DAN RENCANA JANGKA PANJANG DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERATURAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2009.
Advertisements

KELOMPOK INFORMASI MASYARAKAT
Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah (RPJP/MD)
Perkeretaapian Khusus Tahap III Tahapan Menuju Perubahan Regulasi Jakarta 21 Juni 2011.
PERMOHONAN HAK UJI MATERI PP 04 TAHUN 2010
Strategi Nasional Literasi Keuangan
Aspek-aspek Desa Adat dan Lembaga Adat yang Harus diatur dan didanai Pemerintah, Pemda Provinsi, Pemda Kab/Kota, dan Pemdes Oleh Nata Irawan, SH, MSi.
Ringkasan Lampiran PP 05 th 2010 ttg RPJMN
SUMBER: Pokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI SUMBER:
EKSISTENSI KELEMBAGAAN DALAM RANGKA PENYALURAN OBAT KE FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PEMERINTAH Oleh : Sekretaris Kementerian PAN dan RB selaku Deputi.
Endah Murniningtyas Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Departemen Dalam Negeri
TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
KESIAPAN SDM INDONESIA DALAM PELAKSANAAN INTEGRASI LOGISTIK ASEAN 2013
POKOK-POKOK HASIL DESK BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN
POKOK-POKOK HASIL DESK BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN
Rapat Pansus III Dewan Sumber Daya Air Nasional
PENYEMPURNAAN arSITEKTUR PROGRAM, KEGIATAN DAN STRUKTUR KINERJA
Peran RZWP3K dalam Perencanaan Pembangunan Bidang Kelautan
Makalah Kunci (Keynote Speech)
BIMBINGAN TEKNIS PENINGKATAN
PENGORGANISASIAN DAN PEMBINAAN POKJANAL POSYANDU
Jakarta Convention Centre, 29 Januari 2010
PERATURAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010.
PANDUAN PENGEMBANGAN KTSP
Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat P, DEA
Kementerian Pendidikan Nasional Ditjen Manajemen Dikdasmen
PERUBAHAN UU NO. 24 TAHUN 1992 DAN PENYUSUNAN RTRW PULAU DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERPADUAN PEMBANGUNAN Oleh Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen.
Oleh : Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian, Sekretariat BPSDM KP
RELATIONSHIP BETWEEN NATIONAL ROAD SAFETY MASTERPLAN (NRSM) WITH DECADE OF ACTION (DoA) -safer road- Bogor March 2011.
B. Kombaitan dan Ridwan Sutriadi
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
ANGGOTA KELOMPOK KERJA FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA
FGD #5 22 Oktober 2014 Bappeda Jabar
Jayapura, 13 Agustus SEJAHTERA DEMOKRATIS BERKEADILAN Memperkuat triple tracks strategy serta pembangunan inklusif dan berkeadilan Memantapkan.
22 September 2014 Bappeda Jabar
KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DEPUTI BIDANG PERUMAHAN FORMAL
KERANGKA STRATEGIS PROGRAM AKREDITASI MADRASAH
Asisten Pemerintahan dan Kesra
PENANGANAN JALAN PANTURA
Biro Administrasi Kesra dan Kemasyarakatan Setda DIY
KERANGKA UMUM PERUBAHAN RPJMD PROVINSI KALIMANTAN UTARA
Undang-Undang bidang puPR
POLSTRANAS.
DIREKTORAT FASILITASI PENGEMBANGAN KAPASITAS APARATUR DESA”
Rimbawan II Gedung Manggala Wanabakti
Pembangunan Infrastruktur dan Sinergi Pusat-Daerah
TRANSPORTASI INDONESIA 2045
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN
Dasar Hukum: UU 38/2004 tentang Jalan
31 Januari 2012 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN DRAINASE LINGKUNGAN
Undang-Undang bidang puPR
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA, DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI TAHUN 2018 Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
METROPOLITAN CIREBON Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka Di susun oleh : aditiYA RAMDANI – BALEBAT.
AKUNTABILITAS KINERJA
STIEPAR YAPARI AKTRIPA BANDUNG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN.
PERAN BAPPEDA DALAM PENYELESAIAN URUSAN KESEHATAN
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 35 TAHUN 2018
EVALUASI PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS JAWA DI PROVINSI JAWA TENGAH
DIREKTUR PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA
JALAN TOL TRANS JAWA Semarang, 6 Agustus 2018 PROVINSI JAWA TENGAH
RAPAT KOORDINASI Perkembangan Penyelesaian Pengadaan Tanah dalam
PENGANTAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SPAM
SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Kejayaan ini dilanjutkan oleh kerajaan-kerajaan setelahnya pada abad ke 15 sampai ke 17, dari kerajaan pesisir Sumatera, Kerajaan Mataram.
Transcript presentasi:

