SEBAGAI SUMBER KARAKTER SEMINAR NASIONAL UNY KAMPUS WATES

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Q.S. At-Tahrim Ayat 8.
Advertisements

(IKHLAS, TAAT, KHAUF , DAN TAUBAT)
HADITS KEDUAPULUH TUJUH
ETOS KERJA DALAM ISLAM keutamaan kerja karakter Rasul dalam bekerja
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
Agama Islam Pertemuan ke-3.
Peran Agama dalam Pembangunan Moral Bangsa
Fungsi Al-qur'an bagi kehidupan kita sehari hari
Akhlak Materi -11.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IMAN SEBAGAI DASAR AKIDAH
MENUNTUT ILMU Pengertian Menuntut Ilmu
ETIKA, MORAL, DAN AKHLAQ Pengertian Etika, Moral, dan Akhlaq
AKHLAK Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa arab ( أخلاق ) dalam bentuk jama’, sedang mufradnya adalah khuluq ( خلق ), yang dalam Kamus Munjid.
Pertemuan Ke-9.
Macam-Macam Wanita Di Dalam Al Qur’an
IMAN KEPADA RASUL.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Assalamu'alaikum ETIKA, MORAL DAN AKHLAQ Oleh: Nurhasan, M. Ag Hmmm…..
BAB II IMAN DAN TAQWA.
SIKAP IKHLAS, SABAR, DAN PEMAAF
HADITS KEDUAPULUH SATU
KEIMANAN DAN KETAKWAAN
Perkara yang akan dipelajari:
Ahklak Shahsiah akhlaq mengajarkan kita tentang nilai-nilai baik dan buruk, terpuji dan tercela yang dijadikan sebagai pedoman hidup manusia dalam segala.
KEBIJAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER 2011
ETIKA, MORAL DAN AKHLAK DALAM ISLAM
Sumber Hukum Islam Al-Qur’an Al hadist Ijtihad. ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM PERTAMA ISLAM DAN SEJARAH PEMBUKUAN ALQURAN.
IMAN SEBAGAI DASAR AKIDAH
AKHLAQ KEPADA ALLAH SWT
Akhlak Materi -7.
PENTINGNYA AGAMA DAN USAHA AGAMA
Dipresentasikan oleh Ahmad Rifai
AGAMA ISLAM.
فَضَائِلُ الدَّعْوَةِ
Perjuangan Nabi Muhammad saw.
Inilah Kunci Surga Surga, dengan segala kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia, memiliki.
Bacalah Basmalah sebelum memulai pelajaran ini !
Misi Dakwah Rasulullah Saw
SK-KD Indikator Qona’ah Tasamuh PERILAKU TERPUJI : QONA’AH DAN TASAMUH.
NILAI-NILAI RELIGIUS SEBAGAI SUMBER KARAKTER Suhaidi Arfan, Lc, M.A
PERILAKU TERPUJI ADIL, RIDHA DAN AMAL SHALEH
Misi Dakwah Rasulullah Saw
Menghormati ulama dan majelis ilmu
Kesempurnaan Ajaran Islam
BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PERAN AGAMA DALAM BK.
MENINGKATKAN KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
Cinta yang membawa ke surga
AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN
By : 1. Rizal hartono 2.Muhammad fajar
Hubungan antara Akidah dan Akhlak
KELOMPOK 10 M. Yusuf Fahmi S NPM Desi Rahmawatie NPM Dian Viona NPM Annisa Febrianti NPM Fauziah Nurul Laksmi NPM.
Manusia & Nilai-nilai Kemanusiaan Oleh: Arianto Achmad
ISLAM & INDAHNYA KERAGAMAN
Disusun Oleh: Muhammad Ridwan, S.Pd.I
IMAN SEBAGAI DASAR AKIDAH
KBM 1 FIQH ISLAMI BAB 2 : SOLAT DALAM ISLAM
Tazkiyah Nafs (Penyucian Jiwa)
1 IMAN SEBAGAI DASAR AKIDAH. 2 1.Pengertian 2.Ruang Lingkup 3.Faktor Pembinaan Iman 4.Kompetensi Iman yang Sempurna 5.Iman dalam Kehidupan IMAN SEBAGAI.
Cinta yang membawa ke surga
BAB 2 PENCIPTAAN DUNIA DAN MANUSIA SERTA PERKARA TERPENTING
Tazkiyah Nafs (Penyucian Jiwa)
BAB 2: PUASA PADA BULAN RAMADAN
Cinta yang membawa ke surga
BAB 6: MENJAGA AKHLAK DALAM BERPAKAIAN
  Nikmat Allah  “Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir?” (Q.s. 90: 8-9)  Sarana.
Wiwin Agusmawati, S.Ag MAN 1 LAHAT AKHLAKUL KARIMAH
IMAN KEPADA MALAIKAT. 1. Pengertian malaikat Allah Kata ‘malaikat’ berasal dari kata malak, bentuk jamaknya adalah malaikah. Kata malak memiliki arti.
ETOS KERJA DALAM ISLAM 1. keutamaan kerja 2. karakter Rasul dalam bekerja 3.syarat-syarat mendapatkan syurga dalam bekerja 4.norma-norma etika dalam bekerja.
Transcript presentasi:

SEBAGAI SUMBER KARAKTER SEMINAR NASIONAL UNY KAMPUS WATES NILAI-NILAI RELIGIUS SEBAGAI SUMBER KARAKTER Oleh: Ajat Sudrajat ajat@uny.ac.id SEMINAR NASIONAL UNY KAMPUS WATES 22 Maret 2014

AGAMA DAN NILAI-NILAI MUTLAK Tujuan hidup yang paling mulia bagi umat manusia adalah selalu berbuat kebajikan (Sayyid Sabiq). Q.S. al-Baqarah (2):148 menyatakan: “dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri, maka berlomba-lombalah dalam kebaikan…”). Manusia memerlukan nilai-nilai mutlak (ultimate) untuk menjawab persoalan kehidupannya baik di dunia ini maupun setelah kematiannya (Milton Yinger). Nilai-nilai mutlak tersebut meliputi hal-hal yang bersifat relasional (baik-buruk dan benar-salah) antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Dalam hal relasi manusia dengan manusia disebut dengan ‘etika sosial’ (Toshihiko Izutsu).

TUHAN SUMBER NORMATIVITAS Dalam pandangan Islam¸ Allah swt, selain merupakan inti pengalaman keagamaan, Dia juga merupakan sumber normativitas (sunnatullah), yakni sumber tata-nilai dan tata- aturan bagi ciptaan-Nya, sehingga tercipta keteraturan, kenyamanan, kedamaian, ketenteraman, dan keselamatan, itulah arti Islam dalam pengertian generik (Ismail Raji al-Faruqi dan Nurcholish Madjid).

TUHAN SUMBER NORMATIVITAS Dalam etika rasional Immanuel Kant yang coraknya imperative untuk mencapai kebaikan bersama ternyata tetap mensyaratkan kehadiran Tuhan. Ada tiga postulat yang harus dipenuhi, yaitu kehendak bebas, ganjaran moral, dan adanya Tuhan. Tuhan ditempatkan sebagai dzat yang maha adil; Tuhan yang dapat memenuhi dan menyediakan keadilan sempurna di akhirat kelak (Lili Tjahyadi, 1991: 55-56).

TUHAN INTI PENGALAMAN KEAGAMAAN Pengalaman keagamaan (perjumpaan dengan Tuhan) adalah inti dan jantung hati agama. Dalam hal ini seseorang tidak atau kurang memiliki sikap religius (bermoral) bergantung pada seberapa jauh intensitas pengalaman numinous ini (Rudolf Otto); menjaga dan mengawal dengan ‘niat’ yang konsisten (Islam). Fungsi terpenting agama adalah memberikan dasar yang mutlak bagi tatanan moral masyarakat: memperkuat, mempertahankan, menjustifikasi, dan melegitimasi ketaatan terhadap tatanan moral tersebut (Peter Berger).

AGAMA DAN MORALITAS Bagi Talcott Parsons agama menjadi ‘referensi transendetal’, yaitu mentransendensikan pengalaman sehari-hari (O’Dea, 1985: 7), atau dalam istilah Kingsley Davis, agama mensucikan nilai-nilai dan norma-norma yang telah terbentuk dalam masyarakat (O’Dea, 1985: 26); mengawal perbuatan dengan ‘niat’ secara konsisten (Islam). Pentingnya moralitas ini ditunjukan oleh misi Nabi Muhammad s.a.w., yang tidak lain adalah mengawal moralitas manusia, yaitu membimbing manusia untuk terus melakukan pendakian sehinga mencapai derajat akhlak al-karimah (Muhammad al-Mishri, 2011: 3).

