EKOSISTEM INTERTIDAL/PANTAI R ADHARYAN ISLAMY, S.PI., M.P.
Ekosistem : adlh suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun dan komponen yang beragam. Biotik - Komponen heterotroph : Hewan dan Manusia - Komponen Autotroph : Makrofita dan Mikrofita Abiotik : Batu, Pasir, air, cahaya matahari dll Ekosistem Pantai/intertidal : Zona intertidal memiliki luas yang sangat terbatas, meliputi wilayah yang terbuka pada saat surut tertinggi dan terendam air pada saat pasang tertinggi atau separuh waktu berupa ekosistem terrestrial dan separuhnya berupa ekosistem akuatik.
Ekosistem Intertidal/Pantai
Pasang Naik- Pasang Surut. Pasang-Surut adalah naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik selama interval waktu tertentu. KONDISI LINGKUNGAN DI ZONA INTERTIDAL
Pasang-surut : faktor lingkungan paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal, menyebabkan daerah intertidal terkena udara terbuka secara periodik dengan kisaran parameter fisika yang cukup lebar. Organisme intertidal perlu memiliki kemampuan adaptasi agar dapat menempati daerah ini.
Perbedaan waktu berada diudara terbuka dengan lamanya terendam air merupakan hal yang sangat penting karena pada saat itulah organisme laut akan berada pada kisaran suhu terbesar dan kemungkinan mengalami kekeringan. Pengaruh pasang-surut yang lain adalah karena biasanya terjadi secara periodic maka pasang- surut cenderung membentuk irama tertentu dalam kegiatan organisme pantai, misalnya irama memijah, mencari makan atau aktivitas organisme lainnya.
Suhu. biasanya mempunyai kisaran yang luas selama periode yang berbeda baik secara harian maupun musiman dan dapat melebihi kisaran toleransi organisme. Kemungkinan jika pasang-surut terjadi pada kisaran suhu udara maksimum (siang hari yang panas) maka : 1.Organisme Mati 2.Jika tidak terjadi kematian maka akan menurunkan daya tahan tubuh organisme sehingga tidak dapat menjalankan aktivitas seperti biasa
Salinitas. Perubahan salinitas di daerah intertidal dapat melalui dua cara: Zona intertidal terbuka pada saat surut, dan kalau hal ini terjadi pada saat hujan lebat maka salinitas akan turun. Apabila penurunan ini melewati batas toleransi bagi organisme maka organisme dapat mati. (sebagian besar organisme intertidal stenohalin dan osmokonformer) Pada daerah intertidal pantai berbatu yang memiliki banyak cekungan, daerah ini dapat digenangi air tawar yang masuk ketika hujan deras sehingga menurunkan salinitas, atau memperlihatkan kenaikan salinitas jika terjadi penguapan sangat tinggi pada siang hari.
Substrat Dasar. Substrat dasar zona intertidal memiliki variasi yang berbeda dan dapat berupa pasir, lumpur maupun berbatu. Substrat dasar ini menyebabkan perbedaan struktur komunitas flora dan fauna yang berbeda.
Jenis Pantai Berdasarkan jenis substratnya : Pantai berpasir (sandy shores) Pantai Berbatu (rocky shores) Pantai Berlumpur (muddy shores)
Pantai Berpasir Pentuk pantai yang landai atau datar dengan dominasi pasirnya yang sangat banyak. Ciri : Ukuran butiran sedimen halus sampai kasar organic yang rendah. Menandakan lokasi dekat dengan terumbu karang organismenya hidup di bawah substrat
Pantai Berbatu Rocky shore Tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara umum tersusun oleh bebatuan. Ciri : adanya belahan batuan cadas komunitas organisme biasanya hidup di permukaan kepadatan makroorganisme yang paling tinggi
Pantai Berlumpur Terbentuk dari pertemuan antara endapan lumpur sungai dengan laut yang berada di muara sungai dan sekitarnya Ciri : Ukuran butiran sedimen sangat halus organic yang tinggi, Organisme hidup di permukaan dan di bawah substrat
1. Mean High Water of Spring Tides (MHWS) Rata-rata air tinggi pada pasang purnama. Berada pada bagian paling atas. Berbatasan langsung dengan daerah yang kering dan sering terekspose 2. Mean Tide Level (MLS) Rata-rata level air sedang pada pasang surut. Paling banyak mengalami fluktusi pasang surut. Ditemukan berbagai ekosistem salah satunya ekosistem padang lamun. 3. Mean Water Low of Spring Tides (MLWS) Rata-rata air rendah pada pasang surut purnama. Fliktuasi pasang surut sangat sedikit/Tidak terkena fluktuasi tersebut. \ Daerah ditemukannya ekosistem terumbu karang. Zonasi Pantai
JENIS-JENIS EKOSISTEM DI PANTAI A. Hutan Mangrove Hutan bakau Ciri-ciri : Kadar garam air dan tanah tinggi. O2 dalam air dan tanah rendah. Saat air pasang, lingkungan banjir, saat air surut lingkungan becek dan berlumpur. Peran : Peran Ekologis : Pagar alam, spawning ground, nursery ground, feeding ground Peran Sumberdaya Alam : Pariwisata
JENIS-JENIS EKOSISTEM DI PANTAI B. Terumbu Karang Kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu (batu, pasir dll). Merupakan komponen penting di pantai maupun laut lepas. Jenis-Jenis Terumbu Karang Terumbu karang tepi (fringing reefs) Terumbu Karang Penghalang Terumbu Karang Cincin Terumbu Karang Datar
JENIS-JENIS EKOSISTEM DI PANTAI C. Lamun Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Karakteristik: Sejenis tumbuhan yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup tergenang di dalam air laut. Biasa terdapat pada daerah teratas pasang surut. Sewaktu surut, biasanya padang lamun tidak sampai mengalami kekeringan karena masih digenangi oleh air laut. Pada waktu pasang, air menutup padang lamun, membentuk daerah yang terendam air pasang.
