2. BAHAN ASPAL DR.IR.ADINUS SALEH Adinus. S
2. BAHAN ASPAL 2.1. Aggregat(umum) 2.2. Aggregat Kasar 2.3. Aggregat Halus 2.4. Filler (bahan pengisi) 2.5. Gradasi Aggregat Gabungan 2.6. Bahan Aspal 2.7. Bahan Aditif 2.8. Sumber Pasokan 2.1. Aggregat Umum……….
2.1. Aggregat (umum) a. Aggregat terdiri dr agregat kasar dan agregat halus dan bila dicampur harus, sesuai dengan rumus perbandingan campuran,yang disyaratkan.(Agrg ksr > Sar no 8) b. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan yang ada.(agregat kasar dan agregar halus hrs ditumpuk terpisah) c. Sebelum dimulai pekerjaan, stok bahan harus, paling sedikit untuk kebutuhan rencana produksi 1 (satu) bulan, harus dipertahankan untuk kebutuhan campuran aspal 1 (satu) bulan berikutnya. 2.1. Agregat Umum……….
2.1. Aggregat (umum) Lanjutaqn d. Aggregate, harus sudah memperhitungakan penyerapan aspal oleh aggregate.(T182-84/1990) (Variasi kadar aspal akibat penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima sebagai alasan untuk negosiasi kembali harga satuan dari campuran aspal).> 95 % e. Penyerapan air oleh aggregate maksimum 3%. f. Berat jenis (spesific grafity) aggregate kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0.2. 2.2. Cara menumpuk agregat kasar……….
Daya lekat Agregate thd aspal (ASTHO T-182-84) Benda Uji 9Agregate) lolos saringan 3/8 inc dan tertahan sar ¼ inc Masukkan 100 grm benda uji kedalam wadah Isikan 5,5 gr aspal yg telah dipanaskan (tertentu) Aduk (agregate + aspal panas) sampai rata 2 menit Masukkan kedalam open pd temp 600 C, selama 2 jam Keluarkan wadah dr open, aduk kembali sampai dingin Pindahkan kedalam gelas kimia Isi dgn air suling 400 ml, diamkan 16-18 jam (temp ruang) Perkirakan % luas permukaan yg masih terselimuti aspal.
2.2 AGREGAT KASAR Berat jenis agregat kasar : a. Berat jenis (bulk specific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. c. Berat jenis semu (apparent specific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu. d. Penyerapan ialah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.
2.2 AGREGAT KASAR PERHITUNGAN : BK a. Berat jenis (bulk specific gravity) = BJ – Ba b. Berat jenis kering-permukaan BJ jenuh (saturated surface dry) = c. Berat jenis semu (apparent BK specific grafity) = BK – Ba d. Bk = Berat benda uji kering oven, (gram) BJ = Berat benda uji kering-permukaan jenuh, (gram) B = Berat benda uji kering-permukaan jenuh dalam air (gram)
2. Keringkan benda uji dlm oven, sampai beratnya tetap Prosedur pengujian Berat jenis & penyerapan agregat kasar (SNI 03-1969-1990) 1. Siapkan 5 kg benda uji yg tertahan di Sar No 4, cuci agar debu dan bahan lain yg melekat hilang 2. Keringkan benda uji dlm oven, sampai beratnya tetap 3. Dinginkan sampai temp kamar ± 1-3 jam, timbang (Bk) 4. Rendam dalam air selama 24 jam 5. Keluarkan benda uji dr air, lap dgn kain sampai air pd permukaan hilang. 6. Timbang benda uji itu / keadaan kering permukaan jenuh (Bj) 7. Letakkan benda uji dlm keranjang, agar udara yg terserap hilang dan tentukan beratnya dalam air ( Ba), temp air ± 250C
Cara menumpuk Agregat Kasar SALAH Terjadi segregasi BENAR Menempatkan Agregat dlm tumpukan - tmpukan 2.2. Cara memindahkan agregat kasar……….
Cara memindahkan Agregat Kasar SALAH Terjadi segregasi, terlalu tinggi BENARMemindahkan agregat dgn Truk, diberi penahan 2.2. Cara menumpuk agregat halus……….
