By. Erick karunia, SE.,MM National income
Pendapatan Nasional Nilai barang dan jasa yang diproduksi suatu negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konsep yang lebih spesifik dibedakan atas 2 istilah yaitu PRODUK NASIONAL BRUTO (PNB) sama dengan GROSS NATIONAL PRODUCT (GNP) Beda dengan PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) sama dengan GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)
PERBEDAAN GROSS NATIONAL PRODUCT Dengan GROSS DOMESTIC PRODUCT
GROSS NATIONAL PRODUCT Nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor faktor produksi hanya milik warga negara tersebut saja. GROSS DOMESTIC PRODUCT Nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing
GROSS NATIONAL PRODUCT Konsepnya adalah : GNP – Nett Factor Income = GDP Nett Factor Income (NFI) adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan faktor- faktor produksi yang dibayarkan ke luar negeri
GROSS DOMESTIC PRODUCT Nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing Konsepnya adalah DOMESTIC = batas wilayah negara
PEMERINTAH PERUSAHAANRUMAH TANGGA Penanam Modal Institusi Keuangan LUAR NEGERI Aliran 1: Pendapatan faktor faktor produksi Aliran 2: Pajak Perusahaan Aliran 3: Pajak Individu Aliran 4: Pembelanjaan Rumah Tangga Aliran 5: Impor Aliran 6 : Tabungan Aliran 7: Pinjaman Aliran 8 : Investasi Aliran 9: Pengeluaran Pemerintah Aliran 10: Ekspor
DUA PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL ISTILAH “pendapatan nasional” definisi- nya = GDP atau GNP ISTILAH “Pendapatan Nasional” = PNN (Produk Nasional Netto) = (Nett National Product) = NNP adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.
PENDAPATAN NASIONAL HARGA BERLAKU & HARGA TETAP HARGA BERLAKU = nilai barang & jasa yang dihasilkan dalam SUATU TAHUN dan DINILAI MENURUT HARGA –HARGA YANG BERLAKU PADA TAHUN TERSEBUT. Dengan HARGA BERLAKU maka nilainya pasti meningkat setiap tahunnya dikarenakan kenaikan harga & pertambahan fisik barang dan jasa.
HARGA TETAP yaitu harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun tahun yang lain. Disebut juga pendapatan nasional riil CPI = consumer price index
PENDAPATAN NASIONAL HARGA PASAR & HARGA FAKTOR HARGA PASAR = HARGA FAKTOR + Indirect Tax - Subsidi jika penghitungan nilai barang menggunakan harga yang dibayar oleh pembeli. Harga Pasar jika penghitungan nilai barang menggunakan harga faktor produksi untuk memproduksi barang tersebut. Harga Faktor
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO & NETTO Dalam harga pasar sesuatu barang adalah termasuk NILAI PENYUSUTAN (DEPRESIASI) = ada dalam PN BRUTO sehingga : PN NETTO = PN BRUTO - DEPRESIASI
3 Pendekatan dalam pendapatan nasional (Approaches national income) 1. Pendekatan Produksi (Production Approach) Pendekatan yang pertama adalah pendekatan produksi. pendekatan ini menekankan pada kegiatan yang menciptakan nilai tambah (value added). Maka dari itu, perhitungan hanya mencakup perhitungan nilai tambah pada sektor produksi. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: Y = Pendapatan Nasional P1 = Harga barang ke-1 Pn = Harga barang ke-n Q1 = jenis barang ke-1 Qn = jenis barang ke-n Y= (Q1 x P1) + (Q2 x P2) + (Q3 x P3) (Qn x Pn)
2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Pendekatan kedua yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional adalah pendekatan pendapatan. Berdasarkan pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima masyarakat (pemilik faktor produksi) sebagai balas jasa yang mereka terima dalam proses produksi meliputi: 1. Upah/gaji (w) = balas jasa pemilik tenaga kerja 2. Sewa (r) = balas jasa pemilik tanah 3. Bunga (i) = balas jasa pemilik modal 4. Keuntungan (profit/p) = balas jasa pengusaha Jadi secara matematis, menurut pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: Y = Pendapatan Nasional r = Pendapatan dari upah, gaji, dan lainnya w = Pendapatan bersih dari sewa i = Pendapatan dari bunga p = Pendapatan dari keuntungan perusahaan dan usaha perorangan Y = r + w + i + p
3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Terakhir adalah pendekatan pengeluaran. pada pendekatan ini pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari para pelaku ekonomi (konsumen, produsen, dan pemerintah) dalam suatu negara, meliputi: 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (Consumption/C). 2. Investasi domestik bruto (Investment/I). 3. Pengeluaran konsumsi pemerintah (Government Expenditure/G). 4. Ekspor neto atau nilai ekspor (Export/X) dikurangi impor (Import/I) → (X–M). Secara matematis dituliskan sebagai berikut. Keterangan : Y = Pendapatan nasional C = consumption ( konsumsi rumah tangga ) I = investment ( investasi ) G = government expenditure ( pengeluaran pemerintah ) X = ekspor M = impor Y= C + G + I (X – M)
CARA PENGHITUNGAN METODE PENGELUARAN PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL ATAS 4 KOMPONEN YAITU : GDP = C + G + I + (X – M) C= consumption G= government expenditure I = investment X = export netto
CARA PENGHITUNGAN METODE PRODUK NETTO NETT OUTPUT adalah VA yang diciptakan dalam suatu proses produksi. Sehingga metode ini menjumlahkan VA yang diwujudkan oleh perusahaan diberbagai lapangan usaha dalam perekonomian.
