BUDIDAYA KEDELAI
Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Pengembangan kedelai telah memberi kontribusi terhadap perekonomian nasional (PDB sub sektor tanaman pangan) meskipun nilainya masih relatif kecil dibandingkan dengan komoditi tanaman pangan lainnya.
Produksi kedelai tidak mampu memenuhi permintaan dalam negeri sehingga diperlukan impor cukup besar, rata-rata 1,3 juta ton setiap tahunnya yang menghilangkan devisa negara ± Rp. 3 triliun. Pada tahun 2000 nilai impor kedelai mencapai US$ 544,2 juta (senilai 4,7 triliun). Besarnya impor telah memboroskan devisa serta mempengaruhi pasar dalam negeri yang mengakibatkan kurang minatnya petani untuk menanam komoditi tersebut sehingga hilangnya lapangan kerja dan nilai tukar petani.
Produksi kedelai nasional belum dapat memenuhi kebutuhan, karena luas panen aktual masih belum memadai dan produktivitas masih rendah. Produktivitas pada tingkat petani rata-rata 1,3 ton/ha, sedangkan potensi produksi mencapai 2,0 – 2,5 ton/ha
Besarnya kesenjangan tersebut antara lain disebabkan karena penerapan teknologi pada tingkat petani masih rendah, penggunaan benih terbatas dan SDM masih lemah. Di Kalimantan Selatan produksi kedelai 5 tahun terakhir cenderung menurun dengan rata-rata penurunan 19,63%, tahun 2002 produksi sebesar ton, tahun 2004 sebesar ton dan tahun 2007 menjadi ton.
Ditingkat petani, kedelai masih dianggap sebagai tanaman sampingan, tanaman sela atau tanaman untung-untungan. Untuk mengatasi itu maka upaya peningkatan produksi kedelai perlu diikuti dengan usaha menyadarkan petani menjadi profesional dalam berusahatani.
Secara teknis agronomis, masalah yang sering terlihat dilapang adalah sebagai berikut : Masa tanaman dalam satu hamparan (> 50 ha) belum serempak, tanaman yang terlambat tanam sering terserang hama, tumbuh kerdil atau kekeringan. Varietas dan benih yang ditanam kebanyakan masih bermutu ”asal-asalan”. Populasi tanaman yang dipanen setiap hektar optimal sehingga hasil rendah.
Penyiapan lahan bekas sawah pada musim kemarau tanpa pembuatan saluran drainase, sehingga masih tergenang atau tanaman muda mengalami deraan penggenangan sehingga terhambat pertumbuhannya. Pengendalian gulma sering terlambat atau jarang dilakukan. Pengendalian hama penyakit belum efektif dan sering terlambat
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian yang mempunyai mandat nasional sebagai balai komoditas palawija telah berhasil menyediakan komponen teknologi budidaya kedelai untuk mengatasi kendala agronomis tersebut.
Varietas Unggul Varietas unggul Wilis paling luas ditanam oleh petani saat ini. Disisi lain, telah tersedia tujuah varietas unggul baru untuk ditanam dilahan sawah (Tabel 1) Varietas unggul tersebut telah dievaluasi daya hasilnya, sehingga apabila dibudidayakan dengan benar dan baik, produktivitasnya dapat mencapai 1,5-2,0 ton/ha. Penyediaan benih kedelai yang bermutu untuk petani masih merupakan masalah yang memerlukan pemecahan. Kebutuhan benih dengan daya tumbuh lebih 90% adalah sekitar kg biji/ha luas lahan
Tabel 1. Varietas Unggul Baru Kedelai Lahan Sawah Dilepas Antara Tahun VarietasHasil Biji (ton/ha) Umur masak (hari) Berat 100 biji (gr)Sifat khusus Argomulyo1,50-2, Toleran karat daun Bromo1,50-2, Burangrang Agak genjah Sinabung2,10-2,648511Adaptif pada lahan sawah Agak tahan pyk.kerat daun Kaba2,00-2,858511Adaptif pada lahan sawah Agak tahan pyk.kerat daun Mahameru2,12-3,038517Agak tahan pyk.kerat daun Anjasmoro2,14-2,968515Agak tahan pyk.kerat daun
SYARAT TUMBUH Tanaman dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan mm/bulan, suhu udara 23°C - 30°C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.