Cara menumpuk Agregat Halus BENAR Gunakan ban berjalan dgn kerucut curam, jatuh kan serendah mungkin SALAH 2.2. Pengambilan contoh agregat kasar……….
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT DR TIMBUNAN (AASTHO T2-84) a. Tentukan tempat pengambilan contoh agregat (acak), pd tempat penimbunan danmasukkan papan kedalam timbunan tegak lurus b. Buang agregat pd daerah miring dibawah papan, shg diperoleh daerah yg datar utk penganmbilan contoh c. Masukkan sekop kedlm bagian yg datar, dan pindahkan satu skop penuh kedalam amber.
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT DR CONVEYOR BELT(AASTHO T2-87) Hentikan ban gerjalan Pilih/tentukan jumlah contoh yg diinginkan pd ban berjalan Pisahkan (dg alat pembagi) agregat dari material lainnya pd ban berjalan. Masukkan ke dlm kntong/kontainer agregat yg ada dlm alat pemisah (utk diuji)
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT PD TRUK, KERETA, KAPAL DLL) 1. Buat parit (acak) yg memotong timbunan agregat 2. Jumlah parit minimum 3 3. Ukuran parit ( lebar 0.3m dalam 0.3m) 4. Ambil agregat dgn skop (penuh), pd dasar parit, masukkan kedalam kantong/ kontainer 5. Dng cara yg sama lakukan pd parit yg lainnya. 6. Dua dr 7 titik pd setiap parit hrs berada pd sisi gerbong, truk, atau sisi kapal laut 7. Variasi jumlah parit tergantung dr ukuran dan kapasitas gerbong, truk, kapal. 0.3 m 0.3 m
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT (UNTUK DIUJI) YG DIAMBIL UNTUK DIUJI: 30 KG > 28 MM 25 KG ( 5 MM- 28MM) 13 KG < 5 MM) DARI 10 BAGIAN (DARI TEMPAT YG BERBEDA): 2. DIBAGI ATAS 4 BAGIAN SEBAIKNYA DLM KEADAAN BASAH (DIPERCIKKAN AIR) 2.2. Pemisah contoh agregat kasar……….
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT (Manual pemeriksaan Bahan Jalan) (UNTUK DIUJI) Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak : i. Agregat halus ; Ukuran maks no.4 berat min 500 gram Ukuran maks no.8 berat min 100 gram Bina Marga: Ukuran (mak): 2.3 mm (no 4) = 10 (25) 4.75 mm (no 8) = 10 (25) 9.5 mm ( 3/8 in) = 10 (25) 12.5 mm (1/2 in ) = 15 (35) 19.0 mm (3/4 in) = 25 (35) 25.0 mm (1 ½ in) = 50 (110) 37.5 mm (13/4 in) = 75 (165) 50.0 mm (2in) = 100 (220) ii. Agregat kasar Ukuran maks 3,5” ; berat min 35 kg Ukuran maks 3” ; berat min 30 kg Ukuran maks 2,5” ; berat min 25 kg Ukuran maks 2”; ; berat min 20 kg Ukuran maks 1,5” : berat min 15 kg Ukuran maks 1” ; berat min 10 kg Ukuran maks ¾ “ ; berat min 5 kg Ukuran mask ½ “ ; berat min 2,5 kg Ukuran maks 3/8 “ ; berat min 1 kg
PEMISAH CONTOH AGREGAT (UNTUK DIUJI) DIMASUKKAN KE DLM HOPPER (DLM KEAD TERKUNCI) 2. BUKA KUNCI HOPPER SHG AGREGAT TERTAMPUNG DI 2 PENAMPUNG, MELALUI CORONG-CORONGKIRI DAN KANAN 3. ULANGI BEBERAPA KALI
Jenis Pemecah Batu 1. Pemecah batu berbentuk rahang (‘jaw crusher”) a. Terdiri dari satu atau lebih rahang yang berayun dan beroperasi di pd suatu rahang yang tetap b.Jarak antara panjang gerakan menentukan ukuran batas dari batu pecah.
