IMPLEMENTASI PP No.41/2007 dan Reorganisasi Pemda di Kabupaten Merauke

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERAN PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
Advertisements

APA OTONOMI DAERAH ? OTONOMI DAERAH ADALAH HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN.
BAHAN RAKOR PENYUSUNAN PERENCANAAN TAHUN 2013
Berkelas.
EKSISTENSI KELEMBAGAAN DALAM RANGKA PENYALURAN OBAT KE FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PEMERINTAH Oleh : Sekretaris Kementerian PAN dan RB selaku Deputi.
H.Ghazaly Ama La Nora,S.Ip,M.Si Mercu Buana University
Hasil Diskusi Definisi Otonomi Daerah
MAPEL : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENGORGANISASIAN DAN PEMBINAAN POKJANAL POSYANDU
PELUANG PEMBIAYAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH
Drs. Cyrus Ramot Marpaung
PEMBAHASAN HASIL MONEV PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH D.I. JOGJAKARTA
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Hubungan Antar Pemerintahan
DRAFT Review UU Pemerintahan Daerah (UU 23/2014) dari Perspektif Penataan Ruang: POTENSI PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN KLARIFIKASI Sekretariat BKPRN.
SUMBER-SUMBER KEUANGAN DAERAH
Penyusunan NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA (NSPK) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jakarta, 14 November 2014.
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
Department of Business Adminstration Brawijaya University
DALAM PENYELENGGARAAN TUGAS-TUGAS PEMERINTAHAN UMUM
Struktur Penyelenggara Pemerintahan Daerah : Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
UU No. 23 TAHUN 2014 IMPLIKASINYA TERHADAP SDM KESEHATAN
ORGANISASI DAN TATA KERJA CABDIN DAN UPT-SP
KELEMBAGAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
PENGANGGARAN SANITASI
H. Ahmad Marzuqi, S.E Dan Dian Kristiandi, S.Sos
Dr.Dra.Rochayati Basra,M.Pd
Universitas Negeri Semarang
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2016
DITJEN BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
EKSISTENSI KERJASAMA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PASCA
Administrasi Pemerintahan di Daerah Hukum tentang Organisasi Administrasi Negara Hukum Administrasi Negara Semester 4
Kepala Biro Organisasi Setda Prov. Sumbar
UNDANG-UNDANG 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
POLA HUBUNGAN KERJA URUSAN KEISTIMEWAAN
Kuliah 7 UU 32 Tahun 2004 Harsanto Nursadi.
TIPE DAN ASAS PEMERINTAHAN LOKAL
PENATAAN KELEMBAGAAN PEMDA DIY
Pertemuan 13 Otonomi Desa.
KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Pembagian Urusan & Penyelenggaraan Pemerintahan
DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH.
Pertemuan 13 Otonomi Desa.
ANDRIAS DARMAYADI, M.SI SISTEM POLITIK INDONESIA
OLEH: YUNITA WULANSARI PPKn
KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI MONITORING DAN EVALUASI PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2017 DARI SISI PELAPORAN.
PENATAAN KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Otonomi Daerah studi kasus provinsi riau
STANDARDISASI JABATAN PELAKSANA
TAHAPAN DAN SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENSTRA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 86 TAHUN 2017 PPKK FISIPOL UGM.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PERSPEKTIF PERANGKAT DAERAH BERDASARKAN PP 18 TAHUN 2016
Pembagian Urusan & Penyelenggaraan Pemerintahan
DESENTRALISASI & PEMERINTAHAN DAERAH
NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA (NSPK) Bidang kominfo – sub urusan aptika Firmansyah Lubis Semarang, 31 Juli 2018.
KEPALA BIRO ORGANISASI
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH (SIPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2018
Pusat Perencanaan Kepegawaian dan Formasi 2016
Oleh: Ir. Edison Siagian, ME
Pengelolaan website pemerintah daerah
MUSRENBANG Perubahan RPJMD Tahun
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH.
KECAMATAN DENPASAR SELATAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Transcript presentasi:

IMPLEMENTASI PP No.41/2007 dan Reorganisasi Pemda di Kabupaten Merauke Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP www.kumoro.staff.ugm.ac.id kumoro@map.ugm.ac.id Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada

KONSEP DASAR OTONOMI DAERAH Devolution / decentralisation: The transfer of functions or decision-making authority from the central government to local government (Cheema & Rondinelli, 1981). Otonomi daerah (local autonomy): kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No.32 Tahun 2004).

