Pertemuan III Keperawatan PEDOMAN MENCIPTAKAN KELUARGA MENURUT HINDU
A. Pengertian Keluarga Pengertian keluarga di sini adalah suatu jalinan/ikatan pengabdian antara suami, istri dan anak. Jadi keluarga di sini adalah persatuan yang terjalin antara diantara seluruh anggota keluarga dalam rangka “Pengabdiannya” kepada missi atau amanat dasar yang mesti diemban oleh anggota kelarga yang bersangkutan. Dasar ikatan dalam keluarga adalah “Pengabdian” bukan “pengorbanan”. Jadi adalah tidak benar jika ada salah satu anggota keluarga yang merasa berkorban terhadap yang lain.
Tujuan perkawinan atau Grihasta menurut ajaran Hindu selain pelestarian manusia juga sebagai masa dimana manusia mewujudkan empat tujan hidup menurut agama Hindu yaitu Catur Prusa Artha : Ddharma, Artha, Kama dan Moksa. Karena dimana alam lestari di situlah tujuan hidup dapat terwujud.
KELUARGA Kula (abdi, hamba) Warga (jalinan, ikatan, pengabdian Kulawarga (jalinan/ikatan pengabdian
Hak dan Kewajiban Suami Menurut Agama Hindu Disamping keluarga sebagai ikatan atau jalinan pengabdian yang tulus iklas antara seorang ayah kepada ibu dan anak dan sebaliknya, namun juga mempunyai kewajiban atau swadharma untuk melaksanakan Panca yadnya (Veda Smrthi III.67.71). Panca yadnya di sini bukan semata-mata upacara saja. Tetapi Panca yadnya yang dimaksud di sini lebih luas adalah lima pengabdian yang tulus iklas, suci nirmala kehadapan Hyang Widhi beserta manifestasinya, (Dewa Yadnya), kepada orang suci, orang-orang bijaksana (Rsi Yadnya), kepada orang tua/guru rupaka dan leluhur (Pitra Yadnya), pengabdian kepada sesama manusia (Manusia yadnya) dan pengabdian dalam rangka pelestarian alam semesta beserta isinya (Bhuta Yadnya).
Swami berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pelindung, Bapak yang dihormati. Dalam keluarga Hindu artinya suami adalah pemimpin yang memegang policy umum rumah tangga
TUGAS SUAMI tugas seorang suami menurut Veda Smrthi Bab IX.2,3,9 dan 11 dapat diuraikan sebagai berikut : Wajib melindungi istri dan anak-anaknya serta memperlakukan istri dengan wajar dan hormat. Wajib memelihara kesucian hubungannya dan saling mempercayai sehingga terjamin kerukunan dan keharmonisan rumah tangga. Suami hendaknya menyerahkan harta kekayaan dan menugaskan istrinya untuk mengurus artha rumah tangga, urusan dapur, Yadnya serta ekonomi keluarga. Bila harus ke luar daerah suami berusaha menjamin istrinya untuk memberi nafkah. Suami wajib menggauli istrinya dan mengusahakan agar antara mereka sama-sama menjamin kesucian keturnanannya serta menjauhkan diri dari unsr-unsur yang mengakibatkan perceraian.
Suami hendaknya selalu merasa puas dan berbahagia bersama istrinya karena dalam rumah tangga suami istri merasa puas maka rumah tangga itu akan terpelihara kelangsungannya. Suami wajib menjalankan dharma Grhastin dengan baik, juga dengan Dharma Kelarga (Kula Dharma), terhadap masyarakat dan bangsa (Wangsa Dharma) serta wajib mengawinkan putra-putrinya pada waktunya. Suami berkewajiban melaksanakan Sraddha, Pitrapuja (pemujaan kepada leluhur), memelihara cucunya serta melaksanakan Panca Yadnya.
Kewajiban Istri Kata Istri berasal dari kata “Stri”. Stri dalam bahasa Sansekerta berarti “ Pengikat kasih”. Fungsinya sebagai istri adalah menjaga jalinan kasih sayang kepada suami dan anak-anaknya. Si anak harus lah ditumbuhkan jiwa dan raganya dengan curahan kasih ibu. Menurut ajaran Hindu keadaan lahir batin rumah tangga/keluarga sangat tergantung pada sang ibu sebagai pemimpin rumah tangga dalam mengatur tata hubungan tata grha, tata bhoga, tata keuangan, tata busana dan sebagainya.
