Sistem Pemeliharaan Dalam dunia peternakan sistem pemeliharaan terbagi atas tiga bagian : 1. Ekstensif, merupakan sistem pemeliharaan secara tradisional.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
STRES PENGUBAH TINGKAH LAKU TERNAK
Advertisements

Ilmu Produksi Aneka Ternak
Sanitasi dan Keamanan.
PENGELOLAAN TANAH PADA TANAMAN MELON
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan.
Pujianto DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
TITIK KRITIS MANAJEMEN BUDIDAYA PETERNAKAN SAPI POTONG
PERKANDANGAN SAPI PERAH
KANDANG DAN PERALATAN TERNAK PERAH Ilmu Produksi Ternak Perah
USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI PERAH
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Budidaya domba garut Oleh: Ilma Mahdiana ( )
KELOMPOK TANI SUMBER TANI PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN
Kandang dan Peralatan.
Membibitkan tanaman perkebunan dan penanaman tanaman perkebunan
BETERNAK DOMBA DAN KAMBING
BAYU WIANTO Kelas E No. Absen 33 NIM
Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong
TEKNOLOGI BUDIDAYA TERAK AYAM DRH. ROSMAWATY SAOENI,MP
MANAJEMEN TERNAK BABI.
Sanitasi dan Keamanan Industri Pangan
RUMAH SEHAT.
KAJIAN SISTEM INTEGRASI SAPI SAWIT
SOSIALISASI KANTIN SEHAT SEKOLAH
MANAJEMEN TERNAK PERAH
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN
PEMBIBITAN SAPI POTONG
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
KEBUTUHAN PERKANDANGAN
PAKAN KENARI Kenari besifat omnivora dengan pakan berupa bijian, serangga, daun muda, buah masak. Bijian yang dimakan berupa biji-jenis kecil, biji rumput,
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
MANAJEMEN PEMULIAAN TERNAK
KANDANG AYAM Pertimbangan dalam membuat kandang :
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
MANAJEMEN TERNAK POTONG
Budidaya Burung Puyuh (Coturnix-coturnix Japonica )
PRINSIP – PRINSIP PENGELOLAAN PADANG PENGGEMBALAAN.
Tata Laksakna Pengawinan
Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara
Budidaya Ternak Sapi Pedaging
KANDANG DAN PROGRAM SANITASI
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2010
KANDANG AYAM Pertimbangan dalam membuat kandang :
KELOMPOK A7 Rio Setiawan W ( )
DANA MANDASARI ZELIKA DEWI NIM : KELAS:E
MANAMENT PEMELIHARAAN SAPI PERAH
TITIK KENDALI KRITIS DAN ANALISIS BAHAYA
KENDALA PADA PELAKSANAAN STS :
Manajemen Sapi Perah Ideal
Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Bunting
Bunga Krisan.
Pakan Non-Ruminansia Eko Widodo.
Beternak Itik Secara Intensif
POTENSI PRODUKSI dan KEMAMPUAN ADAPTASI LINGKUNGAN PADA SAPI DAN KERBAU Surotul Khikma Chindya Rista sari Devi Navalia
Kinerja Reproduksi Sapi Betina dan Performans Pedet Pada Usaha Perbibitan Sapi Potong Di Kabupaten Sigi Moh. Takdir, Pujo Haryono dan Andi Baso Lompengeng.
TINGKAT KEJADIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI BALI DAN MADURA PADA SISTEM PEMELIHARAAN KANDANG KELOMPOK Muchamad Luthfi dan Yeni Widyaningrum.
PERKANDANGAN TERNAK DAN CARA PEMBUATAN
Oleh :.
PEMELIHARAAN TERNAK SAPI
SISTEM PRODUKSI SAPI PERAH
PRINSIP – PRINSIP PENGELOLAAN PADANG PENGGEMBALAAN.
BUDIDAYA JAMUR KUPING Disampaikan pada Penyuluhan Petani Jamur Kuping
KONSEP DASAR BUDIDAYA TERNAK KELINCI
KANDANG DAN PROGRAM SANITASI
Kandang dan Peralatan.
MODUL 1. AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba Ria Heriawati, S.Pt.
1 MEMAHAMI KANDANG TERNAK Kompetensi Keahlian : Agribisnis Ternak Ruminansia.
MANAJEMEN PEMELIHARAAN. PERKANDANGAN KANDANG TENAK LEBIH NYAMAN MEMUDAHKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN LEBIH EFISIEN.
BUDIDAYA GANYONG Ganyong merupakan tanaman tropis yang tidak manja tahan terhadap naungan, Dapat tumbuh di segala jenis tanah dan iklim. tidak membutuhkan.
Transcript presentasi:

