Telaah Kritis Menuju Kehidupan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Latar Belakang Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-undang.
Advertisements

KDRT Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA SIKAP DAN TANGGAPAN GEREJA
HERU SUSETYO, SH. LL.M. M.SI. DOSEN TETAP FHUI/ ADVOKAT DEPOK, JUNI 2011 Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Perspektif Sosial Budaya.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sebagai Salah Satu Bentuk Penyimpangan Sosial
10 PERUBAHAN PENDIDIKAN UNTUK PENINGKATAN SDM
Telaah Kritis Menuju Kehidupan
BAB I PENDAHULUAN   Para pendiri negeri ini, sungguh sangat arif dalam menyusun UUD 1945 menghargai peranan wanita pada masa silam dan mengantisipasi pada.
PERTEMUAN XIII FAMILY.
Oleh: ACHMAD DARDIRI (FIP UNY). Meletakkan dasar kecerdasan, pengeta- huan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti.
KETIDAKADILAN GENDER Masruchah
GENDER DAN KESEHATAN.
GENERALISASI KONSEP DISIPLIN ILMU SOSIAL DAN KETERHUBUNGANNYA
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
MASALAH PADA ANAK-ANAK DAN PENYELESAIANNYA
KEBERADAAN “RUMAH AMAN” BAGI KORBAN TINDAK KEKERASAN
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
Membangun Saling Percaya
Strategi yang diterapkan Negara Indonesia dalam menyelesaikan ancaman terhadap negara dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan dengan bingkai Bhinneka.
(2)KARAKTERISTIK IPS SD
AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN
PERUBAHAN PENDIDIKAN UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA
Desiminasi implementasi KURIKULUM 2013
Teori – Teori Sosial Pip, Jones (2009).
SKL, KI, KD, dan Indikator Pencapaian Kompetensi
KURIKULUM 2013 DAN PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING
AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN
PEREMPUAN & ANAK korban kekerasan
KEPALA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROV. SUMBAR
UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Perlindungan Khusus pada Anak
KELUARGA MUHAMMAD NOOR HIDAYAT.
KEKERASAN TERHADAP ANAK DAN MASALAH SOSIAL YANG KRONIS
Bab 9 Usaha-usaha Pengembangan Guru Sebagai Tenaga Pendidik
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
PEMAHAMAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
PROGRAM PENGEMBANGAN KEKHUSUSAN
BERBAGAI ANCAMAN TERHADAP KEUTUHAN NKRI
Wanita dan Hukum Seks dan Gender.
1. Mengenal karakteristik peserta didik
PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL
ASSALAMU’ALAIKUm WR WB
Nilai-Nilai Karakter Anak di Indonesia
Pengintegrasian Berbagai Nilai dan Materi ke dalam Mata Pelajaran
SMP Kelas 3 Semester 1 BAB V
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) PPT
BIMBINGAN KONSELING.
18 NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
ANALISIS POLA BANTUAN SOSIAL MASALAH KDRT
Pengembangan Kurikulum dalam Penulisan
Pendekatan dalam melakukan apresiasi
Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan
Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) PPT
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN)
KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
KDRT (KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA)
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) PPT
MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA IAIN ANTASARI
Hak dan Kewajiban Warga Negara
PENGANTAR PENDIDIKAN KARAKTER
Orientasi Psikologis Pembelajaran Di Sekolah dan prasekolah
Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Perspektif Sosial Budaya
Modul ke: Fakultas Program Studi PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Gunawan Wibisono SH MSi 05 Demokrasi Indonesia.
Oleh Kelompok 6: Andini Novela C. (o3) Barkah Miladina (05) Emilda Ayuliana (15) Nur Andini Eka P. (33) Rofika Dewi M. (37)
PENERAPAN UNDANG-UNDANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (PKDRT)
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.  KDRT adalah salah satu bentuk kekerasan berdasar asumsi yang bias gender tentang relasi laki-laki dan perempuan,  KDRT.
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) PPT
PERTEMUAN 7: PERMASALAHAN SISWA DAN PENDEKATAN UMUM BK
Transcript presentasi:

Telaah Kritis Menuju Kehidupan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT): Telaah Kritis Menuju Kehidupan yang Adil Gender Trisakti Handayani

Undang-undang No 23 tahun 2004 “Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga” sudah disahkan tahun lalu, tetapi kasus kekerasan dalam rumah tangga, terutama pada perempuan semakin meningkat, bagaimana implementasinya di lapangan? Penting untuk selalu dikaji agar kehadiran UU P-KDRT menjadi lebih bermakna.

FAKTA 1: Kekerasan telah menjadi fenomena dalam kehidupan masyarakat. Kekerasan telah memasuki berbagai wilayah komunitas, seperti: politik, ekonomi, sosial, budaya, seni, ideologi, bahkan dalam wilayah sosial yang paling ekslusif yaitu rumah tangga.

