NUTRISI, IMUNITAS DAN PENYAKIT AUTO IMUN

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
DASAR DIETETIK untuk pasieN
Advertisements

Darwis Dosen Jurusan Gizi
Matrissya Hermita Biopsikologi UG
Hipertensi (Darah Tinggi)
Hiperurisemia (Asam Urat Berlebih)
Disusun oleh: Isni Fitria (13) Qory Deswara (21)
HIPERTIROID Ana Fitriani ANA FITRIANI ( )
SINDROM NEFROTIK IGNATIUS WARSINO.
Penderita Asam Urat Lebih Banyak Lelaki
KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN GLOMERULUSNEFROTIK KRONIK
ASUHAN KEPERAWATAN KOMA MIKSEDEMA
PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS
R BAYU KUSUMAH N SISTEM IMUN. Adalah kemampuan untuk membunuh patogen atau bahan asing lain dan untuk mencegah berlanjutnya kasus penyakit akibat infeksi.
Akibat Gangguan Sirkulasi Perifer dan Akibat Kelainan Darah
Asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi hiv – aids
Ns. Yani Sofiani, M. Kep., SpKMB
ASKEP PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR NUTRISI
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
Oleh : dr. Irfan Rahmanto
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
PENGENALAN PENYAKIT GLOMERULONEPHRITIS DAN SYSTITIS
PENYAKIT GINJAL Kelompok 10 : Nisatin Asila (D )
“(SISTEM PERTAHANAN TUBUH)”
Kelainan pada Sistem Pertahanan Tubuh
PEMANFAATAN MIKROBA BAKTERI Lactobacillus sp PADA BIDANG KESEHATAN
Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
GIZI PADA IBU HAMIL DAN KOMPLIKASINYA
GIZI IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN
PATOFISIOLOGI SEMESTER IV -14.
PENGKAJIAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Idiopatik Diabetes Mellitus (DM)
HIPERSENSITIFITAS Lisa Andina, S.farm, Apt..
HIPERTIROID By Ninis Indriani.
Sindrom Guillain–Barré
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN PENDARAHAN DILUAR HAID
HIPERSENSITIVITAS TYPE III
SEMESTER IV - 13.
Apsari tri respati ( ) Siti Fatimah ( )
Kelompok 1 Adinda Riski P. P. (P )
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TUBERCULOSIS MILLER
ASKEP GLOMERULONEFRITIS
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
GIZI UNTUK LANSIA TRIWIDIARTI
Artritis Reumatoid Juvenil
GOUT Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS.
DIABETES MELITUS Oleh Firda ayuningtyas Farhaniatullael F.S
Tanda dan Gejala Anafilaksis
Atika Yasmine Wulandari Herlinda Puspitasari
SEROSIS HEPATIS Ariana. D
ASKEP COLITIS ULSERATIF
MACAM-MACAM ZAT MAKANAN
Kemampuan Patogen Menghindari Respon Imun
HIPERTENSI.
 Radang mukosa mulut atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan.  Bercak ini dapat berupa.
ADAPTASI A. Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan.
Oleh : ERIKA NUR SAPFUTRI NPM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN BANJARMASIN,
GANGGUAN HAID DAN SIKLUSNYA
DR. FARAH m. RIDWAN, SP.PD (promosi kesehatan 24 mei 2017)
SINDROM NEFROTIK Oleh: Aidan.
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
Ns. Yanti Rostianti, S.Kep, M.SI
CEREVASKULER ATTACK (CVA)
Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah nyeri Ahmad Zaini Arif. S.Kep., Ns.
Kelompok V.  Riwayat Kesehatan masa lalu Secara khusus kita akan bertanya tentang masalah yang terjadi sebelumnya  Anemia, Gangguan perdarahan Melakukan.
Asam urat adalah penyakit yang berasal dari sisa metabolisme zat purin dari sisa makanan yang kita konsumsi secara berlebihan.
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
Apakah Diabetes itu ? Diabetes merupakan keadaan yang timbul karena ketidakmampuan tubuh mengolah karbohidrat/glukosa akibat kurangnya jumlah insulin.
Hepatitis Teresa Ejahdan. HATI Dimana letak Hati?
Transcript presentasi:

