EPIDEMIOLOGI MALARIA Yoes Prijatna Dachlan Host / hospes / tuan rumah penjamu (manusia) Lingkungan (fisik, biologik, sosio ekonomik) Penularan malaria memerlukan interaksi 4 faktor epidemiologi Parasit malaria Vektor Anopheles Kuliah S-1/Malaria/YPD/2013)
Tingkat penularan dipengaruhi oleh : Prevalensi infeksi malaria dan faktor musim Tingkat penularan dipengaruhi oleh : Perilaku vektor di daerah lokal/setempat Keefektifan sebagai vektor Adanya populasi/penduduk yang rentan Iklim dan kondisi lingkungan setempat Kuliah S-1/Malaria/YPD/2009
DAERAH ENDEMIK MALARIA Malaria di suatu daerah dikatakan endemik, apabila kesakitannya yang disebabkan oleh infeksi alamiah, kurang lebih konstan selama beberapa tahun berturut-turut Berdasarkan hasil Spleen rate (SR) pada kelompok 2 – 9 tahun yang diperoleh dari suatu survey malariometrik, suatu daerah dapat diklasifikasikan menjadi 4 tingkat endemisitas Di daerah yang holoendemik, SR pada orang dewasa rendah oleh karena telah timbul imunitas diantara mereka, disebabkan oleh transmisi yang tinggi sepanjang tahun Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
Tingkat Endemisitas Spleen Rate ( 2 – 9 tahun) Hipoendemik < 10% Mesoendemik 11 – 50% Hiperendemik 50% (SR dewasa > 25%) Holoendemik > 75% (SR dewasa rendah) Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
PENGOBATAN MALARIA Pengobatan antimalaria mempunyai daya kerja selektif atas fase-fase yang berbeda dari siklus hidup parasit Sizontisidal darah (Blood schizonticides) Membunuh parasit asexual di dalam sel darah merah Sisontisidal jaringan Mempunyai daya kerja terhadap parasit stadium eksoeritrositer. Tujuan : mencegah relapse pada infeksi P. vivax dan P. ovale Gametosidal Membunuh parasit bentuk seksual Sporontisidal Menghambat pertumbuhan oocyst di dinding lambung nyamuk malaria Profilaksis kausal Bekerja terhadap parasit stadium di jaringan Tujuan : mencegah timbulnya infeksi yang ada (relapse) dan manifestasi klinis Supresif atau profilaksis klinis Mencegah gejala klinis dengan cara membunuh parasit yang masuk ke dalam aliran darah.Semua obat golongan sisontisidal darah adalah bersifat profilaksis klinis. Kuliah S-1/Malaria/YPD/2013
SENYAWA ANTIMALARIA Chloroquine (gol. 4 – Aminoquinoline) - Sisontisidal darah : daya kerja cepat - Tidak efektif terhadap parasit stadium eksoeritrositik - Juga bersifat gametosidal terhadap P.vivax, P.ovale dan P.malariae - Efektif terhadap gametosit P.falciparum muda, namun tidak terhadap gametosit dewasanya - Drug of choice dan pencegahan infeksi : P.vivax, P.ovale, P.malariae, dan strain P.falciparum yang masih sensitif Amodiaquine (golongan 4 – Aminoquinoline) Efikasi, efek samping, rekomendasi dan precaution = chloroquine Quinine (golongan Cinchona alkaloid) Bekerja aktif terhadap stadium eritrositik aseksual dari semua spesies Tidak dapat membunuh stadium eksoeritrositer Gametosit P.vivax, P.ovale, P.malariae dan gametosit muda P.falciparum peka terhadap chloroquine. Dan juga digunakan untuk penderita yang telah kritis melalui pemberian parenteral Mefloquine (4 – Quinoline carbinolamines) Cara kerja obat sebagian menyerupai quinine Efektif untuk mengobati dan mencegah penyakit malaria dimana P.falciparum telah resisten terhadap berbagai obat Primaquine (gol. 8 – Aminoquinoline) Gametosidal dan sporontisidal untuk semua spesies Juga efektif terhadap hipnozoit eksoeritrositer
(2, 4 – diaminopyrimidine) SENYAWA ANTIMALARIA Pyrimethamine (2, 4 – diaminopyrimidine) Sisontisidal darah yang efektif, walaupun bekerja lamban Sporontisidal yang efektif Aktif terhadap P.falciparum di jaringan hati (primary tissue form) Sulfonamides & Sulfones Sisontisidal darah yang sangat efektif untuk P.falciparum Dipakai untuk dikombinasikan dengan pyrimethamine Tetracycline Sisontisidal darah yang sangat lamban Biasanya dikombinasikan dengan quinine Proquanil Efektif untuk profilaksis kausal P.falciparum dan sporontisidal yang efektif Artemisinin (Zinghaosu ; Sesquiterpine Lactone) •Sisontisidal darah cepat •Bukan hipnozoitisidal •menurunkan gametosit (gametositosidal) Kuliah S-1/Malaria/YPD/2013
KEMOPROPILAKSIS ( PENCEGAHAN ) : Pilihan pertama : Chloroquine Pilihan kedua : Doxycycline Untuk daerah P.falciparum resisten Chloroquine
Pengobatan Malaria P.falciparum Lini Pertama Primaquine Chloroquine Hari ke 4/5 – 28 belum sembuh atau kambuh Lini Kedua Sufadoxin Primaquine Hari ke 4/5 – 28 belum sembuh atau kambuh Lini Ketiga Quinine Primaquine
Pengobatan kombinasi obat derivat Artemisinin : Untuk di daerah dimana P.falciparum telah dinyatakan resisten dengan pengobatan Chloroquine. Untuk Indonesia digunakan : ARTEMISININ COMBINE TREATMENT (ACT) Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