Sistem Pemeliharaan Dalam dunia peternakan sistem pemeliharaan terbagi atas tiga bagian : 1. Ekstensif, merupakan sistem pemeliharaan secara tradisional dimana peternak tidak aktif memelihara ternak secara langsung. 2. Semi Intensif, merupakan perpaduan antara kedua cara pemeliharaan yaitu intensif dan ekstensif 3. Intensif, merupakan sistem pemeliharaan dimana seluruh aktivitas kehidupan ternak dimanajemen oleh peternak mulai dari pakan, perkawinan, kesehatan dan lain – lain secara terus menerus.

Perkandangan Tatalaksana perkandangan merupakan salah satu produksi yang belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi potong khususnya peternakan rakyat. Kontruksi kandang yang belum memenuhi persyaratan teknis dapat mengganggu produktivitas ternak, kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Kondisi kandang yang tidak leluasa, tidak nyaman dan tidak sehat akan menghambat produktivitas ternak. Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan perlengkapan kandang hendaknya dapat memberikan kenyamanan kerja bagi petugas dalam proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan penanganan kesehatan. Bentuk dan tipe kandang hendaknya disesuaikan dengan lokasi berdasarkan agroklimat, pola atau tujuan pemeliharaan dan kondisi fisiologis ternak.

FUNGSI KANDANG Melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim yang ekstrem (panas, hujan dan angina). Mencegah dan melindungi ternak dari penyakit. Menjaga keamanan ternak dari pencurian. Memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi seperti pemberian pakan, minum, pengelolaaan kompos dan perkawinan. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja.

Perkandangan Berdasarkan Pola Pemeliharaan Umumnya ternak sapi dipelihara secara berkelompok dalam suatu lokasi. Berbagai keuntungan dirasakan oleh peternak dengan menggunakan sistem tersebut, salah satunya faktor keamanan. Sehingga sistem pemeliharaan demikian cukup populer di masyarakat. Dengan memadukan pengalaman serta pengetahuan peternak dengan teknologi maju maka sehingga terbentuk sistem pengelolaan kandang kolektif (kandang kumpul) yang lebih memiliki daya guna, tidak sekedar sebagai tempat memelihara ternak.

PERSYARATAN KANDANG Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang untuk sapi potong antara lain dari segi teknis, ekonomis, kesehatan kandang (ventilasi kandang, pembuangan kotoran), efisien pengelolaan dan kesehatan lingkungan sekitarnya.

1. Pemilihan lokasi. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi kandang antara lain : a. Tersedianya sumber air, terutama untuk minum, memandikan ternak dan membersihkan kandang b. Dekat dengan sumber pakan. c. Transportasi mudah, terutama untuk pengadaan pakan dan pemasaran d. Areal yang ada dapat diperluas

2. Letak Bangunan 1. Mempunyai permukaan yang lebih tinggi dengan kondisi sekelilingnya, sehingga tidak terjadi genangna air dan pembunangan kotoran lebih mudah 2. Tidak berdekatan dengan bangunan umum atau perumahan minimal 10 meter. 3. Tidak mengganggu kesehatan lingkungan 4. Agak jauh dengan jalan umum 5. Air limbah tersalur dengan baik

