginya dari hambatan oksigen uap air, debu dan lain sebagainya. Containment or Agglomeration ; Pengemasan barang juga bertujuan untuk pengelompokkan sehingga proses penanganan dan transportasi menjadi lebih efisien. Information Transmission ; Pada kemasan juga dapat dicantumkan mengenai cara menggunakan transportasi, daur ulang, dan membuang kemasan atau label tersebut. Reducing Theft ; Pemasangan kemasan pada produk/ barang juga bertujuan untuk mencegah pencurian dengan melihat kerusakan fisik pada kemasan. Convenience ; Kemasan merupakan fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali. Marketing ; Desain kemasan dan label dapat dimanfaatkan oleh pemasar untuk mendorong calon pembeli untuk membeli produk.
a. Kemasan harus dapat melindungi isi dari pengaruh lingkungan dan saat distribusi. Misalnya kripik akan lembek jika kemasannya tidak dapat menahan H2O yang masuk melalui pori-pori. b. Kemasan harus menjadi media penandaan terhadap barang yang dikemas sehingga pelabelan harus tercetak dengan jelas dan komplit. c. Kemasan harus mudah dibuka dan mudah ditutup kembali serta berdesain atraktif. d. Kemasan harus dapat mempromosikan diri sendiri bila dipajang di etalase toko atau swalayan. e. Bahan kemasan akan lebih baik jika ramah lingkungan dan dapat didaur ulang.
Ada 2 cara membuat telur asin. Anda dapat membuatnya secara tradisional maupun modern. Yang terutama adalah Anda harus memilih kualitas telur yang bagus serta memprosesnya dengan benar.
Bahan : 1 bh ember 1 l air 500 g garam 12 butir telur bebek 4 buah batu bata(hancurkan hingga benar-benar lembut).
Rendam telur dalam air selama 2 menit. Jika ada telur yang mengapung, buang saja, karena telur tidak bagus. Kemudian bersihkan telur hingga bersih. Hati-hati saat membersihkannya agar kulit telur tidak pecah atau retak. Anda bisa memilih untuk mengamplasnya atau tidak. Cara ini dilakukan agar garam dapat lebih mudah meresap karena pori-pori telur terbuka. Keringkan telur. Campurkan remukan bata yang sudah benar-benar halus dengan air. Aduk rata. Jangan sampai encer. Bentuk hingga seperti pasta. Masukkan garam. Aduk lagi. Anda bisa mengaduknya menggunakan tangan atau spatula. Lumuri telur dengan tanah sampai menggumpal seperti tanah liat atau batu. Kira-kira hingga ketebalan mencapai 3 cm. Masukkan dalam ember satu per satu. Taburi lagi telur yang sudah dilumuri tanah dengan batu bata lagi secukupnya. Diamkan selama 14 hari. Setelah proses selesai. Rebus telur dengan api kecil. Jangan sampai air mendidih agar tidak merusak telur. Rebus selama 1 jam. Bisa juga dengan cara dikukus dengan waktu yang sama. Telur asin siap disajikan. Cara membuat telur asin menggunakan batu bata bisa Anda ganti dengan menggunakan abu gosok. Hanya perlu mengganti batu bata dengan abu gosok. Cara membuat nya sama saja.
Bahan : 1 l air 12 btr telur bebek 1 bh toples yang dapat ditutup rapat 500 g garam
Rendam telur dalam air selama 2 menit. Jika ada telur yang mengapung, buang saja, karena telur tidak bagus. Kemudian bersihkan telur hingga bersih. Hati-hati saat membersihkannya agar kulit telur tidak pecah atau retak. Keringkan telur. Anda bisa memilih untuk mengamplasnya atau tidak. Cara ini dilakukan agar garam dapat lebih mudah meresap karena pori-pori telur terbuka. Larutkan garam dalam air. Aduk hingga benar-benar larut. Masukkan dalam toples yang dapat ditutup rapat. Masukkan telur perlahan-lahan. Pastikan telur terendam semua. Beri jarak 2 cm dari permukaan. Rendam selama hari. Jika ingin rasa lebih asin rendam hingga maksimal 42 hari atau 6 minggu. Selama proses perendaman, jauhkan dari cahaya matahari. Setelah proses perendaman selesai. Rebus telur dengan api kecil. Jangan sampai air mendidih agar tidak merusak telur. Rebus selama 1 jam. Bisa juga dengan cara dikukus dengan waktu yang sama. Telur asin siap disajikan.