Jenis Pemecah Batu 2.Pemecah batu berbentuk kerucut yang berayun pada sumbu vertikalnya (‘Gyratory crusher”) di mana kepala pemecahnya berayun eksentrik pada tangkai putar miring yang membawanya.
Jenis Pemecah Batu 3.Pemecah dengan cakram (“disc crusher”), terdiri atas satu cakram tetap dan satu cakram bentuk piring kecil yang terbuka dan tertutup ketika batu masuk ke dalamnya.
Jenis Pemecah Batu 4. Pemecah dengan pemukul (“Hammer”, atau “impact crusher”) yang jenisnya ada bermacam-macam.Pemecah pemukul ini membutuhkan biaya perawatan dan pemakaian yang tinggi. 5. Pemecah dgn roll (“roll crusher”). Sifat memecahnya diperoleh dari pemasukan bahan antara roll yang bergerigi, seperti gergaji atau bergelombang dengan roll semacam atau roll lain yang halus permukaanya. Keganjilan pemakaian roll semacam ini menyebabkan kesukaran-kesukaran di dalam mempertahankan ukuran. 6. Gilingan dengan tongkat dipakai untuk mengganti pemecah batu dengan roll, agar dapat mengurangi pecahan-pecahan halus, dan dapat lebih ekonomis, serta hasilnya lebih seragam.
Penyerapan aspal oleh agregat Penyerapan air oleh agregat VIM(udara) Aspal Agregatl VMA VFB VIM Rongga udara(VIM) Aspal Yang Diserap Porositas permeabilitas thd air yg tdk dpt diisi aspal Aspal Pengikat VFB = Rongga terisi aspal (Void Filled with Binder) VMA = Rongga dlm agregat (Void in the Mineral Agg) VIM = Rongga udara dlm campuran (void air in Mixed) Aspal Yang Diserap
2. 2. AGGREGAT KASAR 1. Fraksi Aggregat kasar hrs tertahan ayakan No.8 (2,36mm), dan memenuhi ketentuan (tabel 2.1) (Bersih, awet, bebas dr lempung, dll) 2. Hrs terdiri dari batu/krikil pecah. 3. Ukuran max adalah satu ayakan > dr ukuran nominal maksimum . (max 10% yg tertahan pd ukuran nom max) 4. Mempunyai angularitas dr Tabel 2.(1). (Angularitas Agregat kasar = % berat Aggregat yg > 4,75mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih) 2.2. Agregat Kasar……….
2. 2. AGGREGAT KASAR Lanjutan Fraksi Aggregat kasar hrs tertahan ayakan No.8 (2,36mm), Contoh ukuran maximum dan nominal maximum Misal Aggregat Laston(AC) –Base. Ukuran maksimum = 1 ½” Nomonal maksimum = 1” % yg tertahan pd ukuran nominal max = 100-90 =10% Ukuran % Berat yang lolos Ayakan Latastir(SS) Lataston(HRS) Laston(AC) ASTM (mm) Kls A Kls B WC Base WC BC Base 1 ½” 37,5 100 1” 25 100 90-100 ¾ “ 19 100 100 100 100 100 90-100 90-100 ½” 12,5 90-100 90-100 90-100 maks.90 3/8” 9,5 90-100 75-80 65-100 maks.95 No.8 2,36 75-100 50-72 35-55 28-58 23-39 19-45 No.16 1,18 No. 30 0,600 35-60 15-35 No.200 0,075 10-15 8-13 6-12 2-9 4-10 4-8 3-7 Ukuran maksimum Nominal maksimum
Brass Round Sieve (Saringan dr kuningan) Untuk menentukan grain size distribusi partikel pasir gravel
2. 2. AGGREGAT KASAR Lanjutan 4. Batas-batas kepipihan dan kelonjongan max 10% {dlm tabel 2.(1)}, dpt dinaikkan oleh Direksi, bila ketentuan lainnya telah memenuhi dg sempurna 5. Aggregat kasar yg kotor dan berdebu, yg lolos ayakan No 200 (0,0075 mm), > 1% tdk boleh gunakan. 6. Harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke AMP dgn menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds) 7. Aggregat kasar dr Latasir Kelas A dan B, boleh dari kerikil yg bersih 2.2. Agregat Kasar……….