3. Konstruksi Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi udara yang baik, tidak lembab dan mempunyai tempat penampungan kotoran beserta saluran drainasenya. Kontruksi kandang harus mampu menahan beban benturan dan dorongan yang kuat dari ternak. serta menjaga keamanan ternak dari pencurian. Penataan kandang dengan perlengkapannya hendaknya dapat memberikan kenyamanan pada ternak serta memudahkan kerja bagi petugas dalam memberi pakan dan minum, pembuangan kotoran dan penanganan kesehatan ternak. 4. Bahan Dalam pemilihan bahan kandang hendaknya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan tujuan usaha untuk jangka panjang, menengah atau pendek. Pemilihaan bahan kandang hendaknya minimal tahan untuk jangka waktu 5 –10 tahun, dengan memanfaatkan dari bahan-bahan lokal yang banyak tersedia.

Bagian-bagian dan bahan kandang yaitu : a. Lantai Lantai kandang harus kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah dibersihkan dan mampu menopang beban yang ada diatasnya. Lantai kandang dapat berupa tanah yang dipadatkan, beton atau pasir cemen (PC) dan kayu yang kedap air. b. Kerangka Dapat terbuat dari bahan besi, besi beton, kayu dan bambu disesuaikan dengan tujuan dan kondisi yang ada.

c. Dinding Dibuat dari tembok, kayu, bambu atau bahan lainnya, dibangun lebih tinggi dari sapi waktu berdiri. Untuk dataran rendah, yang suhu udaranya panas dan tidak ada angin kencang, bentuk dinding kandang adalah lebih terbuka, sehingga cukup menggunakan kayu atau bambu yang berfungsi sebagai pagar kandang agar sapi tidak keluar. Dinding kandang yang terbuat dari sekat kayu atau bambu hendaknya mempunyai jarak atar sekat antara 40 – 50 cm. Untuk daerah dataran tinggi dan udaranya dingin atau daerah pinggir pantai yang anginnya kencang, dinding kandang harus lebih tertutup atau rapat.

d. Atap Terbuat dari bahan genteng, seng, rumbia, asbes dan lain- lain. Untuk daerah panas (dataran rendah) sebaiknya mengunakan bahan genting sebagai atap kandang. Kemiringan atap untuk bahan genting adalah 30 – 45 %, asbes atau seng sebesar 15 – 20 % dan rumbia atau alang-alang sebesar 25 – 30 %, Ketinggian atap untuk dataran rendah 3,5 – 4,5 meter dan dataran tinggi 2,5 – 3,5 meter. Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak.

Berdasarkan bentuk atap kandang, beberapa model atap yaitu atap monitor, semi monitor, gable dan shade. Model atap untuk daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan shade atau gable, sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau semi monitor. Model atap monitor, semi monitor dan gable model kandang yang mempunyai atap dua bidang, sedangkan shade mempunyai atap satu bidang

e. Lorong atau gang. Merupakan jalan yang terletak diantara dua kandang individu, untuk memudahkan pengelolaan seperti pemberian pakan, minum dan pembuangan kotoran. Lebar lorong disesuaikan dengan kebutuhan dan model kandang, umumnya bekisar antara 1,2–1,5 meter. Lorong kandang hendaknya dapat dilewati kereta dorong (gerobak) untuk mengangkut bahan pakan dan bahan keperluan lainnya

Perkandangan dengan Lorong ditengah

Perlengkapan kandang Beberapa perlengkapan kandang untuk sapi potong meliiputi : palungan yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran darinase, tempat penampungan kotoran, gudang pakan dan peralatan kandang. Disaping itu harus dilengkapi dengan tempat penampungan air yang terletak diatas (tangki air) yang dihubungkan dengan pipa ke seluruh kandang.