Swadharma seorang istri yaitu : Memenuhi doa harapan ayah yang menikahkannya. Memenuhi harapan seorang suami kepada istrinya. Berpenampilan lemah lembut dan simpatik. Setia kepada suaminya, senantiasa waspada, tahan uji, menghormati yang lebih tua. Sebagai ibu rumah tangga Sebagai penerus keturunan Sebagai pembimbing anak Sebagai penyelenggara aktivitas keagamaan
Pembinaan Keluarga Upaya untuk mewujudkan kesejahteraan pada tiap-tiap keluarga adalah sejalan dengan tujuan agama hindu dan pada hakekatnya merupakan tuntutan dari setiap umat yang menganut agama. Hanya saja untuk mencapai kesejahteraan ini ada norma-norma tertentu yang patut diperhatikan sehingga kesejahteraan ini diperoleh dengan cara yang luhur dan benar.
Keluarga Sukinah I keluarga-keluarga yang dibangun perkawinan yang syah dan telah memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara minimal tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan , bimbingan keagamaan dalam keluarganya , mengikuti interaksi sosial keagamaan lingkungannya.
Keluarga Sukinah II Keluarga-keluarga yang dibangun atas perkawinan yang syah, disamping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati serta mengembangkan nilai-nilai sradha dan bhakti, berdana punia, menabung dan sebagainya.
Keluarga Sukinah III Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan lahir bathin tetapi belum mampu manjadi suri tauladan bagi lingkungannya.
Keluarga Sukinah III Plus Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya serta dapat menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.
Anak Yang Diinginkan Agama dan Orang Tua Anak adalah buah dari adanya perkawinan, karena itu anak dipandang sebagai tujuan hidup berumah tangga. Anak merupakan dambaan setiap keluarga. Secara etimologi anak atau putra berarti orang yang memberi pertolongan atau menyelamatkan leluhurnya dari neraka. Bagi keluarga Hindu anak yang diharapkan adalah anak yang bisa menjaga nama baik keluarga, berpengetahuan, cerdik, cendekiawan dan mempunyai wawasan berpikir yang luas serta yang lebih penting lagi mempunyai budi pekerti yang luhur. Inilah yang sering disebut anak yang Suputra. Suputra berasal dari kata Su berarti Baik, Putra berarti Anak. Jadi Suputra, artinya anak yang baik atau mulia.
Tanggungjawab Orang Tua Terhadap Anak Dalam Sarasamuccaya 242 dijelaskan bahwa kewajiban seorang Ayah adalah : Sarirakrt, artinya mengupayakan kesehatan jasmani anak Prana Data, artinya membangun jiwa si anak Anna Data, artinya memberikan makan
Tanggungjawab Seorang Ibu Adapun kewajiban seorang ibu terhadap anaknya adalah sebagai pembimbing atau pendidik anak dimulai sejak balita hingga dianggap dewasa secara fisik dan mental. Seorang ibu memiliki peran besar dalm membentk karakter anak. Selain itu juga terdapat di beberapa pustaka suci Hindu lainnya yang menguraikan tentang tanggung jawab orang ta terhadap anaknya yang inti dari semuanya adalah tanggungg jawab bagaimana mewujudkan anak yang Suputra.
Hak dan Kewajiban Anak Anak adalah buah dari adanya perkawinan, karena itu anak dipandang sebagai tujuan hidup berumah tangga. Anak merupakan dambaan setiap keluarga. Secara etimologi anak atau putra berarti orang yang memberi pertolongan atau menyelamatkan leluhurnya dari neraka. Bagi keluarga Hindu anak yang diharapkan adalah anak yang bisa menjaga nama baik keluarga, berpengetahuan, cerdik, cendekiawan dan mempunyai wawasan berpikir yang luas serta yang lebih penting lagi mempunyai budi pekerti yang luhur. Inilah yang sering disebut anak yang Suputra. Suputra berasal dari kata Su berarti Baik, Putra berarti Anak. Jadi Suputra, artinya anak yang baik atau mulia.