2.2. AGREGAT KASAR Lanjutan Tabel 2.(1). Ketentuan Aggregate kasar Pengujian Standar Nilai 1. Kekekalan bentuk aggregate terhadap larutan SNI 03-3407-1994 Maks.12% natrium dan magnesium sulfat 2. Abrasi dengan mesin Los Angles SNI 03-2417-1991 Maks.40% 3. Kelekatan Aggregate terhadap aspal SNI 03-2439 -1991 Min. 95% 4. Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10) DotT’s 95/90 Test Method 80/75 5. Angularitas (kedalaman dari permukaan > 10) Pennsylvania 95/90 PTM No.621 80/75 6. Partikel Pipih ASTM D-4791 Maks 25% 7. Partikel Lonjong ASTM D-4791 Maks 10% 8. Material lolos saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks 1% Catatan: 80/75 menunjukkan bahwa 80% aggregate kasar mempunyai bidang pecah satu atau lebih dan 75% aggregate kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih 2.3. Los Angles……….
Los Angles Abrassion Machine ASSHTO T-96 (ASTM C-131) Untuk menentukan degradasi mineral agregat dari abrasi, impact dan grinding Kekekalan agraegat thd larutan natrium dan magnesium sulfat ASSHTO T-104 –86 (ASTM C-88-76) Kekekalan agraegat thd aspal ASSHTO T-182 –84 (ASTM C- 1664-80) 2.3. Agregat Halus……….
2.3. Aggregate Halus a. Terdiri dari pengayakan batu pecah /pasir yang lolos ayakan No.8 (2,36mm) b. Harus ditempatkan terpisah dari aggregate kasar. c. Pasir boleh digunakan dlm campran aspal. ( max untuk Laston /AC adalah 5%) d. Harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. (Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu (Pasal 2.1)) 2.3. Agregat HAlus……….
2.3. Aggregate Halus e. Agregat pecah halus dan pasir hrs ditumpuk terpisah (dipasok ke AMP, dengan mengunakan pemasok penampung dingin- cold bin feeds) f. Pasir kotor dan berdebu serta mempunyai partikel lolos ayakan N0.200 (0,075 mm) > 8% atau pasir yang mempunyai nilai setara pasir (sand equivalent) < 40 sesuai dengan Pd M-03-1996-03, tidak dapat digunakan dalam campuran. Tabel 2.(2) angularitas Aggregate Halus Pengujian Standar Nilai Nilai setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 50 % Material lolos Saringan No 200 SNI 03-4428-1997 Min 8 % 2.3. Agregat Halus……….
2.3. Aggregate Halus lanjutan g. Aggregate halus harus mempunyai angularitas yang disyaratkan Dalam tabel 2.(2) INI SPEC THN 2001 Tabel 2.(2) angularitas Aggregate Halus Pengujian Lalu Lintas Standar Nilai Angular (kedalaman < 1 juta ESA AASTHO Min 40 % dari permukaan < 10 cm > 1 juta ESA TP-33 Min 45 % Angular (kedalaman dari < 1 juta ESA AASTHO Min 40 % permukaan > 10 cm > 1 juta ESA TP- 33 Min 40 % 2.4. Bahan Pengisi (filler)……….
2.4. BahanPengisi (filler) a. Harus terdiri dr debu batu kapur (lime stone dust), semen Portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya disetujui oleh Direksi Pekerjaan. b. Filler harus kering dan bebas dari gumpalan- gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan secara basah sesuai dengan SK SNI M-02-1994-03 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No 200 (75micron) tidak kurang dari 75% terhadap beratnya. c. Kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai filler maka proporsi maksimum yang diizinkan adalah 1,0% dari berat total campuran aspal. 2.5. Garadasi Agregat Gabungan ……….
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan 1.Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen terhadap berat aggregat. 2.Harus memenuhi batas-batas dan harus berada diluar Daerah Larangan (Restriction zone) yang diberikan dalam Tabel 2.(3). 3.Gradasi aggregat gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas-batas toleransi yang diberikan dalam Tabel 2.(3) dan terletak diluar Daerah Larangan. 2.5. Garadasi Agregat Gabungan ……….
