LISNAWATI, M. Psi.. Th 1974  Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PEMBELAJARAN DI KELAS, LAB & LAPANGAN
Advertisements

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
LAYANAN PENDIDIKAN Untuk Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan/Bakat Istimewa (Gifted)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Psikologi ANAK BERBAKAT
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS ASAS PEMBELAJARAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Materi Pertemuan 3 Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KONSEP PENILAIAN.
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
J Refleksi Pembelajaran dan Tindak Lanjutnya Melalui PTK
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSI
MERANCANG PEMBELAJARAN IPA DI SD PERTEMUAN 13
PENGUATAN PROSES PEMBELAJARAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MODEL pelaksanaan remedial & pengayaan DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
Bimbingan Tugas Akhir Program (TAP) Pertemuan ke 5
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Tutorial Matakuliah PDGK 4405 Materi dan Pembelajaran IPS SD
Model problem based learning
MAGANG 1 Dr.R.Ika Mustika, M.Pd Latifah,M.Pd
STRUKTUR KURIKULUM 2013 Pendekatan Saintifik.
MODEL PEMBELAJARAN IPA
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
MAGANG 1 R. Mekar Ismayani, M.Pd.
1. Mengenal karakteristik peserta didik
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
Konsep CBSA.
Sejarah perintisan sekolah dengan pendidikan khusus:
DIREKTORAT PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR SEJARAH
Penerapan model pembelajaran
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN TEORI BANDURA Oleh : Casutri
PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Konsep Belajar dan Teori Belajar IPA
1. Sudah tentu anda pernah SMP dan SMA !
Workshop Pembuatan RPP
PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM.
PANDUAN PENYUSUNAN RPP
MAGANG 1 Dr.R.Ika Mustika, M.Pd Latifah,M.Pd
Pendekatan Ketrampilan Proses
METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
PeRan sekolah dalam mengembangkan keberbakatan siswa
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
Konsep Belajar dan Teori Belajar IPA
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
Model pembelajaran konstektual
Remedial Dan Pengayaan
Model problem based learning
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KEJURUAN
“UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI MENGAJAR MENUJU GURU PROFESIONAL”
Pembelajaran AKTIF dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan,
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS PROGRAM AKSELERASI.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
REVOLUSI PARADIGMA Evaluasi belajar: Untuk mengembangkan potensi siswa
BAB III PROSES BELAJAR MENGAJAR ORANG DEWASA
Pendidikan Khusus Bagi Anak Berbakat  Mahasiswa dapat menjelaskan definisi keberbakatan  Mahasiswa dapat menjelaskan dampak keberbakatan  Mahasiswa.
Transcript presentasi:

LISNAWATI, M. Psi.

Th 1974  Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berupa pemberian beasiswa bagi peserta didik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berbakat dan berprestasi tinggi tetapi lemah kemampuan ekonomi keluarganya.

Tahun 1998  Pelayanan dalam bentuk percepatan belajar/akselerasi telah dirintis pada dengan melakukan ujicoba pelayanan pendidikan bagi anak berpotensi kecerdasan dan bakat istimewa pada 2 sekolah swasta di DKI Jakarta dan satu sekolah swasta di Jawa Barat yang mendapat arahan dari Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Hasil penelitian Hawadi, dkk., (1998):  penelitian tentang program percepatan belajar terhadap 20 SMA Unggulan di 16 propinsi di Indonesia diperoleh kesimpulan bahwa program ini dianggap tidak cukup memberikan dampak positif pada peserta didik berbakat untuk mengembangkan potensi intelektual yang tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah data yang menunjukkan 25,3% peserta didik SMA Unggulan hanya mempunyai kecerdasan umum yang berfungsi pada taraf di bawah rata- rata dan hanya 9,7% yang tergolong anak memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

Implikasi negatif akselerasi berdasar hasil penelitian Hawadi, dkk (1988):  peserta didik tidak lagi memperoleh kenyamanan dalam mengikuti pendidikan tetapi berada dalam situasi yang terkekang dan terpaksa  layanan yang diberikan guru tidak membantu berkembangnya potensi intelektual peserta didik karena guru yang mengajar di program akselerasi relatif tidak disiapkan untuk mengajar peserta didik cerdas istimewa

Th 2007  Dilakukan diskusi dan workshop yang melibatkan para psikolog, akademisi, pendidik, dan pengelola program akselerasi untuk melakukan penyempurnaan konsep dan pedoman dengan memperhatikan berbagai kebijakan pemerintah yang tertuang dalam UU no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan serta berbagai aturan pemerintah lainnya yang terkait