NUTRISI, IMUNITAS DAN PENYAKIT AUTO IMUN Ns. HENDRI BUDI, S.Kep

Nutrisi dan Imunitas Gizi seimbang  imunitas baik Defisiensi Kalori  mudah terkena infeksi Protein  me  fagositosis (dengan zat bakteriolisin) Vitamin dan mineral  thd sel T, B, makrofag, neutrofil Nutrisi yang berlebihan Mudah terkena infeksi Gizi seimbang  imunitas baik

ZAT-ZAT NUTRISI ? BASAL METABOLISME RATE (BMR) KEBUTUHAN KALORI /ZAT NUTRISI ? KEP ? KEKURANGAN ENERGI PROTEIN MARAMUS/ KWARSIOKOR

JENIS-JENIS LEUKOSIT (HITUNG JENIS LEUKOSIT) NETROFIL BASOFIL EUSINOFIL LIMFOSIT MONOSIT INFEKSI -- LEUKOSITOSIS (n ; 6000 S.D 10.000/MM3

Pengaruh defisiensi vitamin dan mineral terhadap imunitas   Vitamin A Thiamin Riboflavin B6 B12 Biotin Asam pantotenat Asam folat C D E Niasin dan triptofan Sel T  +++   +++ ++ Sel B   +++ ++ + Makrofag   ++ Neutrofil   ++ +

Pengaruh defisiensi vitamin dan mineral terhadap imunitas Sel T   +++ ++ Sel B   + ++ Makrofag   ++ Neutrofil   +++ ++   Mineral Seng Besi Tembaga Magnesium Selenium

BERAT BADAN IDEAL (TB – 100) – (10% (TB – 100) ) BERAT BADAN NORMAL ? 10 % BBI ------ < BBI >------ 10 % BBI

Pengaruh pemberian nutrisi berlebihan terhadap imunitas Status gizi Obesitas Hiperkolesterolemia Peningkatan asam lemak tidak jenuh   Hiperlipoproteinemia Hiperglikemia Imunitas Menurunkan kemampuan imunitas seluler. Menurunkan fungsi limfosit. Menurunkan kemampuan rejeksi graf. Menekan hipersensitivitas tipe lambat. Menurunkan respon transformasi blast sel T. Menurunkan kemampuan fagositosis.

Masalah Gizi Perawat Permasalahan Pasien Keluarga Masyarakat Gizi kurang Gizi lebih Therapeutic Nutrition

Perilaku yang Tidak Sehat Merokok Minum alkohol Makan makanan yang mengandung lemak tinggi Hubungan seks yang tidak aman Dan lain-lain

Penyakit dan Imunitas Beberapa penyakit menurunkan imunitas Infeksi Virus Sementara: influenza, herpes, morbili, CMV Lama dan progresif: HIV Kanker Keadaan lanjut  menjadi lebih nyata Penyakit Kronik DM, sirosis hati, GGK, TB, lepra

Pathmakanthan S. , Hawkey CJ. Story process in gastrointestinal tract

Pathmakanthan S. , Hawkey CJ. Story process in gastrointestinal tract

Schematic representation of Three Main Components of Mucosal Immune Defense Miller K., Nicklin S. Immunology of the Gastrointestinal Tract Vol 1. 1987

Status Imun pada Usia Lanjut Produksi mucus menurun Antibodi pada airmata menurun Mekanisme batuk menjadi tak efektif Gangguan pengaturan suhu Perubahan Fungsi sel Limfosit T Produksi IL-2 menurun Respons imun humoral menurun Kadar antibody serum menurun Peningkatan produksi otoantibodi Peningkatan Faktor Rematoid Peningkatan antibody antinuclear Peningkatan kompleks imun  

AUTOIMUN DISEASE : Reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri. Kehilangan toleransi diri (self tolerance) menyebabkan sel-sel sistem imun mengenal antigen tubuh sendiri sebagai asing. A. Penyakit autoimun organ B. Penyakit Autoimun Sistemik.

AUTOIMUN DISEASE A. Penyakit autoimun organ 1. Autoimune hemolytic anemia (AHA) 2. Tyroiditis Hashimoto. 3. Penyakit Grave 4. SINDROM SJOGREN. 5. Polimiositis / dermatomiositis B. Penyakit Autoimun Sistemik.