DAN RENCANA JANGKA PANJANG DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA JANGKA PANJANG DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA W O R K S H O P A R A H P E N Y E L E N G G A R A A N J A L A N K E D E P A N 2 4 J A N U A R I 2 0 1 2

Outline Pendahuluan I Renstra Direktorat Jenderal Bina Marga 2010-2014 Peran infrastruktur Jalan dan Transportasi Potensi & Permasalahan Sektor Jalan Tujuan Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 Tugas & Fungsi Ditjen. Bina Marga Visi & Misi Ditjen. Bina Marga 2010-2014 Tujuan Ditjen. Bina Marga Strategi Pembangunan Target Kinerja 2012-2014 Ditjen. Bina Marga Rencana Pengembangan Jaringan Jalan II Isu-Isu Strategis Bidang Jalan Isu Strategis Penyediaan Jaringan Jalan di Indonesia Dukungan Kementerian PU terhadap MP3EI Konektivitas Nasional Jaringan Jalan di Kawasan Perkotaan Program Strategis 2012 III Rencana Jangka Panjang Ditjen. Bina Marga Misi Pembangunan Nasional Pendekatan Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum Arah Penyelenggaraan Jalan Kedepan Kebijakan Penyelenggaraan Jalan Kedepan Lampiran 2

Pendahuluan Ditjen. Bina Marga sebagai Satminkal Kementerian Pekerjaan Umum berupaya mendukung ketercapaian Visi – Misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2010-2014 melalui dokumen Rencana Strategis (Renstra) Ditjen. Bina Marga 2010-2014. Dokumen Renstra Ditjen. Bina Marga diharapkan dapat menjadi panduan kerja dan instrumen pengukur kinerja melalui target penanganan jalan (km) dan alokasi pendanaan (Rp.) Ditjen. Bina Marga belum memiliki dokumen Rencana Jangka Panjang yang seharusnya diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Saat ini Ditjen. Bina Marga sedang berupaya untuk menyusun dokumen Rencana Jangka Panjang bidang Infrastruktur Jalan yang diharapkan dapat selesai tahun ini. 3

I RENSTRA DITJEN. BM 2010-2014

Peran Infrastruktur Jalan dan Transportasi Setiap 1% pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan pertumbuhan lalulintas sebesar 1,5%. Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan nasional Pembangunan infrastruktur jalan sebagai bagian dari sistem transportasi memperlancar arus distribusi barang dan jasa, serta berperan dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia Pembangunan infrastruktur jalan sejalan dengan tiga strategi pembangunan ekonomi: pro growth, pro jobs dan pro poor. Pembangunan infrastruktur jalan harus memperhatikan secara bersamaan 3 aspek utama yang sangat penting yaitu : aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (pro green). 5

Potensi dan Permasalahan Sektor Jalan Perkembangan Global Masuknya tenaga ahli asing ataupun pekerja asing Market driving Competitiveness merupakan persyaratan mutlak dari tingkat survival bagi negara-negara Adanya joint cooperation antar region: IMT-GT, BIMP-EAGA Fokus pengembangan konektivitas Kinerja logistik AH terkait harmonisasi Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 6

Potensi Sektor Jalan (Lanjutan) Persepsi Badan Internasional GCI (Global Competitiveness Index) : Pada tahun 2010-2011, indeks daya saing infrastruktur Indonesia berada di peringkat 90 dari 139 negara, sementara untuk jalan berada di peringkat 84 (mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009-2010 dimana infrastuktur berada di peringkat 96 dari 133 negara dan jalan di peringkat 94). Sebagai perbandingan, Indonesia berada di bawah negara-negara ASEAN akan tetapi masih lebih baik dari Filipina (114). Penyelenggaraan Jalan Adanya peraturan perundang-undangan yang terkait dengan bidang jalan seperti: UU 38/2004 tentang Jalan, PP 15/2005 tentang Jalan Tol, PP 34/2006 tentang Jalan, UU 22/2009 tentang LLAJ, memerlukan perangkat operasional lainnya baik berupa Norma, Standar, Pedoman ataupun Manual (NSPM) Desentralisasi dan Otonomi Daerah Peningkatan Peran Swasta (Mitra Kerja & Investor) dan Masyarakat Sistem Pembiayaan dan Pola Investasi Bidang Jalan Sumber Daya Manusia dan Organisasi yang Telah Tersedia Peralatan, Bahan dan Teknologi yang Sudah Dimiliki Aset Jaringan Jalan Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 7