Konsep dan pedoman layanan  Aspek kesiswaan  Aspek kurikulum

Konsep dan pedoman layanan: 1. aspek kesiswaan  Tes yang digunakan untuk merekrut siswa baru program akselerasi menggunakan tiga komponen yaitu: tes IQ, kreativitas, dan task commitment.  Tes IQ: skala minimal yang ditetapkan oleh para psikolog adalah 130 atau pada tingkatan very superior. Para psikolog telah merekomendasikan beberapa jenis alat tes antara lain: Wechsler Intelligence Scale for Children, Stanford Binet atau Culture Fair Intelligence Test Skala 2A/2B

2. aspek kurikulum  Diferensiasi kurikulum yaitu memberikan tugas dan kegiatan belajar yang berbeda dari rata-rata anak seusianya sesuai dengan kebutuhan belajarnya.  Tiga jalur diferensiasi kurikulum: - enrichment (pengayaan) yaitu kegiatan belajar yang memungkinkan perluasan materi kurikulum, - extension (pendalaman) yaitu kegiatan belajar yang memungkinkan investigasi bidang studi secara lebih mendalam - acceleration (percepatan) yaitu kegiatan belajar yang memungkinkan untuk menyelesaikan materi belajar dalam waktu yang lebih singkat (Davis dan Rimm, 1998).

Persoalan bagi guru  bagaimana mengolah standar Isi (Kepmendiknas 22) untuk dimodifikasi menjadi isi yang sesuai dengan keunggulan peserta didik cerdas istimewa dan meningkatkan tantangan taraf berfikir yang cocok dengan peserta didik yang cerdas tersebut.  Konsekwensi bagi guru untuk memodifikasi kegiatan pembelajaran bagi peserta didik reguler ke corak kegiatan pembelajaran yang menuntut corak berfikir tingkat tinggi. Pola kegiatan pembelajaran yang demikian luas cakupan dimensinya tidak cukup menggunakan pola one way traffic, sehingga pola seperti pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) maupun mengutamakan produk/proyek lebih banyak digunakan.  Konsekwensi: mengharuskan guru untuk menetapkan bobot materi juga harus bertipe setidaknya C-4 (analisis) dan jika dimungkinkan sampai C-6 (evaluasi) yang mendorong peserta didik berfikir tingkat tinggi dan kritis.

Tantangan guru sebagai agen pembelajaran profesional:  menambahkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT)  meningkatkan bobot materi pelajaran dan bobot kegiatan pembelajaran, menggunakan tidak hanya buku paket sebagai bahan pengajaran  bentuk pelaksanaan yang multi dimensi agar semua potensi yang istimewa dapat dikembangkan

Model Pembelajaran untuk Peserta didik Cerdas Istimewa Karakteristik peserta didik cerdas istimewa : Mampu membaca-berhitung dengan caranya sendiri Perkembangan bahasa lebih cepat dan perbendaharaan kata lebih banyak Perkembangan nalar cepat dan sangat baik Suka bertanya-mencari tahu dan mencari alasan (why-how) Mampu bekerja mandiri, perhatiannya bertahan lama Minatnya luas, bervariasi dan mendalam Daya tahannya bagus Suka berteman dengan anak yang lebih dewasa Suka pada hal-hal/mempelajari yang baru

KONSTRUKTIVISME Bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran peserta didik. Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, peserta didik tidak diperlakukan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

MODEL PEMBELAJARAN : Mengkaji teori belajar konstruktivisme di atas, model pembelajaran yang relevan dijadikan acuan guru, antara lain: 1) Contextual Teaching Learning (CTL), 2) Project Based Learning, 3) Problem Based Learning.

Mengapa Menggunakan Model Pembelajaran di atas? 1. Pemilihan model pembelajaran mengacu pada implementasi kompentesi dasar, 2. Mengaktifkan kegiatan belajar peserta didik, 3. Menstimulasi proses berpikir tingkat tinggi, 4. Pembelajaran terintegrasi dimensi kompetensi, 5. Memberikan peluang situasi belajar, lingkungan, tugas- tugas yang relevan, realistik, otentik, dinamis, dan menyajikan kompleksitas dunia nyata, 6. Mengembangkan kecakapan hidup dan bukan sekedar reproduksi pengetahuan, 7. Mengakomodasi kegiatan belajar individual, kolaboratif dan kompetitif, 8. Kompleksitas belajar dicerminkan oleh penekanan pada belajar interdisipliner, 9. Pengukuran otentik dan tidak terpisahkan dengan kegiatan pembelajaran.