KDRT merupakan masalah sosial yang kurang mendapat anggapan FAKTA 2. KDRT merupakan masalah sosial yang kurang mendapat anggapan Secara serius dari masyarakat, karena: 1. KDRT memiliki ruang lingkup yang relatif tertutup (privat) dan terjaga ketat privacy-nya sebab terjadi dalam keluarga. 2. KDRT sering dianggap “wajar” sebab diyakini bahwa memperlakukan isteri sekehendak suami merupakan hak suami sebagai pemimpin dan kepala rumah tangga. 3. KDRT terjadi dalam lembaga yang legal, yaitu perkawinan

Untuk memahami realitas KDRT sebagai salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan diperlukan telaah yang berperspektif perempuan, FAKTA 3 : KDRT merupakan bahaya terbesar bagi perempuan daripada kekerasan di jalanan. Di AS misalnya, KDRT merupakan bahaya terbesar bagi perempuan dibandingkan bahaya perampokan dan pencurian. Berdasarkan data statistik terlihat bahwa tiap 9 menit perempuan menjadi korban kekerasan fisik, dan 25 % perempuan yang terbunuh adalah dibunuh oleh pasangan lelakinya. Disebutkan juga bahwa antara 1,5 hingga 3 juta anak menyaksikan KDRT dalam keluarganya.

Keberanian Perempuan mengungkap wilayah privat merupakan langkah maju Di Indonesia, masyarakat lebih senang menyembunyikan masalah KDRT, karena : ketiga faktor di atas, masih sangat kuatnya kultur yang menomorsatukan keutuhan dan keharmonisan keluarga. Perempuan korban KDRT yang menyerah pada keadaan. , memendam sendiri penderitaannya. solusi semacam itu sebetulnya telah menyebabkan dampak negatif.

BATASAN DAN BENTUK KDRT KDRT adalah suatu bentuk penganiayaan (abuse) secara fisik maupun emosional/psikologis, yang merupakan suatu cara pengontrolan terhadap pasangan dalam kehidupan rumah tangga.

FAKTA : KDRT terjadi karena “kesalahan isteri” berdasarkan standar nilai suami. Terjadi pada pasangan yang memulai perkawinan dengan dasar saling cinta. Dilakukan oleh suami yang normal, tidak mempunyai kelainan jiwa. Terjadi juga pada pasangan yang kondisi sosial ekonominya tinggi. Dilakukan oleh suami yang tidak mabuk, tidak kalah judi, bahkan sukses di dalam karier. Dilakukan oleh suami yang mampu bergaul dengan baik dan santun kepada semua orang. KDRT adalah persoalan laki-laki dan perempuan di seluruh dunia Sering terjadi justru dengan alasan diperbolehkan agama.

Masyarakat punya mitos : Terjadi karena isteri membantah, melawan suami, dan berbuat kesalahan besar. Hanya terjadi pada pasangan yang memulai perkawinan tanpa dasar saling cinta (dijodohkan). Hanya terjadi pada suami yang memiliki kelainan jiwa. Hanya terjadi pada pasangan dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah Terjadi karena suami mabuk, kalah judi, gagal dalam pekerjaan, dan sebagainya. KDRT adalah persoalan perempuan Barat. Hanya terjadi semata-mata karena suami lepas kontrol atau marah. Tidak akan terjadi bila suami-isteri beragama dengan baik dan taat. Masyarakat masih cenderung menganggap persoalan KDRT sebagai suatu persoalan pribadi yang “lumrah” terjadi dalam kehidupan rumah tangga.

Mitos dan nilai-nilai semacam ini masih sangat kental diyakini masyarakat sehingga sangat mempengaruhi sikap terhadap persoalan KDRT itu sendiri. Masyarakat juga meyakini beberapa nilai (values) yang kurang benar, spt : Suami adalah pemimpin, jadi berhak memperlakukan isterinya sekehendak hatinya, termasuk mengontrol isteri. Tidak seorangpun berhak ikut campur dengan urusan suami-isteri karena hal itu adalah urusan pribadi

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KDRT Budaya patriarkhi, budaya ini meyakini bahwa laki-laki adalah superior dan perempuan inferior sehingga laki-laki dibenarkan untuk menguasai dan mengontrol perempuan. Interpretasi yang keliru atas ajaran agama. Sering ajaran agama yang menempatkan laki-laki sebagai pemimpin diinterpretasikan sebagai pembolehan mengontrol dan menguasai isterinya. Pengaruh role model. Anak laki-laki yang tumbuh dalam lingkungan keluarga di mana ayah suka memukul-kasar terhadap ibunya, cenderung akan meniru pola tersebut kepada pasangannya.

