KEMENTERIAN KEUANGAN RI

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERATURAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2009.
Advertisements

SOP PPID DAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK
KOORDINASI BAWAS - BPKP : PENINGKATAN KUALITAS LK TA.2011
PERATURAN MENTERI ESDM No. 38 TAHUN 2013
PERMOHONAN HAK UJI MATERI PP 04 TAHUN 2010
PENGATURAN LABEL PRODUK PANGAN DAN NON PANGAN DALAM RANGKA PENGUATAN PASAR DOMESTIK dr. Bayu khrisnamurti wakil menteri KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI 11.
TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN APBN PADA SATUAN KERJA
UNTUK MENJADI BADAN HUKUM
TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENUKARAN dan PENGGANTIAN UANG CACAT/RUSAK
Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
BAB II Proses Pembentukan Undang-Undang
KEBIJAKAN BIRO HUKUM DAN KLN DALAM BIDANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL
LEMBAGA HUKUM JAMINAN HUTANG Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N
SOSIALISASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL.
MATERI 8 HUKUM PERUSAHAAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2010 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 19/PJ/2010 Tentang PENETAPAN SATU TEMPAT ATAU LEBIH SEBAGAI TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN.
TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA
KEBIJAKAN KEWAJIBAN PENCANTUMAN LABEL PADA BARANG
Kewajiban pencatatan pajak M-2
PEMINDAHAN HAK DENGAN INBRENG
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)
UU 21/2000 (SP/SB) Penjelasan Umum Ayat (1)
Universitas Gadjah Mada
LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD NRI TAHUN 1945 UUD 1945 KY DPR DPD MPR BPK
SUNSET POLICY.
Uu-ite-2008 Republic of Indonesia.
UNDANG – UNDANG NO. 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBN
Mekanisme Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satker BLU
Materi Ke-1: Sejarah Bentuk dan Proses Legislasi di Indonesia
PENYANDERAAN/PAKSA BADAN (GIZJELING) DAN KEBERATAN
Pengelolaan Dana Hibah
DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DAN IZIN LINGKUNGAN
Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS, SH, MH
SELAMAT BERJUMPA SELAMAT BERJUMPA.
Tentang Keuangan Negara
ASPEK HUKUM USAHA WARALABA
BANK INDONESIA PERTEMUAN 3.
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL Tahun Anggaran 2011
Aspek Kerahasiaan dalam kegiatan Perusahaan
Bank Sentral : Lembaga keuangan Negara yang mempunyai wewenang untuk Mengeluarkan alat pembayaran yang sah, Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter,
BANK INDONESIA Oleh ERVITA SAFITRI.
7. Bank Indonesia Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
RAHASIA BANK Materi Kuliah.
Disampaikan pada acara :
PENDAFTARAN TANAH Pendaftaran Tanah (Pasal 1 angka 1 PP No.24 Th 1997)
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)
Pertemuan ke-2 BANK SENTRAL.
UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2014
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN MATERI DASAR HUKUM PENYIDIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DIKLAT TEKNIS PENGAWASAN.
Bank Sentral Lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan.
Direktorat Pelayanan Komunikasi Masyarakat 2016
legal aspek produk teknik informatika & komunikasi -PATEN ( 2) -
PENCABUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN
Presiden dan DPR.
UU REPUBLIK INDONESIA NO
Fungsi, Wewenang, dan Hak
Kewenangan DJBC Kewenangan Administratif: Kewenangan Yudikatif:
TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA
Bank Sentral : Lembaga keuangan Negara yang mempunyai wewenang untuk Mengeluarkan alat pembayaran yang sah, Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter,
Peraturan Pemerintah Republik INDONESIA Nomor 1 tahun 1970
DESAIN INDUSTRI, RAHASIA DAGANG dan DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK
“Undang-undang no.18 tahun 2009” “Bab XI - bab XIII”
Transcript presentasi:

KEMENTERIAN KEUANGAN RI UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG KEMENTERIAN KEUANGAN RI

LANDASAN FILOSOFIS Mata uang merupakan alat pembayaran yang sah (legal tender), alat pengukur harga, dan simbol Kenegaraan. Sebagai perwujudan dari Mata Uang merupakan simbol Kenegaraan, tercermin dari ciri-ciri uang kertas dan uang logam yaitu antara lain gambar lambang negara “Garuda Pancasila” dan kalimat “Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Dengan demikian, sudah sepantasnya Pemerintah menjadi pihak yang menandatangani Uang Kertas Rupiah bersama BI.