Penyiapan Lahan Kedelai yang ditanam setelah padi sawah tidak memerlukan pengolahan tanah. Saluran drainase dengan kedalaman cm dan lebar 30 cm, setiap 3-4 perlu dibuat untuk mengurangi kelebihan air dan berfungsi pula sebagai saluran irigasi pada saat hujan sudah berhenti.
Waktu Tanam Ditanam pada bulan Maret/April atau Juli/Agustus masing-masing untuk pertanaman MK I dan MK II. Agar tidak terjadi akumulasi serangan hama dan penyakit serta kekurangan air, kedelai dianjurkan ditanam tidak lebih dari 7 hari setelah tanaman padi dipanen. Tanam harus dilakukan secara serempak pada satu hamparan, minimal 50 Ha.
Pemupukan Pemberian pupuk sebaiknya ditaburkan dalam larikan yang dibuat di dekat lubang tanam disepanjang barisan kedelai. Pada lahan sawah yang subur atau setelah tanam padi Supra Insus, kedelai hanya perlu penambahan 50 kg Urea/ha. Sedangkan pada lahan sawah bertekstur berat (misalnya jenis tanah Vertisol) diperlukan pupuk 50 kg Urea + 50 kg SP KCl/ha. Pupuk anorganik dapat digantikan dengan pemberian 5-10 ton kotoran ayam/ha dengan 5 ton kompos jerami/ha
Mulsa Jerami Padi Mulsa jerami dapat menekan frekuensi penyiangan sehingga cukup dilakukan 1 x sebelum tanaman berbunga. Pada umumnya, banyaknya jerami padi yang digunakan sebagai mulsa sama dengan hasil jerami pada suatu petakan sehingga tidak diperlukan tambahan dari petakan lain. Namun demikian, sebanyak 5 ton jerami/ha diperkirakan cukup bagi kedelai. Pada daerah dengan lalat bibit dan gulma merupakan kendala, pembakaran jerami setelah tanam kedelai dapat dilakukan dan cara ini lebih menyeragamkan pertumbuhan awal kedelai.
Pengairan Penambahan air ditujukan untuk mem- pertahankan kelembaban tanah hingga dicapai kondisi kapasitas lapang. Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah awal pertumbuhan vegetatif sekitar hst, saat berbunga hst dan saat pengisian polong hst. Dengan demikian pada fase-fase tersebut tanaman harus diairi apabila hujan sudah tidak turun lagi
Pengendalian Hama Pengendalian hama secara bercocok tanam (kultur teknis) dan pengendalian secara hayati (biologis) saat ini dilakukan untuk menekan pencemaran lingkungan. Pengendalian secara kultur teknis antara lain penggunaan mulsa jerami, pengolahan tanah, pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan serta penggunaan tanaman perangkap jagung.
Sedangkan contoh pengendalian secara biologis antara lain penggunaan parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae, penggunaan Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat grayak Spadoptera litura (SINPV) dan untuk ulat buah Helicoverpa armigera (HaNPV) serta penggunaan feromonoid seks yang mampu mengendalikan ulat grayak. Terdapat 4 bahan nabati yang efektif terhadap hama pengisap polong dilapangan, yaitu serbuk biji nimba, srikaya, sirsak dan ekstrak daun mindi. Serbuk biji srikaya 40 gr/l mampu menekan populasi kutu kebul setara dengan insektisida Amitraz.
Pengendalian Penyakit Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun Phacospora pachyrhizi, busuk batang dan akar Schlerospora rol feii dan berbagai penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian penyakit karat daun dengan fungisida Mancozeb, penyakit busuk batang dan akar menggunakan jamur antagonis Trichoderma harzianum. Sedangkan pengendalian virus dengan mengendalikan vektornya yaitu serangga hama kutu dengan insektisida Decis. Waktu pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur 40, 50 dan 60 hari.
Panen dan Pasca Panen Panen dilakukan apabila 95% jumlah polong pada batang utama telah matang berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman dan sebagian besar daunnya sudah rontok. Hasil panen ini segera dijemur agar cepat kering (4-5 hari tergantung sinar matahari) kemudian dilakukan perontokan biji dengan menggunakan thresher atau alat pemukul dari bambu. Butir biji dipisahkan dari kotoran/sisa kulit polong dan diusahakan kadar air biji mencapai 10-12% pada saat mulai disimpan.