METODE PELIMPAHAN WEWENANG “Ultra vires” is basically used for denoting the situation where local governments “vires” (functions) are explicitly listed, and therefore any local government action outside this list would be deemed to be “ultra vires”, i.e. beyond the scope of allowed functions. “General competence”, on the other hand, is the principle that allows local governments to take whatever necessary actions in their territories, i.e. protecting citizens, providing services, and developing the regions. Under the “general competence” principle, local governments are free to take actions as long as they do not breach provisions in higher levels’ regulations. Ferrazzi (2002); Hoessein (2002)

Pelimpahan Wewenang di Indonesia Metode yang dianut adalah general competence, dengan sedikit modifikasi Perumusan kewenangan daerah ditetapkan berdasarkan “kewenangan residual”, dengan rumusan eksplisit dimulai dari pemerintah pusat, yi: bidang pertahanan dan keamanan, kebijakan moneter dan fiskal, politik luar negeri, agama, justisi. Dalam peraturan lebih teknis, perumusan kewenangan didahului dengan kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, menurut PP No.25/2000. Perumusan berdasarkan pengakuan kewenangan dalam tiga jenjang (pusat, provinsi, kabupaten/kota) menurut PP No.38/2007.

Muatan PP No.38/2007 Pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi, kab/kota secara rinci (lampiran 856 hal, mirip dengan muatan Kepmendagri 130-67 th 2002) Kewenangan wajib (basic services): 26 urusan Kewenangan pilihan (core competence) : 8 urusan. Bagaimana dengan urusan pemerintahan yang konkuren?

URUSAN WAJIB Pendidikan Kesehatan Lingkungan hidup Pekerjaan umum Penataan ruang Perencanaan pembangunan Perumahan Kepemudaan & olah-raga Penanaman modal Koperasi & usaha kecil-menengah Kependudukan & catatan sipil Ketenagakerjaan Ketahanan pangan Pemberdayaan perempuan & perlindungan anak KB & keluarga sejahtera Perhubungan Komunikasi & Informatika Pertanahan Kesatuan bangsa & politik dalam-negeri Otda, PU, adm. Keuangan daerah, perangkat daerah kepegawaian, persandian Pemberdayaan masyarakat dan desa Sosial Kebudayaan Statistik Kearsipan Perpustakaan

URUSAN PILIHAN Kelautan & perikanan Pertanian Kehutanan Energi & sumberdaya mineral Pariwisata Industri Perdagangan Transmigrasi

Proses Terbentuknya Stuktur Organisasi Pembagian kerja 1 Struktur organisasi Pembagian Kerja 2 Pembagian Kerja 3 Koordinasi dan integrasi

Perkembangan Organisasi dan Restrukturisasi Kedewasaan Kemunduran Pertumbuhan Formasi 1. Tahap kewiraswastaan 2. Tahap kebersamaan 3. Tahap formalisasi dan kontrol 4. Tahap perluasan struktur 5. Tahap kemunduran Tujuan tidak jelas Kreativitas tinggi Komunikasi dan struktur informal Komitmen tinggi Formalisasi Peraturan Struktur stabil Pemekaran pada efisiensi Stuktur lebih kompleks Desentralisasi Berbagai macam pasar Turnover pegawai tinggi Konflik meningkat Sentralisasi