TAHAPAN PENGELOLAAN UANG KEGIATAN PERENCANAAN: Asumsi Pertumbuhan Ekonomi. Asumsi Tingkat Inflasi. Diskusi dengan pihak Perbankan dan Pemerintah. Jumlah Rupiah rusak dan ditarik dari peredaran. Rencana Harga, Macam, dan proyeksi jumlah Rupiah yang perlu dicetak. Penetapan Ciri, Desain, dan Bahan Rupiah. Penentuan jumlah Rupiah yang akan dicetak. KEGIATAN PENCETAKAN: Penyampaian order cetak kepada BUMN (PERURI). PERURI membuat proof cetak. PERURI melakukan pencetakan Rupiah. Hasil cetak dikirim ke Gudang BI. KEGIATAN PENGELUARAN: Pengeluaran Rupiah Baru. Pengumuman pengeluaran Rupiah baru. Pengeluaran Rupiah dicantumkan dalam Lembar Negara dan diumumkan dalam Media Massa. KEGIATAN PENGEDARAN: Pengiriman Rupiah ke Cabang. Pengedaran Rupiah kepada masyarakat. Pengedaran Rupiah sesuai dengan kebutuhan jumlah Rupiah beredar. KEGIATAN PENCABUTAN: Perencanaan pencabutan Pecahan Rupiah tertentu. Penetapan kriteria penggantian atas Rupiah yang dicabut. Pengumumuman Pencabutan Rupiah. Pencabutan Rupiah dicantumkan dalam Lembaran Negara dan diumumkan di Media Massa. Pencabutan Rupiah. KEGIATAN PENARIKAN: Penarikan Rupiah dicantumkan dalam Lembaran Negara dan diumumkan di Media Massa. Penetapan kriteria penggantian atas Rupiah yang ditarik Penarikan Rupiah yang dicabut dan rusak dalam peredaran. Ditempatkan dalam gudang BI. KEGIATAN PEMUSNAHAN: Penetapan kriteria Rupiah yang dimusnahkan. Pemusnahan Rupiah yang ditarik dari peredaran. Pemusnahan jumlah dan nilai nominal Rupiah dicantumkan dalam Lembar Negara. PENGELOLAAN RUPIAH PERENCANAAN PENCETAKAN PENGELUARAN PENGEDARAN PENCABUTAN PENARIKAN PEMUSNAHAN SEPENUHNYA DILAKUKAN BANK INDONESIA DILAKUKAN BI BERSAMA PEMERINTAH: Penandatanganan Rupiah Kertas (Psl 5 Ayat 1 huruf d.) Penetapan Gambar Pahlawan dengan Keputusan Presiden (Psl 7) DILAKUKAN BI BERKOORDINASI DENGAN PEMERINTAH: Penetapan Pecahan Rupiah/Denominasi Rupiah (Psl 3) Penentuan bahan baku Rupiah (Psl 9). Rencana tentang macam dan harga Rupiah (Psl 13 ) Proyeksi jumlah Rupiah yang perlu dicetak (Psl 13) Jumlah Rupiah yang rusak dan yang ditarik dari peredaran (Psl 13) DILAKUKAN BI: Kewenangan pencetakan Rupiah (Psl 14) Penyampaian order cetak kepada BUMN (PERURI). (Psl 14) Pencetakan Rupiah dilaksanakan dengan menunjuk BUMN yang bergerak di bidang Pencetakan Rupiah.(Psl 14) Dalam hal BUMN tidak sanggup, Pencetakan Rupiah dilaksanakan oleh BUMN bekerja sama dengan lembaga lain yang ditunjuk melalui proses yang transparan dan akuntabel. (Psl 14) DILAKUKAN BI: Penetapan kriteria Rupiah yang dimusnahkan. (Psl 18 Ayat 3) Pemusnahan jumlah dan nilai nominal Rupiah dicantumkan dalam Lembaran Negara. (Psl 18 Ayat 2) DILAKUKAN BI BERKOORDINASI PEMERINTAH: Pemusnahan Rupiah yang ditarik dari peredaran (Psl 18 Ayat 1)