AUTOIMUN DISEASE Penyakit autoimun organ. 1. Autoimune hemolytic anemia (AHA) : ok destruksi oleh antibodi terhadap antigen pada permukaan erythrosit (autoantibodi antierytrosit) 2. Tyroiditis Hashimoto. - Sebagian besar eutiroid, tetapi dapat juga hipotiroid / hipertiroid. - Dijumpai : Autoantibodi anti tiroglobulin. Infiltrasi limfosit, makrofag, sel plasma dalam kelenjar  membentuk folikel limfoid

3. Penyakit Grave : Toxic goiter /exopthalmic goiter dijumpai Antibodi (Long acting Thyroid stimulator : LATS / TSAb = Thyroid Stimulating AB) terhadap reseptor (TSH) pada permukaan tiroid  merangsang kelenjar tiroid. = T3 dan T4 >>>. 4. SINDROM SJOGREN. ditandai : keratokonjungtivitis sikka (mata kering ) ,xerostomia (mulut kering) 40 % : bentuk primer 60 % berhubungan : RA, SLE, skleroderma, (darah = RF, ANA). PA : infiltrasi sel B, sel T periductal lacrimal + hiperplasi ep + obstruksi lumen  atrofi asiner, fibrosis dan perlemakan

5. Polimiositis / dermatomiositis Poliomisitis : peradangan otot skelet diperantarai kel. Imunologik. Klinik : kelemahan otot bil. Simetrik (kas : prox > dulu) Ok kerusakan serabut otot oleh sel T sitotoxic yang memasuki dan mengitari serabut otot. II. Penyakit Autoimun Sistemik 1. SLE (Sistemik Lupus Eritematosus) Penyakit demam sistemik, kronik, berulang, dengan gejala berhubungan dengan semua jaringan (terutama sendi, kulit, membran serosa) Perjalanan klinis bervariasi Kadang gejala minimal  sembuh tanpa pengobatan. Sebagian besar : kambuh berulang  remisi : dapat dipertahankan dengan imunosupresan. Ketahanan hidup 10 tahun = + 70 %

Imunopatogenesis, Penatalaksanaan dan Asuhan Keperawatan Penyakit Autoimun Lupus Eritematosus Sistemik : Imunopatogenesis, Penatalaksanaan dan Asuhan Keperawatan

Definisi SLE adalah penyakit peradangan kronik multisistem yg dihubungkan dg ketidaknormalan sistem imun. SLE berpengaruh pd kulit, persendian & membran serosa (pleura, perikardium), jantung, ginjal, sistem hematologi & neurologi (Lewis et al, 2004)

Lupus eritematosus sistemik (LES) Penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari yang ringan sampai berat . Pada keadaan awal, sering sekali sukar dikenal sebagai LES, karena manifestasinya sering tidak terjadi bersamaan. Sampai saat ini penyebab LES belum diketahui ada dugaan faktor genetik, infeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi LES

Penyakit Autoimun/hilangnya toleransi Reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri Antigen tersebut disebut autoantigen sedang antibodi yang dibentuk disebut autoantibodi

Berat Ringan Lupus eritematosus sistemik (LES) Penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinis yang bervariasi Berat Ringan

Spektrum penyakit autoimun Tiroiditis Hashimoto Miksedem primer Tirotoksikosis Anemia pernisiosa Gastritis atrofi autoimun Penyakit Addison Menopause prematur Diabetes juvenil Sindrom Goodpasture Miastenia gravis Infetrilitas pada pria Pempigus vulgaris Pempigoid Oftalmia simpatis Uveitis phacogenic Multipel sklerosis (?) Anemia hemolitik autoimun Purpora trombositopenik idiopatik Leukopenia idiopatik Sirosis biliar primer Hepatitis kronis aktif dengan HBsAg negatif Srosis kreptogenik Kolitis ilseratif Sindrom sjoren Artritis reumatoid Dermatomiositis Skleroderma LE diskoid Lupus Eritematosus Sistemik (LES) Organ Spesifik Non Organ Spesifik

Perbadaan antara penyakit autoimun organ spesifik - non organ spesifik Tersebar di seluruh tubuh Penimbunan komplek sistemik terutama dalam ginjal, sendi dan kulit Dengan antibodi nonorgan spesifik dan penyakit lain Organ Spesifik Terdapat didalam alat tubuh tertentu Antigen dalam alat tubuh Dengan antibodi organ spesifik dan penyakit lain Antigen Kerusakan Tumpang tindih