Pemerintah merekomendasikan obat pilihan pengganti CQ dan SP 2 regimen ACT yang digunakan oleh program malaria: 1. Artesunate – Amodiaquin 2. Dihydroartemisinin – Piperaquin Khusus digunakan di Papua dan wilayah khusus lainnya • Regimen yang dipakai saat ini adalah Artesunate dan Amodiaquin serta injeksi Artemeter untuk malaria berat disamping injeksi kina (Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Iindonesia, Dit Jen PP&PL, 2009) Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
PENCEGAHAN PERORANGAN KOMUNITAS Penularan malaria melalui gigitan nyamuk biasanya menjelang matahari terbenam hingga menjelang fajar. Penggunaan skrin (screen) pada jendela, pintu. Penggunaan kelambu sewaktu tidur. Kelambu yang telah mengandung insektisida ( insecticide – impregnated bednet ) lebih efektif Di luar rumah : pakaian yang menutupi lengan dan kaki. Penggunaan repellent Pengunjung / turis domestik & mancanegara menggunakan obat profilaksis di daerah malaria KOMUNITAS Meningkatkan pelayanan kesehatan. Penanggulangan penularan malaria secara berkesinambungan. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengetahuan malaria. Meningkatkan peran serta masyarakat Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
CARA-CARA PENCEGAHAN MALARIA UNTUK PENANGGULANGAN MALARIA SKALA BESAR 1. Mencegah gigitan nyamuk : permethrin-treaten nets repellent penggunaan skrining pakaian yang melindungi tangan dan kaki Mencegah atau membasmi tempat perindukan nyamuk (breeding places, pembiakan jentik nyamuk) Membasmi jentik / larva nyamuk Membasmi nyamuk dewasa Membasmi parasit malaria pada malaria dan mencegah penularan parasit ke nyamuk Kemoprofilaksis Dimasa yang akan datang : vaksinasi malaria Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
DASAR PEMIKIRAN GEBRAK MALARIA Malaria bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga menyentuh pembangunan sosial ekonomi. Penularan malaria disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang mendukung. Oleh karena itu memberantas malaria merupakan bagian integral dari pembangunan sosial ekonomi bangsa. Kuliah S-1/Malaria/YPD/2013
GEBRAK MALARIA Adalah gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas malaria melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan badan-badan internasional serta penyandang dana Kuliah S-1/Malaria/YPD/2013
STABLE & UNSTABLE MALARIA Malaria di suatu daerah dikatakan bersifat stable (stabil), apabila di daerah tersebut dijumpai transmisi yang tinggi tanpa fluktuasi yang berarti selama bertahun-tahun, meskipun fluktuasi musiman mungkin ada. Unstable (labil) apabila fluktuasi transmisi dari tahun ke tahun cukup tinggi. Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
Perbedaan Stable dan Unstable Malaria Endemisitas Umumnya tinggi, meskipun tingkat yang rendah atau sedang bisa terjadi Biasanya rendah atau sedang. Tingkat endemisitas tinggi bisa terjadi Faktor Penentu Vektor yang sangat antrofofilik dengan longevity sedang atau tinggi. Iklim menguntungkan bagi transmisi yang lama Vektor kurang antrofofilik dengan longevity rendah atau sedang. Iklim hanya memungkinkan untuk masa transmisi yang pendek Densitas vektor (yang cukup untuk mempertahankan transmisi) Sangat rendah (mungkin hanya 0.025 gigitan/orang/malam) Tinggi ( 1 – 10 atau lebih gigitan/orang/malam) Fluktuasi musiman Tidak begitu jelas, kecuali pada musim kering yang pendek Sangat jelas Dominasi parasit P. falciparum yang dominan Biasanya P. vivax yang dominan Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
Perbedaan Stable dan Unstable Malaria Imunitas parasit Tinggi, meskipun berbeda bagi tiap kelompok umur Rendah, meskipun pada beberapa kelompok umur ada yang tinggi. Kemungkinan terjadi wabah Sangat kecil pada penduduk setempat Sangat besar bila keadaan iklim memungkinkan Kelaikan untuk diberantas Sulit untuk diberantas, terutama di daerah pedesaan Tidak terlalu sulit dengan kombinasi upaya yang ditujukan terhadap nyamuk dewasa, larva dan upaya pengobatan Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
Roll Back Malaria WHO, World Bank, UNDP, UNICEF mencanangkan Roll Back Malaria bulan Oktober 1998 Tujuan : Tahun 2010 incidence malaria turun ½ dari tahun 2000 Menitikberatkan pada : “ Partnership “ Kuliah S-1/Malaria/YPD/2013
6 ELEMEN ROLL BACK MALARIA Upaya pemberantasan yang didukung data Diagnosa dan pengobatan yang tepat Pencegahan melalui berbagai cara, misalnya dengan pemakaian kelambu Penelitian obat-obat baru : vaksin Kegiatan yang terkoordinasi memperkuat pelayanan kesehatan Membangun gerakan global yang dinamis Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014
SPECIES NYAMUK DI INDONESIA YANG TELAH DIKONFIRMASI SEBAGAI VEKTOR Anopheles sundaicus An. aconitus An. nigerrimus An. maculatus An. sinensis An. umbrosus An. letifer An. barbirostris An. balabacencis An. punctulatus An. farauti An. bancrofti An. karwari An. koliensis An. subpictus An. longirostris An. flavirostris An. minimus An. leucosphyrus Sumber : Ditjen PPM & PLP Kuliah S-1/Malaria/YPD/2014