DAMPAK KDRT: Hampir setiap negara di dunia terjadi persoalan KDRT Berbagai penelitian tentang KDRT pernah dilakukan di Indonesia, walaupun data kuantitatif tentang kasus KDRT belum pernah tercatat secara jelas. Korban KDRT dapat menimpa semua pihak dalam rumah tangga yaitu isteri, anak-anak maupun suami KDRT juga memiliki dampak negatif pada anak-anak. Anak laki-laki dari suami yang sering memukul istrinya, cenderung melakukan hal serupa terhadap perempuan di masa yang akan datang setelah dewasa.

LANGKAH PEMECAHAN KDRT : Langkah ke 1, meluruskan mitos-mitos mengenai KDRT dan menyampaikan fakta-faktanya Langkah ke 2, mensosialisasikan prinsip kesetaraan gender, khususnya dalam konteks hubungan suami istri Langkah ke 3, penyadaran terhadap masyarakat. Langkah ke 4, mendorong kalangan luas untuk peduli atas persoalan KDRT termasuk pembentukan lembaga yang bergerak dalam bidang advokasi terhadap persoalan KDRT

Terima kasih

10 PERUBAHAN PENDIDIKAN UNTUK PENINGKATAN SDM

BEBERAPA TAWARAN TENTANG PARADIGMA PENDIDIKAN PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PEMBELENGGUAN ATAU PROSES PEMBEBASAN PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PEMBODOHAN ATAU PROSES PENCERDASAN PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PERAMPASAN HAK ANAK ATAU JUSTRU MENJUNJUNG TINGGI HAK ANAK PENDIDIKAN MENGHASILKAN TINDAK KEKERASAN ATAU MENGHASILKAN TINDAK PERDAMAIAN PENDIDIKAN HANYA TERJADI DI SEKOLAH ATAU BISA TERJADI DIMANA-MANA

LANJUTAN PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PENGEBIRIAN POTENSI MANUSIA ATAU PEMBERDAYAAN POTENSI MANUSIA PENDIDIKAN UNTUK MEMECAH WAWASAN MANUSIA ATAU MENYATUKAN WAWASAN MANUSIA PENDIDIKAN SEBAGAI WAHANA DISINTEGRASI ATAU JUSTRU WAHANA MEMPERSATUKAN BANGSA PENDIDIKAN MENGHASILKAN MANUSIA OTORITER ATAU MANUSIA DEMOKRATIS PENDIDIKAN MENGHASILKAN MANUSIA APATIS TERHADAP LINGKUNGAN ATAU RESPONSIF DAN PEDULI TERHADAP LINGKUNGAN

PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PEMBEBASAN Pendidikan masaih terkesan membelenggu, adanya praktik sentralisasi dan uniformitas serta sistem pendidikan dengan konsep delivery system (sistem penyampaian/ pemberitaan), menyebabkan terjadinya pendidikan mengalir dari atas ke bawah (top down), yang kurang memperhatikan hak-hak anak secara demokratis serta kurangnya pemberian kesempatan untuk melakukan rekayasa dalam aktivitas pendidikan.

LANJUTAN Sistem pendidikan yang membelenggu ini pada gilirannya menghasilkan manusia stereotip penurut, tidak kreatif, bahkan memiliki ketergantungan tinggi. Sistem pendidikan ini membuat manusia tidak mandiri, menjadi beban sosial dan bahkan tidak memiliki jati diri. Pendidikan ini dapat dikatakan sebagai sistem pendidikan tertutup, yang kurang memberikan kebebasan dan pengalaman kepada peserta didik untuk berkreasi

PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PENCERDASAN Pendidikan masih dirasakan sebagi proses pembodohan baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan masyarakat. Pemutarbalikan fakta yang dilegitimasi melalui lembaga-lembaga formal adalah contoh pembodohan masyarakat yang paling riil. Pembodohan di sekolah terjadi dari praktik terjadi dari praktik instruksional yang sama, yakni dengan interaksi verbal vertikal

PENDIDIKAN MENJUNJUNG TINGGI HAK-HAK ANAK Dalam dunia pendidikan hak-hak anak terkesan dirampas, hal ini disebabkan masyarakat menjadikan sekolah sebagai panggung pentas, bukan sebagai tempat latihan maupun laboratorium belajar. Pembelajaran di sekolah diharapkan oleh orang tua siswa untuk memperoleh ranking atas, sehingga anak diharuskan mendapat nilai yang baik.