Permasalahan Sektor Jalan Keadaan alam dan lingkungan yang unik Tingkat pembangunan dan kepadatan penduduk yang tidak merata Sistem Jaringan transportasi yang belum terpadu Pertumbuhan Kebutuhan Layanan Transportasi Kebutuhan aksesibilitas di wilayah terisolir, terpencil, tertinggal, perbatasan dan pulau terluar. Kebutuhan aksesibilitas di kawasan produksi, industri dan outlet Kebutuhan mobilitas di wilayah berkembang dan lintas utama Kebutuhan aksesibilitas domestic connectivity dan mendukung pusat kegiatan ekonomi kreatif Kondisi Jalan Daerah yang belum memadai Cek judul subbab  Potensi dan Permasalahan *) Industri Kreatif : Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 8

Permasalahan Sektor Jalan Lainnya Keselamatan Jalan dan Wawasan Lingkungan yang Belum Memadai Keterbatasan Pendanaan Kualitas SDM yang Kurang Memadai dan Organisasi yang Kurang Efektif dan Optimal Hambatan dalam Proses Pengadaan Tanah Ketersediaan tanah dan alokasi pengadaan tanah terbatas Pelaksanaan di lapangan yang kompleks, kinerja P2T kurang optimal, dan konsinyasi yang berjalan lambat (termasuk proses perijinan dan pemanfaatan tanah milik instansi Pemerintah) Permasalahan Eksternal Lainnya: overloading; penggunaan Rumija tidak semestinya seperti untuk pasar tumpah maupun lahan parkir kendaraan; atau perubahan iklim. Hambatan dalam proses pengadaan tanah  Proses perijinan dimasukkan ke nomor 2 (rewrite) Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 9

Tujuan Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 Menjadi acuan dalam pengalokasian sumber dana yang terbatas pada berbagai kegiatan yang sifatnya strategis untuk pencapaian Visi dan Misi Direktorat Jenderal Bina Marga yang telah ditetapkan. Menjadi acuan seluruh unit kerja di Direktorat Jenderal Bina Marga dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta Visi dan Misi yang telah ditetapkan. Menjadi acuan dalam menilai pencapaian kinerja unit-unit kerja Direktorat Jenderal Bina Marga, yang kemudian akan berakumulasi menjadi pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga secara keseluruhan. Menjadi acuan bagi Direktorat Jenderal Bina Marga dalam mempertanggung jawabkan akuntabilitas kinerjanya. Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 10

Tugas dan Fungsi Ditjen. Bina Marga Direktorat Jenderal Bina Marga mempunyai tugas : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang Bina Marga. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat Jenderal Bina Marga menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan di bidang Bina Marga yang meliputi penyelenggaraan jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan desa; pelaksanaan kebijakan di bidang Bina Marga meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan desa; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Bina Marga dalam penyelenggaraan jalan; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Bina Marga meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan desa; dan pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Marga 11 Sumber: Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi & Tata Kerja Kementerian PU

Visi & Misi Ditjen. Bina Marga 2010-2014 Terwujudnya sistem jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan di seluruh wilayah nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial Misi: Mewujudkan jaringan Jalan Nasional yang berkelanjutan dengan mobilitas, aksesibilitas dan keselamatan yang memadai, untuk melayani pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan kawasan strategis nasional Mewujudkan jaringan Jalan Nasional bebas hambatan antar- perkotaan dan di kawasan perkotaan yang memiliki intensitas pergerakan logistik tinggi yang menghubungkan dan melayani pusat-pusat kegiatan ekonomi utama nasional Memfasilitasi agar kapasitas Pemerintah Daerah meningkat dalam menyelenggarakan jalan daerah yang berkelanjutan dengan mobilitas, aksesibilitas dan keselamatan yang memadai Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 12