AGAMA DAN MORALITAS Kesadaran akan nilai, dalam kontek relasionalitas (Izutsu), sesunguhnya merupakan sesuatu yang bersifat imperative (Kant) dan kemudian mendapatkan kepastian dengan adanya wahyu Allah swt (al-Faruqi). Hadis Nabi saw yang menyatakan: “tidak disebut beriman seseorang, sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri’ merupakan contoh dari legitimasi agama atas moralitas.

AGAMA DAN MORALITAS Agama, yang secara harfiah berarti tidak kacau, mengandung pengertian bahwa dalam agama terdapat seperangkat aturan (nilai dan norma) yang akan menjadikan para penganutnya hidup dalam suasana keteraturan, ketenteraman, kedamaian, dan keselamatan. Pada hampir semua masyarakat, nilai-nilai keagamaan ini, menempati posisi sentral karena memberikan aturan yang paling luhur berkenaan dengan kehidupan penganutnya (Nottingham, 1985: 45). Bagi seorang Muslim, agama beserta nilai yang terdapat di dalamnya, bahkan menjadi pedoman bagi semua aspek kehidupannya.

TAQWA DALAM AL-QUR’AN Dalam Islam, ‘ketaqwaan’ merupakan nilai tunggal terpenting yang disebut dalam kitab suci al-Qur’an (Fazlur Rahman). Taqwa pada tingkatan tertinggi menunjukkan kepribadian yang benar-benar utuh dan integral (Fazlur Rahman); ‘inna akramakum ‘indallaahi atqaakum’ (QS al-Hujurat (49):13).

TAQWA DALAM ISLAM ‘Taqwa’ secara terminologis: ‘menjalankan semua perintah Allah swt dan meninggalkan semua larangannya’; dalam arti generik yang berakar dari kata ‘wqy’ (waqaya), punya arti ‘menjaga atau melindungi diri dari segala sesuatu yang bisa berakibat buruk bagi diri sendiri’. Dalam konteks ini, seseorang tidak akan berbuat sesuatu yang bisa menyakiti orang lain karena akan berakibat buruk bagi dirinya. Contoh hadis Nabi saw : “seseorang disebut Muslim, apabila Muslim lainnya selamat dari lisan dan lidahnya”.

TAQWA DALAM ISLAM Semua nilai yang terdapat dalam al-Qur’an, yang meliputi akhlak kepada Allah, kepada Rasul, akhlak pribadi, akhlak dalam keluarga, masyarakat, dan akhlak bernegara (seperti al- ikhlas, al-tawakkal, al-syukr, al-ridha, al-shidq, al-amanah, al-fathanah, al-tabligh, al-shabar, al-istiqamah, al-‘afwu, al-syaja’ah, al-‘iffah, al-haya, birrul walidain, ikram al- ajrah, al-dhuyuf, musyawarah, ‘adl dan seterusnya) adalah dalam rangka menuju puncak pendakian kepribadian yang utuh dan integral yang disebut taqwa.

TAQWA DALAM ISLAM Puncaknya, ‘taqwa’ harus menjadi ‘pakaian’ para individu (secara mandiri) dalam memainkan perannya sebagai khalifatullah filardhi dengan penuh kecendikiaan. Q.S. al-Baqarah (2): 197: “Berbekallah, dan sesungguh- nya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (ulul albab)”; Q.S. al-Maidah (5): 100: “Katakanlah: “tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyak yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal (ulul albab), agar kamu mendapat keberuntungan”.

NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Di antara sekian banyak Hadis Nabi saw, mengenai akhlak al-Karimah, baik yang sifatnya umum maupun yang khusus, sekedar contoh, antara lain: Rasulullah saw ditanya: “Perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan manusia ke surga?”; beliau menjawab: “Bertakwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik” (Tirmidzi). Rasulullah saw bersabda: “Orang Mu’min yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya” (Tirmidzi).

NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Nabi saw bersabda: “Sebaik-baik orang Mu’min adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Abu Dawud). Nabi saw bersabda: “Tidak disebut beriman seseorang yang tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasai). Nabi saw bersabda: “Seorang Muslim adalah apabila Muslim lainnya selamat dari perbuatan lidah dan tangannya”( HR. Bukhari dan Muslim).

NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Nabi saw bersabda: “Seorang Muslim adalah orang yang apabila tetangganya selamat dari perbuatan tangannya dan lidahnya”( HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah saw bersabda: “Orang Mu’min dengan Mu’min yang lain bagaikan satu bangunan, satu bagian dengan yang lain saling mengokohkan; sambil memperagakan dengan menyusupkan jari-jemarinya” (Bukhari-Muslim). Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan orang yang beriman yang saling mencintai dan saling menyayangi serta saling mengasihi bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota menderita sakit, maka yang lain ikut merasakan hingga tidak bisa tidur dan merasa demam” (Bukhari-Muslim).

NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Nabi saw bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, jangan suka menyakiti tetangganya”(HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan Ibn Majah). ). Nabi saw bersabda: “Kebaikan adalah akhlak mulia”(HR. Muslim dan Ahmad). Wabisah mendatangi Rasulullah saw dan beliau bertanya: “Kamu ingin menanyakan kebaikan”, lalu Rasulullah bersabda “tanyakanlah pada hatimu sendiri” (HR Ahmad dan al-Darimi). Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah kalian berlaku jujur, sebab kejujuran itu memimpin kepada kebaikan, dan kebaikan itu memimpin ke surga; … ” (Bukhari-Muslim).

NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Nabi saw bersabda: “Pegang teguhlah enam perkara, niscaya akan memberimu jaminan masuk surga, yaitu: (1) berbicara dengan jujur bila kamu berbicara, (2) tepatilah janji bila kamu berjanji, (3) sampaikan amanat bila kamu diamanati, (4) jagalah kemaluanmu dari perbuatan zina, (5) pejamkan matamu dari perbuatan maksiat, dan (6) jagalah tanganmu dari meminta-minta” (Ahmad dan Ibn Hibban). Nabi saw menyatakan: “Tidaklah beriman seseorang apabila ia tidak dapat memegang amanah, dan tidaklah beragama seseorang apabila tidak memegang janji” (Ahmad).

NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Nabi saw bersabda: “Bertutur kata yang baik adalah sadaqah” (Bukhari-Muslim). Rasulullah saw bersabda: “Tiada dua orang Muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, melainkan diampunkan dosa keduanya sebelum berpisah” (Abu Daud). Nabi saw bersabda: “Seseorang bisa terpe- ngaruh oleh agama dan sahabat karibnya. Oleh sebab itu, perhatikanlah salah seorang di antara kamu dengan siapa dia bergaul” (Abu Daud dan Tirmidzi).

MANUSIA Mmanusia adalah homo duplex, yaitu makhluk dengan dua motif yang berbeda dan berlawanan: hasrat nafsu hewaninya dan keharusan moralnya(Durkheim). Q.S. al-Syams (91):7-10: “Demi jiwa serta penyem- purnaan (ciptaan)nya; maka, Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaannya; sungguh beruntung orang yang mensucikan (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”.

FUNGSI AGAMA Masih ada ‘gap’ di kalangan pemeluk agama, karena keberagamaannya ‘tidak berbanding lurus dengan perilaku moralnya’?. Agama, baru ditempatkan pada fungsi identitas dan sosialitas, dan belum sampai pada fungsi maknawi (Weber). Masih ada ‘gap’, karena agama ‘baru sampai pada tingkat kesalehan ritual-individual dan belum berimplikasi pada kesalehan sosial. Peribadatan mestinya kontinum dengan perilaku sosialnya, misal “shalat itu akan mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar” (QS al ‘Ankabut (29): 45).

STRATEGI IMPLEMENTASI Strategi implementasi pendidikan karakter meliputi empat hal, yang disebut dengan strategi TaRHiM (Cinta-Kasih), yaitu Teaching, Reinforcing, Habituating, dan Modeling. Strategi implementasi al-Ghazali: Pertama, metode pembiasaan (i’tiyad), yang meliputi mujahadah (menahan diri) dan riyadhah (melatih diri). Kedua, metode pertemanan atau pergaulan. Karena kecenderungan nafsu amarah yang kuat maka diperlukan kombinasi tiga unsur, yaitu ilmu, amal, dan sabar (Abul Quasem).

STRATEGI IMPLEMENTASI Strategi implementasi Ibn Miskawaih: kehidupan utama pada anak-anak memerlukan dua syarat: syarat kejiwaan dan syarat sosial. Syarat kejiwaan, dengan menumbuhkan watak cinta kepada kebaikan, yang dapat dilakukan dengan melatih dan membiasakan diri pada kebaikan. Syarat sosial, dengan cara memilihkan teman- teman yang baik, menjauhkan dari teman- temannya yang berperangai buruk.