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan Daerah larangan Daerah Larangan
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan lanjutan
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan lanjutan
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan lanjutan
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan lanjutan
Tabel 2.(3) : Gradasi Aggregat Untuk Campuran Aspal (Spesifikasi) Ukuran % Berat yang lolos Ayakan Latastir(SS) Lataston(HRS) Laston(AC) ASTM (mm) Kls A Kls B WC Base WC BC Base 1 ½” 37,5 100 1” 25 100 90-100 ¾ “ 19 100 100 100 100 100 90-100 90-100 ½” 12,5 90-100 90-100 90-100 maks.90 3/8” 9,5 90-100 75-80 65-100 maks.95 No.8 2,36 75-100 50-72 35-55 28-58 23-39 19-45 No.16 1,18 No. 30 0,600 35-60 15-35 No.200 0,075 10-15 8-13 6-12 2-9 4-10 4-8 3-7 Daerah Larangan No.4 4,75 39,5 No.8 2,36 39,1 34,6 26,8-30,8 No.16 1,18 25,6-31,6 22,3-28,3 18,1-24,1 No.30 0,600 19,1-23,1 16,7-20,7 13,6-17,6 No.50 0,300 15,5 13,7 11,4
Aggregate kasar dan halus (“spec lama”) Agregate kasar Agregate halus
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan 1. HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80% aggregat lolos ayakan NO.8 (2,36 mm) harus juga lolos ayakan No.30 (0,600 mm ). Contoh batas-batas “bahan bergradasi senjang”, lolos saringan No 8 dan lolos saringan No 30.(lihat tabel 2.4) 2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi aggregat. Batas batas gradasi ditentukan pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah (2,36 mm) dan ayakan terkecil (0,075) Tabel 2.4 : Contoh-contoh Batas-batas “Bahan bergradasi senjang” % lolos No.8 40 50 60 70 % lolos No.30 Paling sedikit 32 Paling sedikit 40 Paling sedikit 48 paling sedikit 56 % Kesenjangan 8 atau kurang 10 atau kurang 12 atau kurang 14 atau kurang. 2.6. Bahan aspal untuk cam. aspal ……….
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal a.1 Bahan aspal harus dari jenis aspal semen pen.60/70. a.2 Bahan aspal harus memenuhi yang memenuhi AASHTO M20 dan mempunyai titik lembek minimum 480 C, yang ditentukan sesuai dengan SNI 06-2434-1991 (AASHTO T53). 2.6. Bahan aspal unutk cam. aspal ……….
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal 1.Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yg bersifat viskositas 2.Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu mata rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, 3.Aspal sering disebut material bituminous. 4.Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan/destilasi minyak bumi, 5.Disebut juga aspal keras atau aspal semen . 2.6. Jenis-jenis aspal ……….
Pruduk Kilang Minyak
Jenis-jenis Aspal 1.ASPAL KERAS /ASPALSEMEN/ ASPAL MURNI 2.ASPAL CAIR (CUTBACK ASPHALT) a.Aspal cair cepat mantap (RC = rapid curing), b.Aspal cair lambat mantap (SC = slow curing), c.Aspal cair lambat mantap (SC = slow curing 3. ASPAL EMULSI 4.ASPAL ALAM 5.ASPAL BATU (ROCK ASPHALT) 6.ASPAL MODIFIKASI a.Aspal Polymer Elastomer(Campur karet,styrene dll) b.Aspal Polymer Plastomer(campur polypropilene dan polyethilene) 2.6. Jenis-jenis aspal ……….