a. Palungan Palungan merupakan tempat pakan dan tempat minum yang berada didepan ternak, terbuat dari kayu atau tembok dengan ukuran mengikuti lebar kandang. Kandang individu yang mempunyai lebar kadang sebesar 1,5 meter, maka panjang tempat pakan berkisar antara 90 – 100 cm dan tempat minum berkisar antara 50 – 60 cm. Sedangkan lebar palungan adalah 50 cm, dan tinggi bagian luar 60 cm dan bagian dalam sebesar 40 cm. Ukuran palungan untuk kandang kelompok adalah mengikuti panjang kandang, dengan proporsi tempat minum yang lebih kecil dari tempat pakan

Palungan sapi potong

b. Selokan Merupakan saluran pembuangan kotoran dan air kencing yang berada dibelakang kandang ternak individup. Ukuran selokan kandang disesuaikan dengan kondisi kandang dan tujuan pemeliharaan. Ukuran selokan digunakan pada untuk kandang individu, dengan ukuran lebar 30 – 40 cm dan dalam 5 – 10 cm

Selokan pembuangan dibelakang ternak

c. Tempat penampungan kotoran Tempat penampungan kotoran bak penampungan yang terletak dibelakang kandang, ukuran dan bentuknya disesuikan dengan kondisi lahan dan tipe kandangnya. Pembuangan kotoran dari kandang kelompok dilakukan setiap 3-4 bulan sekali sesuai dengan kebutuhan, berupa bak penampungan dan berfungsi untuk proses pengeringan dan pembusukan feses menjadi kompos. Pengumpulan kotoran kandang berupa feses dan air kencing setiap hari dilakukan melalui saluran drainase menuju tempat penampungan, yang letaknya lebih rendah dari kandang.

Tempat Penampungan

d. Peralatan kandang Beberapa peralatan yang banyak digunakan untuk kandang sapi potong meliputi : sekop untuk membersihkan kotoran, sapu lidi, sikat, tali sapi dan kereta dorong (gerobak).

Model kandang kolektif yang telah diterapkan pada beberapa lokasi pengkajian yaitu adanya beberapa fasilitas yang dibangun kiranya berguna bagi anggota kelompok antara lain : 1. Kandang pemeliharaan atau kandang individu, Ukuran kandang disesuaikan dengan status dan kebutuhan ternak ; Kandang pemeliharaan berukuran 1 × 2 m/ekor. Bahan – bahan kandang cukup dengan menggunakan bahan local. Lantai harus padat dan kuat Dinding terbuka

2. Kandang Perkawin atau Pembibitan Tatalaksana kandang untuk pembibitan digunakan untuk pemeliharan induk/calon induk dengan tujuan untuk menghasilkan anak atau pedet sampai sapih umur 4 – 7 bulan. Tipe kandang untuk program pembibitan sapi potong berdasarkan program perkawinanya, yaitu menggunakan kandang individu atau kandang kelompok. Kandang individu bila perkawinannya menggunakan kawin suntik (IB) atau dibawa ke pejantan sesuai Diusahakan kokoh/kuat dibuat dari bahan lokal, murah dan dapat bertahan lama. Dinding terbuka Ukuran minimal 4 x 6 m atau Kapasitas tampung 4 ekor : seekor pejantan dengan 3 ekor betina. Menampung proses perkawinan malam hari Untuk mengumpulkan betina yang birahi dan diperkirakan akan birahi dengan pejantan pada malam hari

3. Kandang Sapih atau Pembesaran Kandang pembesaran untuk pemeliharaan pedet lepas sapih yaitu antara umur 4 – 7 bulan sampai dewasa antara umur 18 – 24 bulan. Tipe kandang ini adalah kandang kelompok yang mempunyai pelumbaran. Kontruksi kandang pembesaran untuk pedet lepas sapih harus menjamin ternak tidak bisa keluar pagar serta mampu mencapai pakan di dalam palungan. Oleh karena itu jarak antar sekat pada pagar dan depan palungan maximal sebesar 40 cm. Tinggi palungan ke lantai (bagian luar) sekitar 50 cm dan tinggi palungan bagian dalam sekitar 40 cm. Luas kandang disesuaikan dengan kebutuhan, dan jumlah anak sapi yang disapih. Kandang sapih dibuat dari bahan yang murah harganya dan mudah diperoleh di sekitar lokasi.