1. Contextual Teaching Learning Pembelajaran kontekstual memungkinkan peserta didik untuk munguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Terdapat kalimat kunci yang menjadi ciri pembelajaran kontekstual, yaitu suatu pembelajaran yang menekan­kan terciptanya kaitan bermakna antara sesuatu yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan nyata.

Tahap-tahap implementasi pembelajaran kontekstual :  Mengidentifikasi kompetensi yang harus dicapai, materi pembelajaran dan keterkaitannya dalam kehidupan nyata,  Merancang skenario pembelajaran sesuai karakteristik kompetensi yang harus dicapai dan tingkat keberagaman yang ada,  Memilih atau merancang model pembelajaran sesuai skenario yang telah disusun,  Merancang dan melaksanakan penilaian secara otentik dan berkelanjutan.

2. Project Based Learning Pembelajaran Berbasis Proyek dikonsepsi­kan sebagai model pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan mengitegrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan, atau disiplin, atau lapangan studi, dan kegiatan pembelajaran berlangsung secara kolaboratif dalam kelompok yang hiterogen.

Tahap-tahap implementasi pembelajaran berbasis proyek : Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak- banyaknya kepada peserta didik.

Tahap-tahap implementasi pembelajaran berbasis proyek : 1. Penetapan Tujuan 2. Merancang situasi masalah 3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik 4. Merancang tugas Interaktif 5. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar 6. Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok 7. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah 8. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen 9. Asesment dan Evaluasi

Pandangan konstrukstivistik pembelajaran harus kontekstual dan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pengalaman pembelajarannya pembelajaran yang baik harus dirancang berbasis pada kontek sosial sekolah, konteks peserta didik serta konteks kompetensi yang dituju pembelajaran yang kontektual harus dirancang sesuai dengan karakter peserta didik (Johnson, 2002). Apabila peserta didik yang dihadapi memiliki kunggulan maka pembelajaran harus dirancang dengan keunggulan dalam isi maupun dalam prosesnya.

Aspek Psikologis Layanan Siswa Berbakat/Gifted  Menyiapkan kelas khusus  Lingkungan belajar yang positif  Lingkungan sosial yang tenang, tidak mencekam, tidak mengancam, dan lingkungan fisik yang nyaman, sehingga menumbuhkan suasana mental-emosional yang positif  Melibatkan siswa secara total  Siswa secara aktif mengambil tanggung jawab dalam proses belajar mengajar  Berbasis aktivitas daripada materi atau ceramah

Aspek Psikologis...  Kolaborasi antar siswa  Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara bersama dan bekerja sama  Ada kolaborasi antar siswa dalam komunitas belajar  Kaya dengan gaya belajar  Memberikan kesempatan untuk menggunakan semua indera dan gaya belajar tiap siswa  Belajar konstektual  Mengerjakan tugas dalam proses yang terus menerus dengan melibatkan diri dalam kehidupan nyata, memperoleh umpan balik, refleksi diri, evaluasi diri dan terjun dalam kehidupan nyata

Aspek Psikologis...  Menyiapkan kompetensi guru  Kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, profesional  Mempunyai pengalaman mengajar yang memadai  Mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi  Kreatif  Mempunyai bakat khusus  Ada keberanian untuk melakukan terobosan

CERDAS ISTIMEWA ……….  Guru-Pendidik  Harus dapat menerima kenyataan bahwa siswa mempunyai kelebihan pengetahuan tentang materi pelajaran tertentu  Jangan menjadikan diri kita juga berbakat dan cerdas istimewa  Mempunyai toleransi yang tinggi bahwa perilaku anak didiknya yang sering membuat ribut dan mempunyai kontrol yang kurang di dalam kelas  Belajar untuk mengatakan maaf saya tidak tahu, mari kita pelajari bersama.

CERDAS ISTIMEWA ……..  Beberapa kesalahan cara pandang terhadap anak cerdas istimewa  Sebagai anak yang bermasalah, karena hanya masalah kecerdasan/kognitif saja (tetapi kreativitas, motivasi, komitmen terhadap tugas, tumbuh kembang, kepribadian, dukungan lingkungan tidak diperhatikan)  Anak cerdas istimewa tidak mengalami kesulitan, hambatan dan masalah  Disibukkan dengan masalah akademik tetapi tidak menyentuh masalah-masalah yang dimiliki anak berbakat