Kenakalan Remaja Pembinaan remaja diarahkan untuk mampu menangkal perilaku negatif yang tidak sesuai dengan budaya bangsa dan ajaran agama. Dalam ajaran dijelaskan bahwa sesungguhnya hampir tidak ada peristiwa/hal yang terjadi di jagad raya ini lepas/terbebas dari hukum “Karma Phala” (sebab akibat) setiap tindakan pasti akan menghasilkan hasil. Semua itu tidak dapat dihindari. Seperti yang tersurat dalam pustaka suci Sarasamuccaya 7. Bertitik tolak dari itu maka jelas sekali bahwa kenakalan remaja ini perlu ditanggulangi bersama dengan penanaman nilai –nilai agama dan nilai luhur budaya bangsa agar tercipta generasi-generasi yang berkualitas sehingga kriterian anak yang diharapkan dalam keluarga Hindu yaitu anak yang Suputra dapat terwujud. Anak yang Suputra adalah anak yang bisa menjaga nama baik keluarga, berpengetahuan, cerdik, cendekiawan dan mempunyai wawasan berpikir yang luas serta yang lebih penting lagi mempunyai budi pekerti yang luhur.
Tanggung Jawab Manusia Dalam Kehidupan Bagi umat Hindu tanggung jawabnya sebagai manusia meliputi kelima yadnya yang dipersyaratkan. Yadnya (Persembahan) yang bersifat Vertikal misalnya yadnya kepada Sang Hyang Widhi yang disebut dengan Dewa Yadnya. Sepenuh jiwa kita berpasrah kepada Tuhan, mengasihi, menghargai, melestarikan semua ciptaan-Nya. Bhagawadgita , adyava II, sloka 47 yang isinya ; karmany ewadhikaras te ma phalasu kadacana, ma karma phala hetur bhurma , te sango ‘ stwa akarmani . Yang artinya . Bahwa hanya berbuat dan berbuat yang menjadi kewajiban kita , bukan hasil dari perbuatan itu.
Untuk beryadnya bersifat ke bawah misalnya, bertanggung jawab terhadap lingkungan tempat tinggal dan di manapun kita berada yang mesti turut kita perhatikan dan ikut serta bertanggung jawab didalamnya. Sedangkan ber-yadnya yang bersifat horizontal ( ke samping ) , diwujudkan kepada orang-orang terkasih di sekitar kita.
Manusia dan Akhlak “Setiap roh pada dasarnya adalah suci, munculkanlah kesucian ini didalam dirimu dengan mengendalikan alam bathin maupun lahir. Lakukan pensucian ini dengan karma, mengabdi tanpa pamrih, dengan bhakti kepada Tuhan, dengan latihan kejiwaan Yoga dan kebijaksanaan rohani, Jnana dengan melakukan salah satu daripadanya atau lebih atau seluruh dari jalan (untuk pensucian diri) ini dan carilah kebebasan inilah keseluruhan dari agama” (Swami Vivekananda, dalam Oka Puniatmaja M.P, Panca Wali Krama 1910 Saka)
Musuh dalam diri lebih berbahaya jika dibandingkan dengan musuh yang berasal dari luar diri. Ada enam musuh dalam diri manusia yang mesti dikalahkan, yang lebih dikenal dengan Sad Ripu, yakni terdiri dari : Kama (hawa nafsu), Lobha (ketamakan), Krodha (kemarahan), Moha (kebingungan), Mada (kemabukan) dan Matsarya (iri hati). Apabila keenam musuh dalam diri ini dapat kita kalahkan, niscaya kita akan mampu menghadapi berbagai tantangan dalam hidup terutama dimasa sekarang ini yang semakin sulit dengan sikap yang arif dan bijaksana.
). Setiap orang hendaknya selalu berusaha membina diri dan lingkungannya agar sifat ke-Dewa-anlah yang lebih dominan dibandingkan sifat ke-raksasa-an, karena perbuatan dharma dan adharma ditentukan oleh kedua hal ini. Disamping itu dalam agama Hindu juga meyakini adanya hukum karma phala, yang mana cepat atau lambat perbuatan baik mapun buruk manusia akan mendapatkan balasannya, bahkan sesudah kematian pun karma itu dapat diterima dalam bentuk reinkarnasi.
Kewajiban Merawat Pasien
Pendampingan/bimbingan Pasien, prawatan jenazah dan Pemakaman