Kandang Pembesaran

Tatalaksana yang perlu mendapat perhatian untuk kandang pembesaran adalah kepadatan kaitannya dengan kecukupan sarana (palungan), dan kondisi ternak yang dipelihara dalam satu kandang harus mempunyai kondisi badan yang sama atau hampir sama, untuk menghindari persaingan sesamanya. Pemeliharaan berikutnya setelah dari kandang pembesaran dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, yaitu ternak jantan dipelihara pada kandang penggemukan atau sebagai calon pejantan dan yang betina sebagai replacement stok untuk calon induk Jika tidak memiliki kandang sapih, penyapihan dapat dilakukan dengan cara induk dan anak diikat terpisah diusahakan agar anak tidak dapat menyusu pada induknya.

4. Kandang Pejantan Kandang pejantan untuk pemeliharan sapi jantan yang khusus digunakan sebagai pemacek. : Tipe kandang pejantan adalah individu yang dilengkapi dengan palungan (sisi depan) dan saluran pembuangan kotoran pada sisi belakang. Kontruksi kandang pejantan harus kuat serta mampu menahan benturan dan dorongan serta memberikan kenyamanan dan keleluasaan bagi ternak. Luas kandang pejantan adalah panjang (sisi samping) sebesar 270 cm dan lebar (sisi depan) sebesar 200 cm. Dinding terbuka

5. Kandang penggemukan Kandang penggemukan untuk pemeliharaan sapi jantan dewasa beberapa bulan sampai mencapai bobot tertentu. Lama pemeliharaan ternak pada kandang penggemukan berkisar antara 4 – 12 bulan, tergantung pada kondisi awal ternak (umur dan bobot badan) dan ransum yang diberikan. Tipe kandang untuk penggemukan ternak jantan dewasa adalah tipe kandang individu, untuk menghindari perkelahian sesamanya Beberapa model kandang penggemukan dengan sistem kereman dibuat lebih tertutup rapat dan sedikit gerak untuk mengurangi kehilangan energi dan mempercepat proses penggemukan. 6. Kandang karantina Kadang karangtina digunakan kandang khusus mengisolasi ternak dari ternak yang lain dengan tujuan pengobatan dan pencegahan penyebaran suatu penyakit. Kandang karangtina letaknya terpisah dari kandang yang lain.

Tipe Kandang Dalam sistem pemeliharaan sapi dikenal beberapa bentuk kandang antara lain tipe kandang tunggal (individual) dan tipe kandang ganda. Tipe Tunggal : terdiri dari satu baris sapi dengan posisi kepala satu arah yang cocok digunakan untuk menggemukan sapi sebanyak 1 – 5 ekor. Tipe Ganda : terdiri dari dua baris sapi yang saling ber hadapan atau bertolak belakang, diantara kedua barisan sapi dibatasi atau dibuat gang selebar 1,5 meter sebagai jalan untuk memberi makanan/air minum dan membersihkan kandang. Kandang tipe ini cocok untuk menggemukkan sapi dengan jumlah besar (lebih dari 5 ekor)

Gambar Perbandingan Kandang Tipe Tunggal dan Tipe ganda

Penerapan Waktu Kawin Tatalaksana mengawinkan ternak bertujuan untuk memperbaiki tingkat kebuntingan dan persentase kelahiran anak serta perbaikan kualitas ternak. Namun kenyataan di lapangan pejantan sering tidak ada saat dibutuhkan untuk mengawini betina yang siap kawin. Kalaupun ada kualitasnya tidak seperti yang diharapkan. Upaya menyediakan pejantan terpilih dalam kurun waktu tertentu setiap tahun, diharapkan dapat melayani (mengawini) betina yang birahi.