VA dari FURNITURE dalam US$ kapas50 benang kain pakaian Nilai jual & VA
GDP menurut Lapangan Usaha di Indonesia Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, sewa dan jasa perusahaan Jasa-jasa lain ( termasuk pemerintahan )
CARA PENGHITUNGAN METODE PENDAPATAN Adalah menjumlahkan PENDAPATAN dari faktor faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, yaitu : Pendapatan para pekerja : Gaji dan Upah Pendapatan dari usaha perorangan Pendapatan dari sewa Bunga Keuntungan Perusahaan
Dalam menghitung pendapatan nasional, salah satu istilah penting adalah “Bunga Neto” adalah bunga yang dibayar dalam perekonomian dalam suatu tahun tertentu dikurangi dengan : Bunga pinjaman pemerintah Bunga pinjaman konsumen ( konteks produktif )
HUBUNGAN GDP DENGAN PENDAPATAN PRIBADI GDP DIKURANGI Keuntungan perusahaan tidak dibagi Pajak keuntungan perusahaan Kontribusi kepada dana pensiun DITAMBAH Pembayaran pindahan Bunga pinjaman konsumen Bunga pinjaman pemerintah PENDAPATAN PRIBADI
PERUSAHAANRUMAH TANGGA Pendapatan Faktor Produksi Gaji dan Upah, Sewa, Bunga & Keuntungan ALIRAN 1 Pengeluaran Rumah Tangga Konsumsi ALIRAN 2
PEMERINTAH PERUSAHAAN RUMAH TANGGA PENANAM MODAL LEMBAGA KEUANGAN Gaji, Upah, Sewa, Bunga dan Keuntungan Pajak Perusahaan Pajak Individu Tabungan Pinjaman Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Pemerintah Investasi
TEORI KONSUMSI KEYNES – ABSOLUT INCOME HYPOTHESIS Menururt Keynes, pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam perekonomian tergantung dari besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan disebut kecondongan mengkonsumsi (MPC = Marginal Propensity to Consume). Semakin besar MPC semakin besar pula pendapatan yang digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sebaliknya Keynes memiliki teori konsumsi absolut yang disebut sebagai Teori Konsumsi Keynes (absolut income hypothesis). Keynes berpendapat bahwa besarnya konsumsi rumah tangga, tergantung dari pendapatan yang dihasilkan. Perbandingan antara besar nya konsumsi dan pendapatan disebut Keynes sebagai Marginal Propensity to Consume (MPC). MPC ini digunakan untuk mengukur bahwa semakin besar pendapatan yang dimiliki, maka tingkat konsumsi rumah tangga juga tinggi, dan begitu pula sebaliknya.. John Maynard Keynes Franco Modigliani James Dusenberry Herman Heinrich Gossen Irving Fisher Milton Friedman
Pada kondisi negara yang MPC-nya rendah, maka akan menyebabkan selisih antara produksi nasional (dengan asumsi full employment) dengan tingkat konsumsi (penggunaan produk) menjadi semakin besar. Agar mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, para pengusaha perlu melakukan investasi sebesar selisih antara tingkat konsumsi dan produksi tersebut. Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi konsumsi jangka pendek. Keynes tidak mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena menurut Keynes ” in the long run we’re all dead.”, bahwa di dalam jangka panjang, kita semua akan mati, sehingga jangka panjang tidak perlu diprediksi.
