Mellanie Amelia Dasty Savitri

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Seminar Komprehensif Hendri Ahmadi
Advertisements

Abrasi daerah Muara Sungai Jeneberang,
Oleh : INDRIANI Dibawah bimbingan : Ankiq Taofiqurrahman.S.Si.,M.T.
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
oleh Daud Thana PPLH Universitas Hasanuddin
TENDENSI SENTRAL.
AHP: Pengertian dan Konsep Dasar
TINJAUAN UMUM DATA DAN STATISTIKA
Dr. Ir. Iskandar., MSi dan Ujang Subhan, S.Pi., MSi
SEMINAR KOLOKIUM AUFA FADHLI PRATOMO NPM DI BAWAH BIMBINGAN
KONTRIBUSI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI PANTAI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT SEMINAR KOMPREHENSIF DEWI YULIRIANE.
Universitas Padjadjaran
SRI TITI LESTARI, ANALISIS PERSEBARAN INDUSTRI BESAR DI KABUPATEN PURBALINGGA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
LEMBAR ISIAN PENILAIAN KERANGKA ACUAN ANDAL IRIGASI RANDANGAN
DASAR-DASAR PENYIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA
Rapat Pansus III Dewan Sumber Daya Air Nasional
PRATIWI DINDA MUTIANUGRAH
KULIAH TPTI PERTEMUAN KE 3-4 MEMBUAT USULAN PENELITIAN/ PROPOSAL
Luas Daerah ( Integral ).
TINJAUAN ASPEK GEOTEKNIK
TINJAUAN UMUM DATA DAN STATISTIKA
Penilaian Dalam Tes Bahasa
ANALISIS GERAKAN OPERATOR DALAM MENGURANGI CEDERA DIPABRIK TAHU SUMEDANG SUWANDHA EKA SYAPUTRA Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Budi Hermana. M.M.
TINJAUAN UMUM DATA DAN STATISTIKA
EFEKTIVITAS TEPUNG HIPOTALAMUS SAPI
PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA POTENSI DESA
STATISTIK NONPARAMETRIK Kuliah 10: Uji k-Sampel Berhubungan: Uji Friedman Dosen: Dr. Hamonangan Ritonga, MSc Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta.
NAURITA PERTIWI, PEMETAAN LOKASI TAMBANG BAHAN GALIAN GOLONGAN C DI KABUPATEN SEMARANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
ADNAN YOLLANDA, Kajian Perubahan Penutup Lahan dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Multi-Temporal di Daerah Aliran Sungai Bodri.
Aplikasi AHP.
DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DAN IZIN LINGKUNGAN
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
RAHMAT WIBOWO, PEMETAAN POTENSI BAHAN GALIAN GOLONGAN C (PASIR DAN BATU SUNGAI) DI KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA BERBASIS SIG.
Analytic Hierarchy Process
SISTEMATIKA PENYUSUNAN DOKUMEN ANDAL
OLEH : MARIA MUTIARA CO`O 07085
Latar Belakang Masalah
ANALISIS REKAPITULASI HASIL SEMENTARA PILEG 2014 TESSA ESCADINHA ILMU ADMINISTRASI NEGARA B.
Analytic Hierarchy Process
ABRASI PANTAI SELATAN DI DIY
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
AKHIRUL MUNAJAT, PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG.
Teknik Evaluasi Perencanaan
OLEH : LA ODE ASWAN E1A JURUSAN TEKNIK SIPIL PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PULAU SAPONDA KEC. SOROPIA KAB. KONAWE.
SISTEMATIKA PENYUSUNAN DOKUMEN ANDAL
PEMERINTAH KABUPAEN YAHUKIMO
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
DAMPAK REKLAMASI PANTAI TAPAKTUAN ACEH SELATAN
Sistem Informasi Geografis
JURNAL HASIL PENELITIAN
Teknik Pengambilan Keputusan (Analytical Hierarchy Process)
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
DICKY ALAMSYAH PULUNGAN / ILMU TANAH Oleh:
FMDAM (2) Charitas Fibriani.
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
STUDI POTENSI SUMBERDAYA ALAM DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN MINAHASA SELATAN JANNATUN NAIYM G2L JURUSAN KIMIA KONSENTRASI BIOLOGI PROGRAM PASCA.
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Analytic Hierarchy Process
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SELAMA 20 TAHUN DI WILAYAH PERBATASAN MAKASSAR – MAROS DENGAN Remote Sensing PROGRAM PASCASARJANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN.
KAJIAN KESESUAIAN EKOWISATA PULAU PASUMPAHAN - KOTA PADANG
Disusun Oleh: Yogi Afroza ( )
Reviewer Eko Budi Setiawan, S.Kom
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
U N I V E R S I T A S J A Y A B A Y A F A K U L T A S T E K N I K J U R U S A N T E K N I K S I P I L ANALISIS PRIORITAS PEMILIHAN KRITERIA DAM PARIT DI.
Analytic Hierarchy Process
Kurnia Fajar Islamto( )
Lingkup Pekerjaan Lingkup kegiatan dalam Studi Pembangunan Pelabuhan Ikan Terpadu Kedungmalang adalah sebagai berikut : 1)Persiapan  Melakukan studi literatur.
Transcript presentasi:

Mellanie Amelia Dasty Savitri SEMINAR SARJANA KAJIAN TINGKAT KERENTANAN LINGKUNGAN FISIK PESISIR MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARCHY PROCESS) DI KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA Mellanie Amelia Dasty Savitri 230210080052 Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Junianto, MP. Ankiq Taofiqurohman S., MT. Dosen Penelaah : Syawaludin Alisyahbana Harahap, S.Pi., MSc. FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

LATAR BELAKANG Pesisir Bantul Multifungsi kawasan Perubahan Morfologi Manusia Alam Kerentanan Ancaman

IDENTIFIKASI MASALAH Identifikasi masalah penelitian ini adalah faktor fisik manakah yang memiliki tingkat kepentingan (bobot) paling besar pada kerentanan pesisir Kabupaten Bantul, Yogyakarta dengan metode AHP (Analitical Hirarchy Process). Wilayah mana yang mengalami kerentanan fisik di pesisir Kabupaten Bantul.

TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui tingkat kepentingan (bobot) dari kerentanan fisik pesisir di Kabupaten Bantul, Yogyakarta dengan menggunakan metode AHP (Analitical Hirarchy Process). Untuk mengetahui klasifikasi kerentanan fisik pesisir di Kabupaten Bantul. Untuk mengetahui Wilayah yang mengalami tingkat kerentanan fisik pesisir paling tinggi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini adalah mengetahui perubahan morfologi (bentuk) pantai yang terjadi di pesisir Kabupaten Bantul dan untuk informasi yang dipakai sebagai acuan dalam pengembangan tata ruang wilayah pesisir Kabupaten Bantul. Manfaat lainnya adalah sebagai bahan masukan untuk menyusun rencana pencegahan kerentanan pesisir dalam upaya mengurangi kerusakan fisik pesisir di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

PENDEKATAN MASALAH Wilayah Pesisir Bantul Faktor Alam Abrasi dan akresi pantai Pasang surut Tinggi gelombang Kemiringan pantai Morfologi pantai Wilayah Pesisir Bantul Faktor Alam Perubahan morfologi pantai Informasi Pengeloaan Wilayah Pesisir Kesimpulan Analitical Hirarchy Process (AHP) dan SIG Kerusakan pantai ( kerentanan)

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012 di Kabupaten Bantul dengan terletak pada titik geografis 07°44'04" ‑ 08°00'27" Lintang Selatan dan 110°12'34" - 110°31'08" Bujur Timur.

ALAT DAN BAHAN PENELITIAN GPS Peta RBI skala 1: 50.000 Seperangkat Komputer, ER Mapper 7, Arc Gis 9.2 Peta Topografi Bantul, Peta Geologi Bantul Kamera Digital Data Skunder : Pasang surut, Tinggi gelombang, data Citra Landsat TM 2001 dan 2011 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Abrasi dan akresi pantai Citra Landsat TM 2001 dan 2011 Kemiringan Pantai BAPPEDA Bantul Pasang surut Dinas Hidro-Oseanografi Jakarta Tinggi Gelombang BMKG Kabupaten Bantul