Bagian-bagian yang dipersiapkan antara lain : Pejantan terpilih / unggul Kandang kawin telah dipersiapkan Betina dewasa yang menunjukan gejala birahi. Penentuan waktu dan persiapan untuk kawin Betina siap kawin Dara mencapai berat 160 Kg atau lingkar dada ≥ 140 cm atau Sudah pernah beranak Perlakuan sebelum birahi untuk ternak Dara Dara yang sudah mencapai berat 160 Kg atau mempunyai lingkar dada ≥ 140 cm dikumpulkan dengan pejantan setiap malam. Diharapkan dengan mengumpulkannya bersama pejantan akan mempercepat proses birahi Perlakuan sebelum birahi pada Induk Induk yang masih menyusui anaknya (35 hari setelah beranak), dikumpulkan dengan pejantan setiap malam. Gunanya untuk mempercepat proses birahi kembali setelah beranak. Dengan syarat induk tersebut dalam kondisi tubuh yang sehat.

Tatalaksana Perkawinan Penentuan waktu kawin disesuaikan dengan ketersediaan pakan dan kegiatan usahatani seperti saat pengolahan lahan dimana ternak sapi digunakan sebagai ternak kerja. Untuk memudahkan penentuan waktu dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Penjelasan Gambar : Garis lingkar berwarna biru tua (pejantan) menunjukkan saat memasukkan pejantan atau saat mengawinkan induk sapi atau sapi dara yaitu antara bulan Juni – Desember. Garis lingkar berwarna kuning menunjukkan waktu beranak. Jadi bila sapi dikawinkan pada bulan Juni – Desember maka diharapkan anak lahir pada bulan Maret – Agustus. Garis lingkar merah menunjukkan waktu penyapihan yaitu antara bulan Agustus – Desember. Garis warna biru yang ada di dalam lingkaran (saat bajak) menjelaskan bahwa bila sapi dikawinkan pada bulan Juni maka pada saat kebuntingan berumur 5 bulan, ternak masih aman untuk digunakan mengolah lahan (untuk membajak)

Waktu Mengawinkan Sebaiknya (idealnya) antara bulan Juni – September atau sepanjang musim kemarau. Kondisi tubuh : rata-rata - sedang – baik Induk yang birahi kembali 35 hari setelah melahirkan Cara Mengawinkan Kawin alam. Dara atau Induk dimasukkan ke kandang kawin atau didekatkan pada kandang pejantan 5 hari sebelum waktu birahi, Induk yang birahi dikumpulkan dengan pejantan dalam kandang kawin, Induk yang sudah kawin segera dikeluarkan dari kandang kawin, Induk yang menunjukkan gejala birahi pada sore hari dapat dikumpulkan dengan pejantan sepanjang malam, Dara/Induk dianggap bunting apabila tidak birahi kembali setelah 21 hari dikawinkan.

Perlakuan setelah sapi dara dikawinkan Sapi dara yang sudah kawin, dikeluarkan dari kandang kawin. Untuk mengamati apakah sapi tersebut bunting atau tidak, yaitu apabila 18 hari setelah dikawinkan sapi dara menunjukkan gejala birahi, maka dimasukkan kembali ke dalam kandang kawin untuk dikawinkan dengan pejantan. Segera dikawinkan bila terjadi birahi kembali. Dara yang tidak birahi kembali 21 hari setelah kawin diperkirakan bunting Perlakuan induk dikawinkan Induk yang sudah dikawini, oleh pejantan segera dikeluarkan dari kandang kawin. Pengawasan terhadap kebuntingan apabila 18 hari setelah kawin terlihat gejala birahi maka segera dimasukkan kembali ke kandang kawin. Induk yang tidak birahi kembali setelah 21 hari dikawinkan maka ternak tersebut dinyatakan bunting. Untuk induk bunting yang masih menyusui anaknya maka, sebelum umur kebuntingan lebih dari 4 bulan, anaknya segera disapih.