Tujuan Ditjen. Bina Marga Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur pekerjaan umum dan pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan daya saing melalui pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan, ketahanan air dan ketahanan energi Sasaran yang diharapkan dicapai selama periode 2010-2014 adalah: Meningkatnya kondisi mantap jaringan jalan nasional menjadi 94% Meningkatkan kapasitas jalan nasional sepanjang 19.370 km. Meningkatnya fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah untuk menuju 60% kondisi mantap. Buat daftar singkatan di awal Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 13

Strategi Pembangunan Preservasi secara Proaktif Strategi Pembangunan dan Peningkatan Kapasitas secara Selektif Prioritas Lintas Utama : Lintim Sumatera Pantura Jawa Linsel Kalimantan Linbar Sulawesi Lintas lainnya Perluasan jaringan jalan, baik pelebaran jalan sub-standar dan pembangunan jalan raya dan jalan bebas hambatan yang dilakukan secara selektif Prioritas Penanganan Berorientasi pada Ruas / Wilayah (sebelumnya Berorientasi jenis Penanganan) Penggunaan Teknologi Tepat Guna Implementasi Teknologi Daur Ulang Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 14

Target Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 dan Capaian 2010-2011 Indikator Tahun 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 Target Capaian Kondisi Mantap (% ) 94.00 87.00 89.00  87.72 90.5  92.50 94.00  Peningkatan Kapasitas (KM) 19.370 2.808 3.708 3.521 4.721 4.414 3.719 Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2010-2014 , LAKIP 2010 dan Konsep LAKIP 2011 15

Rencana Pengembangan Jaringan Jalan (Sesuai Keputusan Menteri PU No. 92/KPTS/M/2011 tentang Perubahan Pertama Atas Keputusan Menteri PU No. 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional) Dalam Km PULAU JALAN NASIONAL JALAN NASIONAL TOL JALAN LINTAS JALAN STRATEGIS NASIONAL RENCANA OPERASI RENCANA Sumatera 11.568,118 42,700 2.805,200 10.079,836 2.284,367 Jawa 5.611,007 697,120 1.675,710 5.867,180 1.973,890 Kalimantan 6.363,639   7,500 8.267,198 1.619.978 Bali-Nusa Tenggara 2.574,085 84,000 2.009,675 1.308,753 Sulawesi 7.799,760 17,650 46,000 7.030,531 1.001,006 Maluku-Papua 4.653,214 6.645,909 3.389,813 TOTAL 38.569,823 757,470 4.618,410 39.900,33 11.577,807 Keterangan: Jalan Lintas Termasuk: Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Strategis Nasional 16

ISU-ISU STRATEGIS BIDANG JALAN II ISU-ISU STRATEGIS BIDANG JALAN

Isu Strategis Penyediaan Jaringan Jalan di Indonesia No. Isu Strategis Rencana Dukungan Ditjen. BM 1. Keamanan & Keutuhan NKRI Penanganan Jalan Kawasan Perbatasan Kalimantan, NTT, Papua, Pulau Terdepan serta 11 Ruas Strategis Papua 2. Pertumbuhan Ekonomi Dukungan Terhadap Masterplan P3EI (Pengembangan 6 Koridor Ekonomi) Penanganan Jalan untuk mendukung Kawasan Strategis (Akses ke Pelabuhan, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, Kawasan Khusus, Kawasan Perkotaan) High Grade Highway (Jalan Bebas Hambatan) Sumatera Jalan Tol Trans Jawa & jalan tol lainnya Penanganan jalan di kawasan perkotaan (metropolitan) 3. Peningkatan Kinerja Penyelenggaraan Jalan Performance-Based Contract, Pilot Project : Demak – Trengguli Ciasem – Pamanukan 18

Dukungan Infrastruktur Jalan Kementerian PU Dukungan Kementerian PU terhadap MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) Sumber : Menko Perekonomian Koridor Ekonomi Dukungan Infrastruktur Jalan Kementerian PU Sumatera Lintas Timur Sumatera dan HGH Sumatera Jawa Lintas Utara Jawa, Tol Trans Jawa dan jalan tol lainnya Kalimantan Lintas Selatan Kalimantan Bali-Nusa Tenggara Lintas Selatan Bali, Jalan Lintas P. Lombok & Sumbawa, Jalan Lintas P. Flores & P. Timor Sulawesi Lintas Barat Sulawesi dan Jalan Tol Makassar 4 Papu-Maluku Lintas P. Seram, P. Buru dan P. Halmahera, Jalan Lintas Utara Papua dan Jalan Penghubung Lintas Papua 19