Fungsi padang lamun = Mangrove dan Terumbu karang Membantu menstabilkan perairan Rimpang dan akar lamun dapat menangkap dan mengikat sedimen sehingga dapat menguatakan dan menstabilkan dasar permukaan. Padang lamun bisa dikatakan mencegah terjadinya erosi.
Daya tahan terhadap kehilangan air. Organisme yang hidup di daerah intertidal harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap kehilangan air selama berada di udara terbuka. Mekanisme sederhana ditunjukkan oleh hewan-hewan yang bergerak, seperti kepiting, anemon, Citon, dll. Hewan ini berpindah dari daerah terbuka di intertidal ke dalam lubang, celah atau galian yang basah atau bersembunyi dibawah algae sehingga kehilangan air dapat dihindari. Mekanisme lain untuk beradaptasi terhadap kehilangan air adalah melalui adaptasi struktural, tingkah laku maupun keduanya. Beberapa species dari teritip, gastropoda (Littorina) dan bivalvia (Mytilus edulis) beradaptasi dengan cara merapatkan cangkangnya atau memiliki opercula yang dapat menutup rapat celah cangkang ADAPTASI ORGANISME INTERTIDAL
Keseimbangan Panas. Organisme intertidal memiliki keterbukaan terhadap perubahan suhu yang ekstrem dan memperlihatkan adaptasi tingkah laku dan struktural tubuh untuk menjaga keseimbangan panas internal. Beberapa bentuk adaptasi antara lain: Memperbesar ukuran tubuh: Dengan memperbesar ukuran tubuh berarti perbandingan antara luas permukaan dengan volume tubuh menjadi lebih kecil sehingga luas daerah tubuh yang mengalami peningkatan suhu menjadi lebih kecil. Pada keadaan yang sama tubuh yang lebih besar memerlukan waktu lebih lama untuk bertambah panas dibanding dengan tubuh yang lebih kecil.
Memperbanyak ukiran pada cangkang. Ukiran-ukiran pada cangkang berfungsi sebagai sirip radiator sehingga memudahkan hilangnya panas. Contoh Siput dan Teritip. Membentuk warna tertentu pada cangkang. Genera Nerita, dan Littorina memiliki warna lebih terang dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup di daerah lebih bawah (warna gelap akan menyerap panas). Memliki persediaan air tambahan yang disimpan didalam rongga mantel seperti pada teritip dan limfet yang banyaknya melebihi kebutuhan hidup hewan ini. Persediaan air ini Sebagai strategi control suhu tubuh dan menghindarkan kekeringan
Tekanan Mekanik oleh ombak. Gerakan ombak berpengaruh beda pada pantai berbatu, berpasir dan berlumpur sehingga memiliki konsekuensi bentuk adaptasi yang berbeda pada organismenya. Beberapa bentuk adaptasi antara lain: Melekat kuat pada substrat, seperti pada Polichaeta, Teritip, Tiram. Menyatukan dirinya pada dasar perairan melalui sebuah alat pelekat (Algae). Memiliki kaki yang kuat dan kokoh seperti pada Citon dan limfet.
Melekat dengan kuat tetapi tidak permanen seperti pada Mytillus melalui bisus yang dapat putus dan dibentuk kembali. Mempertebal ukuran cangkang, lebih tebal dibandingkan kerabatnya yang hidup di daerah subtidal.
Tekanan Salinitas. Zona intertidal mendapat limpahan air tawar, yg memicu masalah tekanan osmotik bagi organisme yang hanya dapat hidup pada air laut (osmokonformer). Adaptasi satu-satunya adalah sama dengan yang dilakukan untuk melindungi tubuh dari kekeringan yaitu dengan menutup cangkangnya.
Terima Kasih
TUGAS Membuat Makalah Tentang (minimal 20 halaman) Kelompok 1 : Ekosistem Mangrove Kelompok 2 : Ekosistem Terumbu Karang Kelompok 3 : Ekosistem Lamun Kelompok 4 : Ekosistem Pantai Berpasir Kelompok 5 : Ekosistem Pantai Berbatu Kelompok 6 : Ekosistem pantai berlumpur