Fungsi konsumsi Keynes dapat dijelaskan sebagai berikut 1. Fungsi Konsumsi Keynes : C=Co +cYd Dimana Co > 0. à Co adalah Konsumsi subsidi (The Otonom Consumption) yaitu sejumlah konsumsi yang diterima oleh konsumen apabila pendapatan mereka tidak ada, atau Y = 0. Yd = Pendapatan Disposable atau pendapatan yang siap dikonsumsi Yd = Y – Tx + Tr Tx adalah Pajak dan Tr adalah Subsidi atau transfer 2. Rata-rata konsumsi ( APC = Average Propensity to Consume) adalah ratio antara jumlah konsumsi terhadap pendapatan, APC=C/Y.
3. Kecenderungan tambahan mengkonsumsi (MPC = c = DC/DY =Marginal Propensity to Consume) adalah sejumlah perubahan konsumsi sebagai akibat dari berubahnya tingkat pendapatan. 4. Rata-rata kecenderungan mengkonsumsi adalah lebih besar dari pada kecenderungan mengkonsumsi marjinal atau APC > MPC 5. APC tidak boleh konstan jika C 0 adalah tidak nol. Jika Co = 0 maka fungsi konsumsi akan mengurangi ”absolut income hypothesis ” dimana konsumsi sebanding dengan pendapatan. Dan hal ini tidak konsisten dengan Keynes.
Ciri-Ciri Barang Konsumsi Ciri-ciri tersebut antara lain adalah : Benda-benda yang dikonsumsi adalah benda ekonomi atau benda yang untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan. Yaitu misalnya seperti kegiatan menghirup udara, berjemur pada sinar matahari pagi, dan mandi di sungai, bukanlah termasuk kegiatan konsumsi karena benda itu didapat secara gratis. Benda yang dikonsumsi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penggunaan gergaji, cangkul, mesin-mesin, dan barang-barang modal lainnya yang bertujuan menambah faedah benda, tidak dikategorikan ke dalam kegiatan konsumsi. Namun kegiatan tersebut termasuk ke dalam kegiatan produksi. Manfaat, nilai, ataupun volume benda-benda yang digunakan tersebut akan habis sekaligus atau berangsur-angsur.
Tujuan Konsumsi 1.Mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa secara bertahap. Hal-hal yang termasuk ke dalam klasifikasi mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa secara bertahap adalah misalnya penggunaan barang yang tidak habis dalam jangka waktu singkat. Yaitu seperti mobil, motor, pakaian, furniture rumah tangga seperti meja, kursi, lemari, dan sebagainya. Untuk mengurangi nilai guna barang-barang tersebut memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap. 2. Menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang sekaligus. Hal-hal yang termasuk ke dalam klasifikasi mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa secara sekaligus adalah barang-barang yang habis pakai atau tidak barang-brang yang tidak dapat bertahan lama. Yaitu seperti makanan dan minuman. Karena jika tidak dihabiskan dalam waktu sekaligus, maka bahan- bahan tersebut akan rusak, basi, dan kadaluwarsa sehingga tidak memiliki nilai guna lagi. 3. Memuaskan kebutuhan jasmani dan rohani Hal-hal yang termasuk ke dalam konsumsi ini adalah seperti contohnya perjalanan haji dan umroh bagi umat muslim ke Negara Arab Saudi. Hal seperti ini akan menimbulkan kepuasan batin dan rohani bagi seseorang yang ingin melakukannya. Tentu saja untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan biaya perjalanan, biaya pendaftaran, dan lain sebagainya. Namun jika seseorang telah memiliki niat kuat, maka hal tersebut tidak akan menjadi suatu masalah yang besar.
Pola Konsumsi Pola konsumsi merupakan suatu susunan akan kebutuhan seseorang terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi dan tergantung berdasarkan pendapatan dalam jangka waktu tertentu. Seseorang juga akan menyusun kebutuhan konsumsinya berdasarkan prioritas yang pokok kemudian sekunder. Seperti misalnya kebutuhan pokok adalah kebutuhan untuk makan, pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan yang termasuk ke dalam kebutuhan sekunder adalah hiburan dan rekreasi. Sehingga ketika pendapatan seseorang tersebut mengalami penurunan, maka orang tersebut akan memangkas kebutuhan sekunder nya kemudian memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pokok terlebih dahulu. Hal ini akan menekan kebiasaan melakukan pola konsumsi yang berlebihan. Karena pada dasarnya perilaku konsumtif akan menimbulkan efek negatif yang tidak baik bagi tingkat perekonomian seseorang. Maka dari itu, seseorang harus menerapkan pola konsumsi yang rasional dalam pemenuhan kebutuhannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi Pendapatan Perkiraan harga di masa mendatang Harga barang yang bersangkutan Barang substitusi dan komplementer Iklan Ketersediaan barang dan jasa Selera Mode Jumlah keluarga Lingkungan sosial budaya