Konektivitas Nasional BANDARA PELABUHAN MULTIMODA JALAN KERETA API Sumber: Bappenas, 2010, “Strengthening National Connectivity” 20

Jaringan Jalan di Kawasan Perkotaan Sistem jaringan jalan di kawasan perkotaan belum mampu mengikuti dinamika kawasan perkotaan, sehinggga mempengaruhi mobilitas penduduk. Peningkatan jumlah penduduk di kawasan perkotaan. Perluasan kawasan perkotaan tanpa mengenal batas administrasi. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak diimbangi dengan penambahan panjang jalan. Kasus DKI Jakarta: Pertumbuhan panjang jalan hanya ± 0,01% per tahun sedangkan pertumbuhan jumlah kendaraan rata-rata 5 tahun terakhir: 9% per tahun Klasifikasi sistem jaringan jalan di perkotaan berdasarkan sistem primer dan sekunder yang belum memenuhi aturan perundang-undangan yang berlaku. Sistem jaringan jalan yang belum terintegrasi dengan moda transportasi lainnya. 21

Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan Jabodetabek: Prediksi Volume Capacity Ratio Sumber: Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration, 2010 22

Program Strategis 2012 Program Strategis yang dicanangkan adalah : 1. Penyelesaian Jalan Tol di P. Jawa : Penyelesaian Jalan Tol Trans Jawa seksi Solo – Kerosono bagian Pemerintah (60 Km) yaitu seksi Solo – Karanganyar dan Saradan – Kertosono dan Salatiga – Boyolali Penyelesaian Jalan Tol Jabodetabek Pembangunan Jalan Tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan (seksi Cileunyi – Sumedang) 2. High Grade Highway Sumatera yang meliputi: Pembangunan lanjutan Jalan Tol Medan – Kualanamu; Persiapan pembangunan Jalan Tol Medan – Binjai sepanjang 16 Km; Persiapan pembangunan Jalan Tol Palembang – Indralaya 22 km; Persiapan pembangunan Jalan Tol Pekanbaru – Kandis – Dumai sepanjang 135 Km; Persiapan pembangunan Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar sepanjang 150 Km. 3. Pembangunan Jalan Perbatasan 4. Percepatan Pembangunan jalan di Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur 23

RENCANA JANGKA PANJANG DITJEN. BM III RENCANA JANGKA PANJANG DITJEN. BM

Misi Pembangunan Nasional 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional Sumber: RPJPN 2005-2025 25

Pendekatan Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dilaksanakan melalui pendekatan pembangunan regional yang sesuai dengan prinsip “Infrastruktur bagi seluruh lapisan masyarakat” dan “pembangunan berkelanjutan”. Wilayah sedang berkembang (Pemeliharaan dan peningkatan jalan nasional dan melibatkan swasta dengan dukungan Pemerintah) Wilayah telah berkembang (pengembangan jaringan jalan standar tinggi termasuk dengan melibatkan sektor swasta) WIlayah Pengembangan Baru (Pemeliharaan dan pembangunan jalan baru bagi pengembangan wilayah) Sedangkan pendekatan pembangunan dalam rangka penentuan prioritas, dilakukan dengan pendekatan lintas. Jaringan jalan lintas pada dasarnya sudah termuat dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Khusus untuk Pulau Papua, pendekatan prioritas pembangunan yang dipergunakan adalah berdasarkan pendekatan cluster sebagaimana yang tertuang dalam 11 Ruas Strategis Papua. 26

Arah Penyelenggaraan Jalan Kedepan Rencana Pengembangan Jaringan Jalan mengacu pada Rencana Tata Ruang (RTRWN, RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, RTRW Kota) Sistem jaringan jalan berperan dalam pembentuk struktur ruang, penghubung antar lokus ekonomi dan prasarana distribusi barang dan jasa. Ditjen. Bina Marga telah menetapkan penanganan jalan yang memberikan kontribusi signifikan terhadap jalan akses menuju pusat-pusat produksi dan simpul-simpul distribusi seperti pelabuhan laut dan bandara, lokus MP3EI, dukungan Sistranas & Sislognas, membuka keterisolasian kawasan di sekitar perbatasan dan ruas-ruas strategis. 27