Mengatur waktu beranak disesuaikan dengan : Pada saat pakan cukup tersedia Idealnya bulan Maret – Mei atau pertengahan sampai akhir musim hujan Kondisi tubuh induk yang kurang dari rata-rata perlu pakan tambahan Anak dengan berat lahir kurang atau sama dengan 15 kg, maka induknya perlu diberi pakan tambahan.

Menentukan Waktu Kawin

Keterangan : Gambar diatas adalah alat untuk memudahkan peternak memperkirakan kapan waktunya beranak bagi sapi betina yang sudah dikawinkan. Lingkaran luar adalah musim kawin dan lingkaran di dalamnya adalah musim beranak Kedua lingkaran masing-masing dibagi menjadi 12 bagian yang menunjukan jumlah bulan dalam satu tahun (dibatasi oleh garis hitam tebal). Satu bulan dibagi menjadi 4 bagian lagi (dibatasi garis- garis putih), menunjukkan minggu. Penghitungan searah jarum jam.

Contoh: Bila induk sapi dikawinkan minggu pertama bulan Juni, maka diperkirakan beranak pada minggu kedua bulan Maret Lama kebuntingan sapi Bali rata-rata berkisar 275 – 284 hari. Contoh ini ditunjukan oleh dua jarum (panah) yang warna ungu dan merah: Jarum pendek (warna ungu) menunjuk pada musim beranak; Jarum panjang (merah) menunjuk pada musim kawin;

Rencanakan sapi beranak pada saat: Hijauan pakan tersedia baik jumlah maupun mutu sesuai dengan kondisi setempat (musim hujan). Keuntungannya :Anak yang dilahirkan sehat, pertumbuhan cepat, bebas penyakit, induk cepat birahi kembali Dengan mengikuti metode ini diharapkan keluaran yang didapatkan adalah : Dapat mengatur dan mengontrol perkawinan. Tingkat kebuntingan dan persentase kelahiran meningkat Kualitas anak menjadi lebih baik.

Penyapihan Anak Sapi Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebelum melakukan penyapihan terhadap anak sapi adalah : Tersedianya pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Kandang sapih telah disediakan Tatalaksana penyapihan

Tatalaksana atau cara penyapihan Pakan untuk induk mulai dikurangi 3 hari sebelum proses penyapihan untuk menurunkan produksi air susu. Anak diberi pakan dengan kualitas yang baik 3 hari sebelum tiba proses penyapihan selesai Anak ditempatkan pada kandang sapih dan induk ditempatkan terpisah dekat dengan kandang sapih, agar tidak gelisah dan berteriak-teriak Lama proses penyapihan ± 21 hari atau sampai ambing susu induk mengempis Setelah proses penyapihan selesai anak sudah dapat ditempatkan jauh terpisah dari induk

Pakan Pakan merupakan salah satu unsur penting yang menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Tujuan utama pemberian pakan adalah menjamin pertambahan bobot badan selama pertumbuhan serta menjamin produksi yang paling ekonomis. Jumlah pakan yang diperlukan hewan tergantung pada kondisi lingkungan, baik untuk kebutuhan pokok hidup (perawatan) ataupun berproduksi. Pada sapi tropis membuthkan pakan perawatan relatif lebih sedikit dari dari pada subtropis. Sapi yang hidup didaerah sedang penggunaan energi untuk pemanasan tubuh akan lebih tingggi