Sistem Pemerintahan Daerah setelah Reformasi UU No 32/2004 meletakkan otonomi atas dasar lima landasan yaitu: (1) demokrasi, (2) partisipasi dan pemberdayaan, (3) persamaan dan keadilan, (4) pengakuan atas potensi daerah dan perbedaannya, (5) penguatan parlemen lokal. Pengakuan adanya otonomi luas, kecuali lima urusan pemerintah pusat (politik LN, pertahanan & keamanan, justisi, moneter & fiskal nasional, agama) Bertanggung jawab terhadap semua urusan yang telah diserahkan kepada daerah mulai dari perencanaan, penganggaran, implementasi, dan evaluasinya. Daerah diberi kewenangan untuk mengurus urusan keuangan, kepegawaian dan organisasi daerah. Pemerintah daerah tidak termasuk DPRD (ada pemisahan yang jelas). Instansi vertikal digabung dengan dinas daerah. Kecamatan (distrik) memiliki fungsi dekonsentrasi, pemerintahan desa (kampung, mukim) berhak untuk memilik kepala pemerintahan dan Badan Perwakilan sendiri.

REALISASI PEMBAGIAN KEWENANGAN DALAM PENATAAN KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH Diberikan keleluasaan daerah untuk menatanya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Daerah mempunyai keadaan dan kemampuan yang berbeda Kewenangan daerah dalm konstruksi otonomi UU No.32/2004 seharusnya lebih leluasa ketimbang ketika diatur oleh UU No.5/1974 Peraturan pemerintah seharusnya tidak mengatur yang cenderung membatasi keleluasaan dan keberagaman daerah

Muatan PP No.41/2007 Penyusunan SOT berdasarkan penilaian mandiri (self-assessment) Struktur diharapkan lebih ramping & sesuai kebutuhan daerah; Ukuran maksimal: 15 dinas, 10 badan. Struktur inti: kepala daerah & wakil dibantu staf (sekretariat), unsur pengawas (inspektorat), unsur perencana (badan), unsur pendukung (lembaga teknis daerah), unsur pelaksana (dinas). Struktur tambahan: unsur pelaksana sesuai potensi unggulan (core competence) daerah Kemungkinan pembentukan lembaga lain sesuai kebijakan nasional (Sekr. Badan Narkoba, Komisi Penyiaran, dsb) Kriteria objektif (?) dengan pembobotan: 40% variabel penduduk, 35% luas wilayah, 25% besaran APBD. Masalah: apakah eselonisasi sudah sesuai dengan beban kerja? Penurunan eselon Kabid pd dinas & badan  IIIa menjadi IIIb. Penghapusan Wakil Kepala Dinas. Kepala Daerah dapat merekrut hingga 5 orang staf ahli (eselon IIa untuk staf ahli Gub, IIb untuk staf ahli Bup/Walikota). Masalah: kemungkinan nepotisme? Kecemburuan?

Struktur Dasar Organisasi Strategic apex Middle line Support Staff Techno-structure Operating core Sb: Mintzberg (1979:20)

Deskripsi masing-masing Strategic Apex Suatu unit satuan organisasi yang berfungsi membuat kebijakan strategis untuk kelangsungan hidup dan pengembangan suatu orgaisasi Fungsi ini biasanya terletak pada posisi tertinggi atau dijabat oleh Pimpinan tertinggi suatu Organisasi (Untuk Dinas=Kepala Dinas)

Lanjutan I Middle Line Satuan Organisasi ini berfungsi sebagai perantara yang menyalurkan kebijakan strategis untuk dilaksanakan oleh satuan pelaksana organisasi Satuan organisasi mediator ini umumnya pengelola dari fungsi bantuan dan fasilitasi (biasanya dijabat oleh Sekretaris)

Lanjutan II Operating Core Unit organisasi berfungsi melaksanakan tugas pokok suatu organisasi. Unit ini yang berfungsi sebagai pelaksana yang bertanggungjawab atas berhasil tidaknya pelaksanaan kebijakan strategis yang ditetapkan oleh Strategic Apex Unit ini berada di depan yang erat kaitanya dengan terwujudnya tugas pokok suatu organisasi (Dinas kesehatan= rumah sakit, poli klinik dsb.)