Wanita > laki-laki

Autoantibodies noted in SLE and their clinical relevance Clinical features Characteristic of SLE/nephritis Non-specific Present in a variety of connective tissue disease including SLE, mixed connective tissue disease and overlap syndromes (myositis, sclerodactyly, Raynaud's) Characteristic of SLE Present in drug-related lupus Presence associated with decreased nephritis Present in a number disorders, including SLE, Sjogrens syndrome, congenital heart block, neonatal lupus Presence characteristic of SLE Psychosis, depression Coomb's positive haemolytic anemia Lymphopenia Thrombocytopenia- • Thrombosis, recurrent abortions Side Nucleus Cytoplasm Cell membranes Antigen ds-DNA ss-DNA U1-RNP Sm Histones SSB/La SSA/Ro PCNA Ribosomal P-protein Red cells White celts Platelets Phospholipid

Gambaran klinis LES LES Limphadenopati 12-50% Kelelahan 90% SSP 20% Panas lama 80-82% Hepotomepali/ Splenomegali 20% BB turun 60% LES Artritis/Artralgia 90% Sal cerna 18% Kulit 50-58% Paru 38% Ginjal 50% Hematologi 50% Vaskulitis Jantung 48%

LES dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu : Kelompok ringan Termasuk pada kelompok ini ialah : panas , artritis, perikarditis ringan, efusi pleura / perikard ringan, kelelahan dan sakit kepala. Kelompok berat Termasuk pada kelompok ini ialah : efusi pleura dan perikard masif, penyakit ginjal, anemia hemolitik, trombositopenia, lupus serebral, vaskulitis akut, miokarditis, lupus pneumonitis dan perdarahan paru. Keuntungan pembagian ini ialah untuk menentukan dosis steroid atau obat lainnya.

Faktor pencetus/eksaserbasi Obat : Procainamid Hidralazin Metildopa CPZ Sinar UV (320-400 nm) Keguguran Infeksi LES Tindakan pembedahan Kehamilan

Tanda dan Gejala Keluhan umum adalah demam, penurunan BB, arthralgia, kelemahan yang berlebihan. Dermatologi Lesi pembuluh darah di kulit dapat timbul di semua lokasi, namun paling sering di area kulit yang terpapar sinar matahari. Reaksi kulit yang berat dapat terjadi pada orang yang fotosensitif

Tanda rash kupu2 didaerah pipi, melewati area hidung dialami oleh 50% pasien dg SLE Ulser pada mulut atau membran nasopharing tjd lebih dari ½ pasien dg SLE. Umum terjadi: gatal pd kulit kepala & rambut rontok, kebotakan (alopesia) dengan atau tanpa lesi pada kulit kepala. Rambut dapat tumbuh kembali selama masa penyembuhan, tapi kehilangan rambut dapat menjadi permanen di sekitar lesi. Kulit kepala menjadi kering, bersisik & atrofi.

Gambar.: Rash berbentuk seperti kupu-kupu pada penderita SLE

Oral Ulcers

Photosensitivity

Discoid Lupus

Discoid Lupus

Small Vessel Vasculitis

Erythematous Rash

Muskuloskeletal Polyarthralgia dengan kekakuan di pagi hari merupakan keluhan pertama klien. Arthritis dialami oleh >90% pasien dg SLE. Lupus yg dihubungkan dengan arthritis umumnya tidak erosif tapi dapat menyebabkan deformitas seperti terlihat bentuk leher angsa pada jari2 & penyimpangan ulnar.

Cardiopulmonal Takipnea & batuk pada pasien dengan SLE menandakan adanya gangguan pada paru. SLE dapat mempercepat terjadinya CAD & risiko perkembangan CAD juga meningkat.

Ginjal Lupus Nefritis (LN) terjadi pada sekitar 50% pasien SLE. Manifestasi LN bervariasi dari proteinuria ringan sampai berat, glomerulonefritis yang terus berkembang. Hampir semua pasien SLE menunjukkan ketidaknormalan jaringan renal pada hasil biopsi renal atau hasil otopsi.