UU NOMOR 7 TAHUN 2011 Pengaturan mengenai macam dan harga mata uang telah diamanatkan dalam Pasal 23B UUD 1945 dalam bentuk undang-undang. RUU tentang Mata Uang merupakan inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat melalui surat Ketua DPR RI kepada Presiden RI Nomor: LG.01.02/2166/DPR RI/III/2010 tanggal 18 Maret 2010. Presiden melalui surat Nomor: R-22/Pres/03/2010 tanggal 26 Maret 2010 telah menunjuk Menteri Keuangan dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk mewakili pemerintah dalam pembahasan RUU tentang Mata Uang dengan DPR RI.

LANJUTAN….. RUU Mata Uang ditetapkan menjadi bagian dari RUU yang diprioritaskan pembahasannya sesuai keputusan DPR No. 41 B/DPR-RI/II/2009-2010 tentang Prolegnas RUU Prioritas tahun 2010. RUU Mata Uang disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang dalam sidang paripurna pada tanggal 31 Mei 2011 dan berlaku efektif pada tanggal diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia pada tanggal 28 Juni 2011.

SISTEMATIKA UU MATA UANG BAB I KETENTUAN UMUM BAB II MACAM DAN HARGA RUPIAH BAB III CIRI, DESAIN, DAN BAHAN BAKU RUPIAH BAB IV PENGELOLAAN RUPIAH BAB V PENGGUNAAN RUPIAH BAB VI PENUKARAN RUPIAH BAB VII LARANGAN BAB VIII PEMBERANTASAN RUPIAH PALSU BAB IX PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA TERHADAP RUPIAH BAB X KETENTUAN PIDANA BAB XI KETENTUAN PERALIHAN BAB XII KETENTUAN PENUTUP

BAB I KETENTUAN UMUM Mata Uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Rupiah. Uang adalah alat pembayaran yang sah. Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah seluruh wilayah teritorial Indonesia, termasuk kapal dan pesawat terbang yang berbendera Republik Indonesia, Kedutaan Republik Indonesia, dan kantor perwakilan Republik Indonesia lainnya di luar negeri.

LANJUTAN….. Ciri Rupiah adalah tanda tertentu pada setiap Rupiah yang ditetapkan dengan tujuan untuk menunjukkan identitas, membedakan harga atau nilai nominal, dan mengamankan Rupiah tersebut dari upaya pemalsuan. Kertas Uang adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat Rupiah kertas yang mengandung unsur pengaman dan yang tahan lama. Logam Uang adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat Rupiah logam yang mengandung unsur pengaman dan yang tahan lama. Rupiah Tiruan adalah suatu benda yang bahan, ukuran, warna, gambar, dan/atau desainnya menyerupai Rupiah yang dibuat, dibentuk, dicetak, digandakan, atau diedarkan, tidak digunakan sebagai alat pembayaran dengan merendahkan kehormatan Rupiah sebagai simbol negara.

LANJUTAN….. Rupiah Palsu adalah suatu benda yang bahan, ukuran, warna, gambar, dan/atau desainnya menyerupai Rupiah yang dibuat, dibentuk, dicetak, digandakan, diedarkan, atau digunakan sebagai alat pembayaran secara melawan hukum. Pengelolaan Rupiah adalah suatu kegiatan yang mencakup Perencanaan, Pencetakan, Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan dan Penarikan, serta Pemusnahan Rupiah yang dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan menetapkan besarnya jumlah dan jenis pecahan berdasarkan perkiraan kebutuhan Rupiah dalam periode tertentu. Pencetakan adalah suatu rangkaian kegiatan mencetak Rupiah. Pengeluaran adalah suatu rangkaian kegiatan menerbitkan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

LANJUTAN….. Pengedaran adalah suatu rangkaian kegiatan mengedarkan atau mendistribusikan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pencabutan dan Penarikan adalah rangkaian kegiatan yang menetapkan Rupiah tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemusnahan adalah suatu rangkaian kegiatan meracik, melebur, atau cara lain memusnahkan Rupiah sehingga tidak menyerupai Rupiah. Penyidik adalah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana. Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.