Lanjutan III Techno-Structure Unit ini berfungsi sebagai analis yang memberikan bantuan (hasil analisisnya) kepada Strategic Apex mengenai segala aspek yang berkaitan dengan tugas pokok organisasi untuk masukan pengambilan kebijakan (Misalnya: bagian Litbang)

Lanjutan IV Support Staff Unit organisasi ini terdiri dari satuan penunjang yang memperlancar pelaksanaan tugas pokok organisasi Unit ini biasanya dipandang kurang penting, akan tetapi tanpa unit ini organisasi bisa lumpuh (misalnya bagian Tata Usaha)

LEMBAGA DI PEMDA MERAUKE (Sekretariat & Badan/Inspektorat) Sekretariat Daerah (Pola 3 Asek) Sekretariat DPRD Asisten Sekretariat Daerah: Pemerintahan & Kesejahteraan Rakyat Bagian Pemerintahan Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Bagian Administrasi Kemasyarakatan Pembangunan Daerah Administrasi Pembangunan Administrasi Sumberdaya Alam Administrasi Perekonomian Administrasi Umum Hukum Organisasi Umum Perlengkapan dan Aset

LEMBAGA TEKNIS DAERAH DI MERAUKE (8 Badan, 1 Satuan Teknis, 1 RSUD) Badan (8 bh): Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Kesatuan Bangsa & Perbatasan Daerah Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan (Balitbangdiklat) Badan Promosi dan Investasi Daerah Pengumpulan Data dan Arsip Daerah Kantor Informasi, Komunikasi, dan Perpustakaan Kantor Kependudukan, Keluarga Berencana dan Catatan Sipil Satuan lain: Satuan Polisi Pamong Praja Rumah Sakit Umum Daerah

LEMBAGA DI PEMDA MERAUKE (Dinas & Distrik) Dinas (16 bh): Dinas Pendapatan Daerah Dinas Pekerjaan Umum Dinas Kesehatan Dinas Pendidikan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Menengah Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Tanaman Pangan Dinas Peternakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dinas Perikanan dan Kelautan Dinas Perhubungan Dinas Migrasi, Permukiman, dan Ketenagakerjaan Dinas Perindagkop Dinas Pemuda, Olah-raga dan Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Wilayah: Distrik (20)

PERUBAHAN ESELONISASI DI MERAUKE Keadaan Sekarang Konsultasi Depdagri Eselon IIa 1 Eselon IIb 30 Eselon IIb 27 Eselon IIIa 121 Eselon IIIa 63 Eselon IIIb 11 Eselon IIIb 113 Eselon IVa 319 Eselon IVa 477 Eselon IVb 32 Eselon IVb 89

Pasal 22 PP No.41/2007 Pembentukan Dinas / LTD agar disesuaikan dengan Perumpunan Urusan. Perumpunan urusan Dinas tidak boleh digabung dg LTD  Plus Kebijakan Nasional. BP4K (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan)  UU No.16/2006 BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)  UU No.24/2007 Badan Ketahanan Pangan  Perpres No.83/2006 UPTSA (Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap)  Permendagri No.20/2008.

Strategi Reorganisasi Tetapkan “fungsi” sebelum “struktur” (money follows function) Lakukan perubahan dari yang potensi konfliknya terendah Jangan menghapus satuan organisasi yg kinerjanya baik (Do not kill the golden goose) Analisis ttg kinerja SKPD dan individual dg indikator kemampuan yg objektif Arahkan reorganisasi pada tujuan otonomi daerah; peningkatan ekonomi & kemakmuran rakyat di daerah, pelayanan publik yg efisien, responsif, akuntabel Kembangkan sistem insentif berdasarkan kinerja, bukan semata-mata pada jabatan struktural Utamakan good-will dalam mengoptimalkan kinerja, bukan mencari-cari kelemahan dalam peraturan untuk diri-sendiri & ego-sektoral.