METODE PENELITIAN Metode Observasi Pengamatan langsung dan pengambilan terhadap data dari instansi terkait. 1. Data langsung kondisi fisik pantai (dokumentasi) dan data hasil wawancara dengan responden ahli 2. Data dari instansi terkait

TAHAP PENELITIAN Pengumpulan data Kajian Pustaka Data Primer : Kondisi Fisik pantai (dokumentasi) Kuisioner AHP Data skunder : Abrasi dan akresi pantai Pasang surut Tinggi Gelombang Kemiringan Pantai Morfologi pantai Kajian Pustaka Pengumpulan data Penanganan Penyusunan Tingkat Kerentanan Pantai Analisis Kerentanan Pantai ( AHP dan GIS)

ANALISIS DATA PENELITIAN Tahap Pengumpulan Data AHP (Analitical Hirarchy Process) a. Identifikasi Sistem b. Penyusunan Struktur Hirarki Fokus Tingkat Kerentanan Pantai Kriteria Abrasi akresi Pasang surut Tinggi Gelombang Kemiringan Pantai Morfologi Pantai Alternatif Rentan sangat tinggi Rentan tinggi Rentan sedang Rentan rendah

AHP (Analitical Hirarchy Process) Suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut L. Saaty (1993), hirarki disusun oleh fokus,kriteria, dan alternatif.

Perbandingan Berpasangan Pembuatan Matriks perbandingan, kemudian matriks ini yang akan diserahkan kepada responden yang dinilai berdasarkan skala berikut (L. Saaty, 1993): Tingkat Kepentingan Definisi 1 Kedua elemen sama penting 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lain 7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting dari pada elemen yang lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Matriks dari Perbandingan Berpasangan yang akan diserahkan kepada responden adalah sebagai berikut : Elemen Faktor B Faktor A Abrasi akresi Pasang surut Tinggi gelombang Kemiringan pantai Tinggi Gelombang

Keterangan: = rata-rata geometrik n = jumlah responden d. Menyusun Rekapitulasi Jawaban Responden (Marimin, 2004) Keterangan: = rata-rata geometrik n = jumlah responden Xi = penilaian oleh responden ke – i

Penyelesaian Matriks (Marimin, 2004) : Kuadratkan matriks tersebut. Hitung jumlah nilai dari setiap baris kemudian lakukan normalisasi. Hentikan proses ini, bila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu (misalkan dengan syarat eigen tidak berubah sampai 4 angka di belakang koma)

Pengolahan Data Spasial

CVI = (W1.X1)+(W2.X2)+(W3.X3)+(W4.X4)+(W5.X5) Perhitungan Nilai, Skor, dan Bobot Proses pembobotan telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan AHP. Kemudian proses selanjutnya adalah pemberian skor kepada parameter fisik yang diperoleh dari data skunder. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan ArcGIS. Perhitungan nilai kerentanan fisik dapat dilihat pada persamaan kerentanan (Duriyapong dan K.Nakhapayong 2011) yaitu CVI = (W1.X1)+(W2.X2)+(W3.X3)+(W4.X4)+(W5.X5) Keterangan : CVI : tingkat kerentanan pesisir W1 : bobot abrasi dan akresi pantai W2 : bobot tinggi gelombang W3 : bobot kemiringan pantai W4 : bobot morfologi pantai W5 : bobot pasang surut X1 : skor abrasi dan akresi pantai X2 : skor tinggi gelombang X3 : skor kemiringan pantai X4 : skor morfologi pantai X5 : skor pasang surut

Parameter Fisik dari Kerentanan Pantai Sumber : modofikasi Gornitz dan DKP (2008) dalam Paharudin (2011) Skor E 1 Sangat rendah 2 rendah 3 sedang 4 tinggi 5 Sangat tinggi Abrasi (m/thn) 0-1 1-5 >10 Pasang surut (m) <0,50 0,51 – 1,0 1,1 – 2,0 2,10 – 4,0 >4,0 Tinggi gelombang (m) 1,1 – 1,5 1,51 – 2,0 >2,0 Kemiringan Pantai (%) 0-2 2-5 5-10 10-15 >15 Morfologi pantai Batuan beku Batu karang Beting karang lumpur pasir