LANJUTAN Anak harus naik ke panggung pentas dengan nilai terbaik, tetapi tidak untuk belajar dengan baik. Oleh karena itu, sistem ranking di sekolah memacu masyarakat untuk memperoleh persepsi yang salah tentang pendidikan di sekolah

PENDIDIKAN MENGHASILKAN TINDAK PERDAMAIAN Maraknya tawuran pelajar merupakan bukti bahwa pendidikan menghasilkan tindak kekerasan. Konflik tidak berusaha dipecahkan secara damai dan kreatif, namun sebaliknya dengan kekerasan. Konflik antara guru-siswa juga sering mencuat, memberikan gambaran bahwa konflik belum dapat diselesaikan secara damai.

LANJUTAN Hal ini merefleksikan pengalaman mereka baik di dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kemasan seni pertunjukan (sinetron, dll) terkesan menonjolkan kekerasan dalam setiap penyelesaian konflik Dalam kehidupan keluarga, konflik suami, isteri, orang tuan, dan anak mengesankan kekerasan dalam cara penyelesaiannya.

LANJUTAN Kejujuran sering menjadi sumber kemarahan sehingga menipu lebih selamat daripada jujur Anak yang belum memahami suatu pelajaran, seringkali dikatakan sebagai anak yang bodoh (menjadi penyebab anak kehilangan jati diri) Padahal pendidikan adalah proses pemberdayaan, yang diharapkan dapat memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang cerdas, manusia berilmu dan berpengetahuan, serta terdidik

PENDIDIKAN ANAK BERWAWASAN INTEGRATIF Secara realita, matapelajaran masih terkesan terkotak-kotak. Kurikulum belum mampu menjadikan anak memiliki wawasan integratif, yaitu manusia terdidik yang berilmu dan berpengetahuan sekaligus beriman

PENDIDIKAN MEMBANGUN WATAK PERSATUAN Pendidikan belum menghasilkan manusia yang mampu hidup dalam perbedaan. Setiap perbedaan dalam masyarakat dapat menjadi pemicu konflik, yang pemecahannya dilakukan secara kekerasan Belajar dengan pendekatan kelompok memiliki peranan penting. Saat ini pendekatan belajar masih didominasi dengan belajar tekstual yang tidak mampu membangun kesadaran, sikap dan tindakan

LANJUTAN Pelajaran sejarah yang semestinya mampu dimanfaatkan sebagai alat pendekatan mengenal karakteristik bangsa masih terfokus menjadi pelajaran hapalan Pelajaran geografi yang semestinya mampu membangun kesadaran dalam memahami karakteristik tanah air, juga masih menjadi bahan hapalan Proses pembelajaran dan bahan pelajaran belum mampu membangun sikap dan kesadaran persatuan

PENDIDIKAN MENGHASILKAN MANUSIA DEMOKRATIS Pendidikan masih terkesan otoriter, baik manajemen, interaksi, proses, kedudukan maupun substansinya. Pejabat pendidikan, seakan-akan telah memiliki modal ”benar dalam segala hal, sehingga berhak mengoreksi, memberi petunjuk, berhak menyalahkan bawahan, dll. Pengawasan melekat (waskat) menjadikan atasan otoriter, padahal justru informasi dari bawahan umumnya membawa kebenaran

LANJUTAN Transaksi pendidikan masih satu arah dan vertikal. Sumber informasi masih didominasi oleh guru. Pembelajaran jarang didudukkan sebagai sumber informasi alternatif sehingga menyebabkan tidak terjadi interaksi horizontal. Pengalaman demokratis belum diperoleh dalam pembelajaran, masih dipahami secara tekstual. Dalam praktik, kedudukan substansi, dan proses pembelajaran masih berorientasi vertikal, yakni dari atas ke bawah

PENDIDIKAN MENGHASILKAN MANUSIA PEDULI LINGKUNGAN Sikap otoriter dalam sistem pendidikan, menciptakan manusia patuh, namun disisi lain berakibat anak menjadi pemberontak, kemudian yang disalahkan adalah budi pekerti. Anak menjadi tidak terangsang untuk peduli lingkungan, karena sumber pendidikan satu-satunya adalah teks. Pengalaman anak yang beragam dan sangat berharga, jarang dimanfaatkan sebagai sumber belajar

LANJUTAN Evaluasi keberhasilan juga oleh ditentukan oleh ukuran tekstual, bukan konseptual, sehingga anak dijadikan sebagai korban untuk kurikulum, bukan kurikulum untuk anak.

PENDIDIKAN BUKAN SATU- SATUNYA INSTRUMEN PENDIDIKAN Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada dasarnya merupakan undang-undang pendidikan sekolah, bukan sistem pendidikan nasional. Hal ini disebabkan undang-undang tersebut hanya mengatur sistem pendidikan di sekolah, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, yang akibatnya sekolah menjadi gudang tuntutan semua muatan pendidikan, sampai akhirnya menjadi rancu.