Sistem Syaraf Dapat terjadi neuropati perifer yang mengarah kepada defisit sensori & motorik bahkan sindrom otak organik akibat dari endapan komplek imun diantara jaringan otak, yg dikarakteristikkan dengan gangguan proses pikir, disorientasi, defisit memori & gejala psikiatrik seperti depresi berat & psikosis → susah membedakan neuro psikiatrik akibat SLE dr masalah neurologik yg disebabkan oleh non SLE/penyebab lain. Stroke atau meningitis aseptik terjadi

Hematologi Pembentukan antibodi dalam melawan sel2 darah seperti eritrosit, leukosit, trombosit & faktor2 pembekuan merupakan ciri2 dari SLE anemia, leukopenia ringan, thrombositopenia muncul pd klien dengan SLE.

Infeksi Pasien dengan SLE memiliki kerentanan yg tinggi terhadap infeksi, kemungkinan b.d kerusakan pada kemampuannya memfagositosis serbuan bakteri. Infeksi yang paling umum terjadi adalah pneumonia disertai dengan inflamasi penyebab utama kematian. Demam hal serius yang merupakan awal gejala infeksi.

Pemeriksaan Diagnostik Antibodi anti-DNA Antibodi anti-Sm Antibodi antinuklear (ANA) Jumlah sel darah lengkap Urinalysis X-ray pada persendian yang terpengaruh X-ray dada Pemeriksaan ECG untuk menetapkan keterlibatan ekstraartikuler

Pengkajian Keperawatan Data subyektif Informasi kesehatan yang penting Riwayat kesehatan yang lalu: paparan terhadap radiasi ultra violet, obat-obatan, bahan-bahan kimia, infeksi virus; stres fisik atau psikologis; adanya pernyataan peningkatan aktifitas estrogen, meliputi lebih awalnya periode menstruasi, kehamilan dan periode post partum; pola penyembuhan dari penyakit dan serangan penyakit.

Riwayat Pengobatan Penggunaan obat kontrasepsi oral, Procainamide (Pronestyl), Hydralazie (Apresoline), Isoniazid (INH), obat-obat anti serangan, antibiotik-antibiotik (ada kemungkinan mempercepat timbulnya gejala SLE); Kortikosteroid, NSAID.

Pola kesehatan fungsional Persepsi kesehatan – manajemen kesehatan: riwayat keluarga yang menderita penyakit-penyakit autoimun; seringnya mengalami infeksi; kelemahan. Nutrisi – metabolik: penurunan berat badan, ulser pada mulut dan hidung; mual dan muntah; xerostomia (kekeringan kelenjar saliva), disfagia; fotosensitif disertai timbulnya rash; seringnya mengalami infeksi.

Eliminasi: penurunan output urine; diare atau konstipasi. Aktifitas latihan: kekakuan di pagi hari; pembengkakan sendi dan deformitas; nafas pendek, dyspnea; kelelahan yang berlebihan. Istirahat – tidur: insomnia. Persepsi – kognitif : gangguan penglihatan; vertigo; sakit kepala; polyarthralgia; nyeri dada (perikardial, pleuritik); nyeri abdomen; nyeri persendian; nyeri, berdebar, rasa dingin pada jari-jari disertai dengan mati rasa dan rasa geli (tingling).

Seksual – reproduksi: amenorhea, periode menstruasi yang tidak teratur. Mekanisme koping – toleransi stres: depresi, menarik diri.

Data obyektif Umum: demam, limpadenopati, edema pada periorbital Integumen: alopesia; kering, kulit kepala bersisik; keratokonjunctivitis, ruam berbentuk seperti kupu-kupu pada wajah; eritema pada telapak tangan, urtikaria, periungual eritema, purura atau petekiae; ulser pada kaki. Pernafasan: pleural friction rub, penurunan suara nafas.

Kardiovaskuler: vaskulitis; pericardial friction rub; hipertensi, edema, aritmia, murmur, pucat dan sianosis bilateral dan simetris didaerah jari-jari (fenomena Raynaud’s). Pencernaan: ulser pada mulut dan faring; splenomegali. Persarafan: kelemahan wajah, neuropati perifer, edema pada papil, disartria, bingung, halusinasi, disorientasi, psikosis, timbulnya serangan, afasia, hemiparese.