Kebijakan Penyelenggaraan Jalan Kedepan Kedepan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga tidak terbatas hanya penyelenggaraan Jalan Nasional saja namun juga meliputi penyelenggaraan jalan secara umum terhadap Jalan Daerah yaitu pengaturan, pembinaan, dan pengawasan (turbinwas). Diperlukan kebijakan dan strategi yang tepat untuk mengubah paradigma business as usual yang selama ini hanya berorientasi kepada Penyelenggaraan Jalan Nasional saja. Terwujudnya jalan yang standar yang telah memenuhi persyaratan laik fungsi dan jalan yang berkeselamatan (safer road). Penyelesaian High Grade Highway Sumatera yang ditargetkan beroperasi sebelum tahun 2020. Pembangunan Jalan di Kawasan Perbatasan yang sedapat mungkin memenuhi Konsep Sabuk Komando di Kalimantan, NTT dan Papua. Peningkatan pelayanan jaringan jalan di kawasan perkotaan melalui integrasi dengan moda transportasi lainnya. Peningkatan Kapasitas SDM & Support System Penerapan PBC (Performance-Based Contract) yang isi kontraknya meliputi: Desain, pekerjaan konstruksi, pelayanan preservasi pada masa desain/konstruksi dan masa pemeliharaan (masa jaminan); Masa jaminan pemeliharaan ditetapkan 5 tahun, dan; Diterapkan indikator kinerja untuk pelayanan preservasi 28

LAMPIRAN

Ruas-ruas High Grade Highway Sumatera 30

Rute Jalan Paralel Perbatasan Kalimantan Jalan Paralel Perbatasan sepanjang Tamajuk – Sei Ular Panjang Jalan Paralel Perbatasan Kalimantan 1.755 Km FS Jalan Paralel Perbatasan dan Menuju Pos Lintas Batas -2011, DED dan Dokumen Lingkungan belum ada Trase terpilih telah mempertimbangkan Aspek Pertahanan Keamanan, Kondisi Topografi, Lingkungan dan Sosial/Kesejahteraan Masyarakat Kebutuhan dana alokasi untuk penyelesaian pembangunan Jalan Paralel Perbatasan sebesar Rp. 7.7 Trilyun. 3 2 1 Pos Lintas Batas (PLB) Heart of Borneo Alinyemen yang ekstrim 1 : Danau Sentarum National Parka 2 : Taman Nasional Betung Kerihun 3 : TN Kayan Mentarang Rencana Trase Jalan Sejajar Perbatasan Alternatif jangka panjang tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan, Kesejahteraan masyarakat dan resiko dinamika politik yang berdampak pada pertahanan keamanan. 31

9 RUAS JALAN TOL LINTAS JAWA PRIORITAS UTAMA Jalan Tol Trans Jawa Bandung Jawa Barat Jakarta Serang Surabaya Yogyakarta Semarang DKI Banten DIY Jawa Tengah Jawa Timur Kertosono Mojokerto Pejagan Pemalang Batang Cikampek Palimanan Solo Ngawi Pasuruan Probolinggo Banyuwangi Kanci Sukabumi Ciranjang Demak Malang Pandaan Gempol Bogor 288 KM 177,12 KM 76,77 KM (K) 9 RUAS JALAN TOL LINTAS JAWA PRIORITAS UTAMA 617 KM 75,7 KM 1 2 4 3 6 5 7 8 9 Keterangan : : Operasi : Pengadaan tanah dan Konstruksi : Persiapan PPJT 32

Jalan Tol Jabodetabek 33 No Ruas Panjang (Km) JORR 2 1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 17 7 16 15 8 No Ruas Panjang (Km) JORR 2 Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran 15,22 Kunciran - Serpong 11,19 Serpong – Cinere 10,14 Cinere – Jagorawi 14,64 Jagorawi (Cimanggis) – Cibitung 25,39 Cibitung – Cilincing 33,93 Lainnya Depok – Antasari 21,55 Bekasi – Cawang – Kp. Melayu 21,04 Bogor Ring Road 11,00 No Ruas Panjang (Km) 6 Ruas Dalam Kota Jakarta Sunter - Pulo Gebang 10,80 Rawa Buaya – Sunter 22,80 Kemayoran – Kp. Melayu 9,64 Kp. Melayu – Tomang – Duri Pulo 11,38 Ulujami – Tanah Abang 8,27 Pasar Minggu - Casablanca 9,55 JORR W2 Utara 7,00 Akses Tanjung Priok 17,00 9 10 11 12 13 14 15 7 16 8 17 33