Jenis-jenis Aspal 1.ASPAL KERAS/ASPALSEMEN Pada proses destilasi fraksi ringan minyak bumi (temperatur sekitar 480 0C) menghasikan residu yg dikental dgn nama aspal keras atau aspal semen. 2.Mutu ASPAL KERAS/ASPALSEMEN a. Berdasarkan penetrasi pd 25 0C: Aspal 40/50, 60/70, 200/300 dll. (200/300 lunak, 40/50 keras) b. Berdasarkan kekentalan/viskosistas 60 0C: AC (Asphalt Cement) 2,5 ;AC 5; AC 10; AC20 dll. (AC2,5 lunak ;AC20 keras) b. Berdasarkan RTFOT (Rolling Thin Film Oven Test) pada 60 0C: AR (aged residu) 10, AR20,AR40,AR80 dll. (AR10 lunak, AR80 keras) Catatan:AC 20 ~ penetrasi 60 (lihat tabel The Asphalt Institut,1983 2.6. Jenis-jenis aspal ……….
Jenis-jenis Aspal 1.ASPAL KERAS 2.ASPAL CAIR (CUTBACK ASPHALT) Pada proses destilasi fraksi ringan minyak bumi (temperatur sekitar 480 0C) menghasikan residu yg dikental dgn nama aspal keras. 2.ASPAL CAIR (CUTBACK ASPHALT) *Aspal cair dihasilkan dgn melarutkan aspal keras dgn bahan pelarut berbasis minyak. *Aspal cair dpt dibedakan dalam 3 jenis, yaitu ; Aspal cair cepat mantap (RC = rapid curing), yaitu aspal cair yg bahan pelarutnya cepat menguap. (Pelarutnya biasanya bensin)Aspal cair mantap sedang (MC = medium curing), yaitu aspal cair yg ahan pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yg digunakan pada aspal jenis ini biasanya minyak tanah. Aspal cair lambat mantap (SC = slow curing), yaitu aspal cair yg bahan pelarutnya lambat menguap.(Pelarutnya biasanya solar). Aspal cair dapat digunakan lapis resap pengikat (prime coat) atau lapis perekat (tack coat). 2.6. Jenis-jenis aspal ……….
Jenis-jenis Aspal 3. ASPAL EMULSI a. Aspal emulsi dihasilkan melaui proses pengemulsian aspal keras.aspal keras dipisahkan dan didispersikan dalam air yg mengandung emulsifier (emulgator). b. Berdasarkan muatan listrik zat pengemulsi yg digunakan, aspal emulsi yg dihasilkan dapat dibedakan menjadi: Aspal emulsi anionic, yaitu emulsi yg berion negatif. Aspal emulsi kationik, yaitu aspal emulsi yg berion positif. Aspal emulsi non-ionik, yaitu aspal emulsi yg tidak berion (netral). c. Huruf RS (rapid setting), MS (medium setting) dan SS (slow setting). d. Dapat digunakan lapis resap pengikat (prime coat) atau lapis perekat (tack coat) 2.6. Jenis-jenis aspal ……….
Jenis-jenis Aspal 4.ASPAL ALAM Aspal alam adalah aspal yg secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan depositnya aspal ini dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu : - Aspal Danau (Lake Asphalt) - Aspal Batu (Rock Asphalt) Aspal ini secara alamiah terdapat di danau Trinidad, Venezuella dan Lawele. Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral dan bahan organic lainnya 5.ASPAL BATU (ROCK ASPHALT) Aspal batu Kentucky dan Buton adalah aspal yg secara alamiah terdeposit di daerah Kentucky, USA dan di pulau Buton, Indonesia Aspal dari depodit ini terbentuk dalam celah-celah batuan kapur dan batuan pasir. Aspal yang terkandung dalam batuan ini berkisar antara 12-35 % dari masa batu tersebut dan memiliki tingkat penetrasi 0 – 40. 2.6. Jenis-jenis aspal ……….
Jenis-jenis Aspal 6.ASPAL MODIFIKASI a.Aspal Polymer Elastomer SBS (Styrene Butadine Styrene), SBR (Styrene Butadine Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene), dan karet adalah jenis-jenis polymer elastromer yg biasanya digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras b.Aspal Polymer Plastomer Jenis polymer plastomer yg telah banyak digunakan antara lain adalah EVA (Ethylene Vinyl Acetate), polypropilene dan polyethilene. Persentase penambahan polymer ini ke dalam aspal keras tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal 2.6. Bahan aspal unutk cam. aspal ……….