Muskuloskeletal: miopati, miositis, artritis. Perkemihan: proteinuria. Kemungkinan-kemungkinan ditemukan: anti-DNA, Sm dan antibodi antinuklear (ANA); anemia, leukopenia, trombositopenia; peningkatan nilai endapan eritrosit (ESR); sel LE prep positif; peningkatan serum kreatinin; mikroskopik hematuria, adanya cetakan sel dalam urine; hasil pemeriksaan x-ray dada terdapat perikarditis atau efusi pleura.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Kelemahan berhubungan dengan proses penyakit yang dimanifestasikan oleh kekurangan energi, ketidakmampuan mempertahankan aktifitas sehari-hari Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit dan ketidakadekuatan ukuran rasa nyaman yang dimanifestasikan dengan keluhan nyeri pada persendian Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fotosensitif, rash pada kulit dan alopesia

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan arthralgia, kelemahan dan kelelahan Ketidakefektifan manajemen/penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan dari pengobatan penyakit jangka panjang.

Pengobatan farmakologis Penatalaksanaan Lupus eritematosus sistemik, yang akan dibagi dua kelompok yaitu : Penatalaksanaan umum Pengobatan farmakologis

Sinar matahari Kelelahan Diet Cuaca Penatalaksanaan Umum Merokok Kontrasepsi oral Stres dan trauma fisik

Penatalaksanaan umum. Kelelahan Cukup istirahat Batasi aktivitas - 50 % mengeluh lelah - Harus dibedakan apakah derajat sakit atau penyerta penyakit lain Penglepasan sitokin karena proses inflamasi Cukup istirahat Batasi aktivitas Merubah gaya hidup

Hindari rokok/merokok Wanita lebih banyak dari laki-laki 6:1 Umumnya tidak merokok Bila merokok akan mengurangi oksigenisasi karena pengecilan pembuluh darah Hindari rokok/merokok

Hindari perubahan cuaca yang mendadak di Indonesia 2 musim sering sekali cuara mempengaruhi keluhan artritis oleh karena aktivitas inflamasi yang berlebih Hindari perubahan cuaca yang mendadak

Stres dan trauma fisik perubahan emosi dan trauma fisik dapat mempengaruhi sistem imun engan cara : Penurunan mitigen limposit Menurunkan fungsi sitotoksit limposit Menaikan aktifitas sel NK Trauma fisik dan stress dihindari untuk meningkatkan ketahanan tubuh

Diet Minyak ikan (fish oil) yang mengandung eicosapentanoic acid dan docosahexanoid acid dan dapat menghambat Agresi trombosit Leukotrin 5 - lipoxygenase Sel monosit Polimorphonuklear

Sinar matahari(Sinar Ultra Violet) Sinar ultra violet mempunyai 3 gelombang 2 dari 3 gelombang yaitu 320 – 400 nm berperan dalam proses phototoksik Paling banyak pada jam 10 pagi sd 3 sore Hindari pemaparan langsung jam tersebut

Kontrasepsi oral Semua obat dengan estrogen tinggi memperberat lupus Bila sangat diperlukan harus diberikan dengan kadar ekstrogen yang rendah Hindari kontrasepsi oral Pilihan IUD

Pengobatan LES Kortikosteroid Prednison Metilprednosolon Imunosupresif Azathioprin Methotrexat Siklophospamid Plasmapheresis Imunoterapi

Pengobatan farmakologis Steroid sistemik Pemilihan steroid harus dipilih oleh karena akan dipakai jangka panjang Perlu diketahui derajat sakitnya Dosis : 1- 1,5 mg /kg berat badan dalam dosis terbagi

Beberapa kerusakan organ yang sering ditemukan : Anemia hemolitik autoimun Trombositopenia otoimun Vaskulis sistemik akut Perikarditis Miokarditis Efusi pleura Lupus pneumonitis Lupus serebral

TERIMA KASIH

TUGAS FUNGSI HORMON TIROKSIN HIPERTIROID HIPOTIROID T3 T4, BERAPA NILAI NORMAL ? ZAT-ZAT NUTRISI ? BASAL METABOLISME RATE (BMR) KEBUTUHAN KALORI /ZAT NUTRISI ? KEP ? KEKURANGAN ENERGI PROTEIN MARAMUS/ KWARSIOKOR