Pakan dan Ketersediannnya 1. Musim hujan Rumput lapangan yang tumbuh di pinggiran jalan dan pematang sawah, Hijauan brangkasan dan gulma limbah dari penyiangan tanaman pangan, Rumput budidaya (yang sengaja ditanam) pada galangan sawah atau kebun Daunan pohon yang tumbuh bebas dan tanaman pagar atau pembatas lahan (seperti legume dll) 2. Musim kemarau Ikat pindah di lahan sawah/ladang bero Hijauan brangkasan dan gulma limbah penyiangan tanaman palawija Jerami yang merupakan limbah tanaman pangan; padi, kacang hijau, kacang tunggak dan daun kacang tanah Daunan pohon yang tumbuh bebas dan tanaman pembatas lahan (Legume dll) Batang pisang dan tanaman lain sebagai sumber air

Pengendalian Penyakit Tindakan pencegahan dengan cara sebagai berikut : semua peralatan kandang, tempat makan, dan alat minum harus bersih. Air minum dalam keadaan bersih. Kandang dalam keadaan bersih dan terang, peredaran udara besar cukup lancar, ruangan dalam keadaan segar dan tidak terlalu panas, tetapi hangat. Lantai kandang pedet dijaga selalu bersih, diberi jerami kering sebagai tilam yang setiap saat bisa dibersihkan secara rutin. Pada sapi muda dan dewasa, upaya pengendalian penyakit dengan berbagai cara, seperti tindakan higiene, vaksinasi serta pengobatan parasit dalam dan luar.

1. Tindakan Higiene Mengupayakan dalam kebersihan kandang seperti lantai yang bersih dan kering, drainase sekitar bangunan kandang yang baik, pengapuran dinding kandang yang teratur, pengaturan ventilasi kandang yang sempurna dan usaha-usaha yang akan mampu membentengi dari serangan berbagai jenis infeksi penyakit. 2. Program vaksinasi merupakan usaha untuk menciptakan kekebalan tubuh. Vaksinasi penting yang harus dilakukan oleh setiap peternak sapi potong antara lain vaksinasi untuk pencegahan terhadap penyakit brucellossis dan anthrax. Disamping itu juga perlu ada program testing terhadap penyakit tertentu seperti TBC dan brucellosis.

3. Pengobatan Cacing Cacing merupakan salah satu penyakit dalam tubuh yang sangat merugikan, baik parasit yang bersarang di usus maupun di hati. Oleh karena itu, agar sapi selalu terhindar dari parasit cacing, kita harus melakukan pemberantasan cacing secara rutin, yaitu 4 bulan sekali dengan dosis sesuai anjuran. 4. Pemberantasan Kutu Parasit ini menghisap darah hewan yang dihinggapinya sehingga hewan yang bersangkutan merasa terganggu terus-menerus akibat gatal dan sebagainya. Oleh karena itu, di samping harus menjaga kebersihan kulit sapi dengan cara memandikan sapi setiap hari, peternak harus memberantas atau mengobati sapi yang berkutu.

Penyakit yang sering ditemukan pada ternak sapi baik yang digembalakan maupun yang dikandangkan antara lain : 1. Parasit Pencegahan : cacing perut (roundworms dan strongyles) dan cacing hati (Fasciolasis) setiap 6 bulan Menjaga kebersihan kandang Menutup genangan air, usahakan agar tidak ada genangan air. 2. Bila terjadi Diare (Mencret) pada anak sapi maka, upaya penanggulangannya adalah : Anak sapi diberhentikan menyusu dan diberikan air minum yang dicampur dengan oralit. Anak sapi dipuasakan (tidak diberi pakan) selama 24 jam Diobati dengan antibiotik dan sulfa Pencegahan : jaga kebersihan kandang dan Sapi yang baru lahir diberi susu colustrum (susu alami yang diproduksi 1 – 7 hari setelah induk beranak)

Sumber : Tanda S. Panjaitan, Sasongko WR, A. Muzani, Mashur, Wildan Arief, Manajemen terpadu pemeliharaan sapi bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat. Syafrial, Endang Susilawati dan Bustami, Manajemen pengelolaan penggemukan sapi potong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jambi. Rasyid Ainur, dan Hartati, Petunjuk tehnis perkandangan sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Pasuruan.