BAB II MACAM DAN HARGA RUPIAH Mata Uang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Rupiah. Macam Rupiah terdiri atas Rupiah kertas dan Rupiah logam dan disimbolkan dengan Rp. Harga Rupiah merupakan nilai nominal yang tercantum pada setiap pecahan Rupiah. Satu Rupiah adalah 100 (seratus) sen. Pecahan Rupiah ditetapkan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan Pemerintah. Dalam menetapkan pecahan Rupiah, Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah memperhatikan kondisi moneter, kepraktisan sebagai alat pembayaran, dan/atau kebutuhan masyarakat. Perubahan harga Rupiah diatur dengan Undang-Undang.

BAB III CIRI, DESAIN DAN BAHAN BAKU RUPIAH Ciri Rupiah terdiri atas ciri umum dan ciri khusus. Ciri umum Rupiah kertas paling sedikit memuat: gambar lambang negara ”Garuda Pancasila”; frasa ”Negara Kesatuan Republik Indonesia”; sebutan pecahan dalam angka dan huruf sebagai nilai nominalnya; tanda tangan pihak Pemerintah dan Bank Indonesia; nomor seri pecahan; teks ”DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MENGELUARKAN RUPIAH SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DENGAN NILAI …”; dan tahun emisi dan tahun cetak.

LANJUTAN….. 2) Ciri umum Rupiah logam paling sedikit memuat: gambar lambang negara ”Garuda Pancasila”; frasa ”Republik Indonesia”; sebutan pecahan dalam angka sebagai nilai nominalnya; dan tahun emisi. 3) Setiap pecahan Rupiah selain memiliki ciri umum sebagaimana dimaksud pada poin (1) dan ayat (2) juga memiliki ciri khusus sebagai pengaman yang terdapat pada desain, bahan, dan teknik cetak. 4) Ciri khusus sebagaimana dimaksud pada poin (3) bersifat terbuka, semi tertutup, dan tertutup.

LANJUTAN….. Rupiah kertas dan Rupiah logam tidak memuat gambar orang yang masih hidup. Gambar pahlawan nasional dan/atau Presiden dicantumkan sebagai gambar utama pada bagian depan Rupiah. Penggunaan gambar pahlawan nasional diperoleh Pemerintah dari instansi resmi yang bertanggung jawab dan berwenang menatausahakan gambar dimaksud dan memperoleh persetujuan dari ahli waris. Gambar pahlawan nasional dan/atau Presiden ditetapkan dengan Keputusan Presiden

BAB IV PENGELOLAAN RUPIAH Dalam setiap tahapan pengelolaan dapat dilakukan oleh BI atau BI bersama Pemerintah. 6 (enam) tahap pengelolaan Rupiah: Perencanaan; Pencetakan; Pengeluaran; Pengedaran; Pencabutan dan Penarikan; dan Pemusnahan.

KOORDINASI BI-PEMERINTAH Bank Indonesia melakukan Koordinasi dengan Pemerintah dalam beberapa hal, yaitu: No Pasal Penjelasan 1. Pasal 3 ayat (3) Penentuan pecahan nilai Rupiah. Berkoordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini bertujuan untuk pemberitahuan dan pertukaran informasi sebagai bahan pertimbangan. 2. Pasal 9 Penentuan Bahan Baku Rupiah. Yang dimaksud dengan “berkoordinasi” adalah Bank Indonesia memberitahukan spesifikasi teknis dan ciri bahan baku Rupiah kepada badan yang mengoordinasikan pemberantasan Rupiah Palsu dalam upaya mencegah dan memberantas Rupiah Palsu, demikian pula badan yang mengoordinasikan pemberantasan Rupiah Palsu dapat memberikan masukan tentang aspek keamanan bahan baku Rupiah kepada Bank Indonesia.