4. Penentuan Tingkat kerentanan Tingkat kerentanan dibagi menjadi 4 kelas, yaitu tingkat kerentanan sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah, dirumuskan dengan : CVI max – CVI min Ki = k Keterangan : Ki : kelas interval CVI max : nilai CVI tertinggi CVI min : nilai CVI terendah k : jumlah kelas yang diinginkan

AHP (Analitical Hirarchy Process) Kuisioner Responden Ahli HASIL DAN PEMBAHASAN AHP (Analitical Hirarchy Process) Kuisioner Responden Ahli

Abrasi dan akresi 0,42 Tinggi Gelombang 0,20 Kemiringan pantai 0,13 Morfologi pantai Pasang surut 0,12

2. Parameter Kerentanan Abrasi dan akresi pantai

Wilayah yang memiliki abrasi paling luas adalah Kecamatan Kretek (bagian barat). Wilayah yang memiliki akresi paling luas adalah Kecamatan Sanden (bagian timur).

b. Pasang surut Nilai dari rata-rata tinggi pasang surut di pada tahun 2011 yaitu berkisar 1,1 – 2,2 m.

c. Kemiringan pantai Kemiringan pantai di pesisir Kabupaten Bantul termasuk pada tingkat kerentanan sangat rendah, karena nila kemiringan pantai di pesisir ini adalah 0-2%.

d. Tinggi gelombang Tinggi gelombang di pesisir Kabupaten Bantul diatas menunjukkan tingkat kerentanan sangat tinggi, karena nilai tinggi gelombang maksimum adalah 3 m.

e. Morfologi pantai Pantai di Kabupaten Bantul memiliki jenis pantai berpasir. Morfologi pantai di pesisir Kabupaten Bantul menunjukkan tingkat kerentanan sangat tinggi, karena jenis morfologi pantai di pesisir Kabupaten Bantul adalah pantai berpasir.

Zonasi Tingkat Kerentanan Pesisir Penentuan zonasi tingkat kerentanan fisik di pesisir Kabupaten Bantul dilakukan dengan metode tumpang susun kelima parameter yaitu abrasi dan akresi pantai, pasang surut, kemiringan pantai, tinggi gelombang dan morfologi pantai. Pengklasifikasian nilai kerentanan menurut Daukakis dalam Wahyudi (2009) dibagi menjadi empat kelas yaitu: kerentanan rendah, kerentanan sedang, kerentanan tinggi, dan kerentanan sangat tinggi .

Tabel luas wilayah kerentanan pesisir menunjukkan Kecamatan Kretek merupakan wilayah paling luas yang memiliki kerentanan fisik sangat tinggi dengan luas area 91,85 Ha, dan Kecamatan Sanden merupakan wilayah paling luas yang memiliki kerentanan fisik sangat rendah dengan luas wilayah 117,24 Ha.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai tingkat kerentanan fisik di pesisir Kabupaten Bantul, dapat diambil kesimpulan : Tingkat kepentingan (bobot) kerentanan fisik pesisir di kabupaten Bantul yaitu abrasi dan akresi pantai memiliki tingkat kepentingan (bobot) 42%, tinggi gelombang 20%, kemiringan pantai 13%, morfologi pantai 13%, dan pasang surut 12%. Klasifikasi kerentanan fisik pesisir di Kabupaten Bantul adalah tingkat kerentanan rendah dengan presentase 57%, sedang dengan presentase 4%, tingkat kerentanan tinggi dengan presentase 13%, dan tingkat kerentanan sangat tinggi dengan presentase 26%. Wilayah yang mengalami tingkat kerentanan pesisir paling tinggi di Kabupaten Bantul adalah Kecamatan Kretek.

2. Saran Semua data yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan waktu citra yang digunakan, agar prediksi kerentanan lebih sesuai dan menghasilkan prediksi yang baik. Pemilihan responden ahli hendaknya harus sesuai dan tepat dengan faktor-faktor (kriteria) yang digunakan agar hasil pembobotan lebih tepat dan konsinten. Penelitian kerentanan dengan menggunakan AHP dan analisis spasial ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya karena sesuai dengan kondisi sebenarnya. Pesisir Kabupaten Bantul hendaknya dibangun breakwater (pemecah gelombang) dan penanaman pohon pelindung pantai agar kerentanan fisik yang terjadi dapat ditanggulangi.