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal a.3 Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO T40 (SNI 06-6399-2000 ). a. Pengambilan contoh bahan aspal dari tiap truk tangki harus pada bagian atas, tengah dan bawah. Contoh harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek. Bahan aspal di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki penyimpan sebelum hasil pengujian contoh memenuhi ketentuan spesifikasi ini. Bila hasil pengujian contoh pertama tersebut lolos ujian, tidak berarti bahan aspal dari contoh yang mewakili telah memenuhi semua sifat-sifat bahan aspal yang di syaratkan 2.6. Pengambilan contoh aspal ……….
Pengambilan contoh bahan aspal b. Ukuran contoh 1.Untuk contoh bahan cair : *Untuk pengujian rutin lab. Aspal minyak 1 liter Apal emulsi 4 liter. *Dari dalam bentuk curah 1 liter *Dari barrels /drum 1 liter. 2.Untuk bahan semi padat atau padat sebagai berikut : Dari barrels drum atau blok-blok 1k g. Dari crusser dlm curah/bags 1kg 2.6. Pengambilan contoh aspal ……….
Pengambilan contoh bahan aspal c. Semi padat atau bahan padat yang belum di pecah. Drum, barrel, kardus atau kantong. Bila contoh diambil dari produksi menerus atau kemasan, dipilih secara acak seperti pd Tabel 14. Tabel 14. Jumlah Contoh Yang Dipilih Secara Acak Dikirim Yang Diambil 2 – 8 2 9 – 29 3 28 – 64 4 65 - 125 5 126 – 216 6 217 – 343 7 344 – 512 8 513 – 729 9 730 – 1000 10 1001 - 1331 11 2.6. Bahan aspal untuk cam. aspal ……….
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal Spesifikasi aspal pen 60 No. Jenis Pengujian Metode Spesifikasi Pengujian Min Max Satuan 1. Penetrasi 250 C 100 gr 5 detik SNI 06-2456-1991 60 79 0,1 mm 2. Titik lembek SNI 06-2434-1991 48 58 0 C 3. Daktilitas SNI 06-2432-1991 100 - Cm 4 Kelarutan dalam C2HCL3 ASTM D 2042 99 - % 5. Titik Nyala SNI 06-2433-1991 200 - 0 C 6. Berat Jenis SNI 06-2441-1991 1,0 - gr/ml 7. Kehilangan berat(Thin Film Oven Test) SNI 06-2440-1991 - 0,8 % 8. Penetrasi setelah kehilangan berat SNI 06-2456-1991 54 - % asli 9. Daktilitas setelah kehilangan berat 10. Titik lembek setelah kehilangan berat SNI 06-2434-1991 - - 0 C 11. Suhu pencampuran ASTM D 88 - - 0 C 12. Suhu pemadatan ASTM D 88 - - 0 C 13. Kadar air SNI 06-2490-1991 0 0 0 C 2.6. Bahan aspal untuk cam. aspal ……….
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal b. Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus perbandingan campuran harus: * Mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 55% nilai penetrasi aspal sebelum pencampuran * Nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, dengan prosedur SNI- 06-2456- 1991 dan SNI-06-2432-1991 2.6. Bahan aspal untuk cam. aspal ……….
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal c. Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji dengan cara SNI 03-3640-1994. * Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstrasi mencapai 200 mm, partikel mineral yg terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu sentrifugal. * Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1% (dengan pengapian). * Bahan aspal harus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur AASHTO T170. 2.7. Bahan aditif untuk aspal ……….
2.7. Bahan Aditif Untuk Aspal 1.Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan ke dalam bahan aspal bilamana diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan 2.Persentase aditif yang diperlukan harus dicampurkan ke dalam bahan aspal sesuai dgn petunjuk pabrik untuk menghasilkan campuran yang homogen. 2.8. Sumber Pasokan ……….
2.8. Sumber Pasokan 1. Persetujuan sumber pasokan agregat, aspal dan bahan pangisi (filler) harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum pengiriman bahan. 2. Setiap Jenis bahan diserahkan, paling sedikit 60 hari sebelum dimulainya pekerjaan pengaspalan.
selesai