LANJUTAN…… No Pasal Penjelasan 3. Pasal 11 ayat (2) Pengelolaan Rupiah yang meliputi tahap Perencanaan, Pencetakan, dan Pemusnahan. Berkoordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini bertujuan untuk pemberitahuan dan pertukaran informasi sebagai bahan pertimbangan. 4. Pasal 13 ayat (1) Perencanaan dan Penentuan jumlah Rupiah yang dicetak. Yang dimaksud dengan “berkoordinasi” diwujudkan dalam bentuk pertukaran informasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah, antara lain terkait dengan asumsi tingkat inflasi, asumsi pertumbuhan ekonomi, rencana tentang macam dan harga Rupiah, proyeksi jumlah Rupiah yang perlu dicetak, serta jumlah Rupiah yang rusak dan yang ditarik dari peredaran 5. Pasal 18 ayat (1) Pemusnahan Rupiah yang telah ditarik. Berkoordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini diwujudkan dalam bentuk nota kesepahaman antara Bank Indonesia dan Pemerintah yang berisi teknis pelaksanaan Pemusnahan Rupiah, termasuk pembuatan berita acara Pemusnahan Rupiah.

BAB V PENGGUNAAN RUPIAH Rupiah wajib digunakan dalam: setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran; penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

LANJUTAN…. Kewajiban penggunaan Rupiah tidak berlaku bagi: transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara; penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri; transaksi perdagangan internasional; simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau transaksi pembiayaan internasional.

BAB VI PENUKARAN RUPIAH Penukaran Rupiah dapat dilakukan dalam pecahan yang sama atau pecahan yang lain; dan/atau penukaran Rupiah yang lusuh dan/atau rusak sebagian karena terbakar atau sebab lainnya dilakukan penggantian dengan nilai yang sama nominalnya. Penukaran Rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia, bank yang beroperasi di Indonesia, atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

BAB VII LARANGAN Dalam Pasal 23 dinyatakan bahwa: (larangan menolak Rupiah) Dalam Pasal 23 dinyatakan bahwa: Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah, dan/atau untuk transaksi keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali karena terdapat keraguan atas keaslian Rupiah. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk pembayaran atau untuk penyelesaian kewajiban dalam valuta asing yang telah diperjanjikan secara tertulis.

LANJUTAN….. Setiap orang dilarang: (larangan meniru dan merusak Rupiah) Setiap orang dilarang: Meniru Rupiah, kecuali untuk tujuan pendidikan dan/atau promosi dengan memberi kata spesimen. Menyebarkan atau mengedarkan Rupiah Tiruan. Merusak, memotong, menghancurkan, dan/atau mengubah Rupiah dengan maksud merendahkan kehormatan Rupiah sebagai simbol negara. Membeli atau menjual Rupiah yang sudah dirusak, dipotong, dihancurkan, dan/atau diubah. Mengimpor atau mengekspor Rupiah yang sudah dirusak, dipotong, dihancurkan, dan/atau diubah.

LANJUTAN….. Setiap orang dilarang: Memalsu Rupiah. (larangan memalsu Rupiah) Setiap orang dilarang: Memalsu Rupiah. Menyimpan secara fisik dengan cara apa pun yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu. Mengedarkan dan/atau membelanjakan Rupiah yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu. Membawa atau memasukkan Rupiah Palsu ke dalam dan/atau ke luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengimpor atau mengekspor Rupiah Palsu.

LANJUTAN….. (larangan terkait dengan alat pencetak Rupiah palsu) Setiap orang dilarang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor, mengekspor, menyimpan, dan/atau mendistribusikan mesin, peralatan, alat cetak, pelat cetak, atau alat lain yang digunakan atau dimaksudkan untuk membuat Rupiah Palsu. Setiap orang dilarang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor, mengekspor, menyimpan, dan/atau mendistribusikan bahan baku Rupiah yang digunakan atau dimaksudkan untuk membuat Rupiah Palsu.

BAB VIII PEMBERANTASAN RUPIAH PALSU Pemberantasan Rupiah Palsu dilakukan oleh Pemerintah melalui suatu badan yang mengoordinasikan pemberantasan Rupiah Palsu, badan tersebut terdiri atas unsur: Badan Intelijen Negara; Kepolisian Negara Republik Indonesia; Kejaksaan Agung; Kementerian Keuangan; dan Bank Indonesia.

LANJUTAN…… Kewenangan untuk menentukan keaslian Rupiah berada pada Bank Indonesia. Bank Indonesia memberikan informasi dan pengetahuan mengenai tanda keaslian Rupiah kepada masyarakat. Masyarakat dapat meminta klarifikasi dari Bank Indonesia tentang Rupiah yang diragukan keasliannya.

BAB IX PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA TERHADAP RUPIAH Pemeriksaan tindak pidana terhadap Rupiah dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini. Alat bukti dalam perkara tindak pidana terhadap Rupiah meliputi: alat bukti yang diatur dalam Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana; dan alat bukti yang diatur dalam Undang-Undang ini, yaitu: barang yang menyimpan gambar, suara dan film, baik dalam bentuk elektronik maupun optik, dan semua bentuk penyimpanan data; dan/atau data yang tersimpan dalam jaringan internet atau penyedia saluran komunikasi lainnya.

BAB X KETENTUAN PIDANA Setiap orang yang melanggar ketentuan mengenai: kewajiban pengunaan Rupiah; dan larangan. dikenai pidana berupa pidana kurungan/penjara dan pidana denda.

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Rupiah Kertas dengan ciri umum mulai berlaku, dikeluarkan, dan diedarkan pada tanggal 17 Agustus 2014. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Rupiah kertas dan Rupiah logam yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belum dicabut dan ditarik dari peredaran.

BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, peraturan perundang-undangan yang ada dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang- Undang ini. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, ketentuan BAB X Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang pemalsuan Mata Uang dan uang kertas dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

(ketentuan yang dicabut oleh UU Nomor 7 Tahun 2011) LANJUTAN…. (ketentuan yang dicabut oleh UU Nomor 7 Tahun 2011) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Pasal 2, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. (Pasal 46)

(peraturan pelaksanaan dan keberlakuan UU Nomor 7 tahun 2011) LANJUTAN…. (peraturan pelaksanaan dan keberlakuan UU Nomor 7 tahun 2011) Peraturan perundang-undangan sebagai peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus sudah ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang- Undang ini diundangkan. Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu pada tanggal 28 Juni 2011.

LAIN-LAIN

PERATURAN PELAKSANAAN AMANAT UU NO. 7 TAHUN 2011 No Pasal Penjelasan 1. Pasal 10 Ketentuan lebih lanjut mengenai ciri, desain, dan kriteria bahan baku Rupiah diatur dengan Peraturan Bank Indonesia. Cukup jelas 2. Pasal 16 ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengedarkan Rupiah diatur dengan Peraturan Bank Indonesia. 3. Pasal 17 ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria penggantian atas Rupiah yang dicabut dan ditarik diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

(Peraturan Pelaksanaan Amanat UU Nomor 7 Tahun 2011) LANJUTAN…. (Peraturan Pelaksanaan Amanat UU Nomor 7 Tahun 2011) No Pasal Penjelasan 4. Pasal 22 ayat (3) Kriteria Rupiah yang lusuh dan/atau rusak yang dapat diberikan penggantian diatur dengan Peraturan Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan “Rupiah yang lusuh” adalah Rupiah yang ukuran dan bentuk fisiknya tidak berubah dari ukuran aslinya, tetapi kondisinya telah berubah yang antara lain karena jamur, minyak, bahan kimia, atau coretan. Yang dimaksud dengan “Rupiah yang rusak” adalah Rupiah yang ukuran atau fisiknya telah berubah dari ukuran aslinya yang antara lain karena terbakar, berlubang, hilang sebagian, atau Rupiah yang ukuran fisiknya berbeda dengan ukuran aslinya, antara lain karena robek atau uang yang mengerut. 5. Pasal 28 ayat (3) Ketentuan mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab badan (Botasupal) diatur dengan Peraturan Presiden. Cukup jelas.