Dasar-dasar Filsafat Cina Budhisme di Cina 汉传佛教 Dasar-dasar Filsafat Cina
Sejarah Agama Buddha lahir di negara India, lebih tepatnya lagi di wilayah Nepal sekarang, sebagai reaksi terhadap agama Brahmanisme. Pencetusnya ialah Siddhartha Gautama yang dikenal sebagai Gautama Budha oleh pengikut-pengikutnya. Ajaran Buddha sampai ke negara Cina pada tahun 399 Masehi, dibawa oleh seorang biksu bernama Fa Xian. Masyarakat Tiongkok mendapat pengaruhnya dari Tibet disesuaikan dengan tuntutan dan nilai lokal. Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa. Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian Pencerahan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha mangkat mencapai Nibbana/Nirwana. Tempat ibadah agama Buddha disebut vihara.
Moral Budha bertekad melatih diri menghindari melakukan pembunuhan makhluk hidup. bertekad melatih diri menghindari melakukan pencurian. bertekad melatih diri menghindari melakukan perbuatan asusila bertekad melatih diri menghidari melakukan perkataan dusta bertekad melatih diri menghindari makan makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran dan menimbulkan ketagihan.
Ajaran Inti Tiga Doktrin Samsara (sangsara): Kelahiran kembali (inkarnasi) Sunyata* Paticca sammupada* Karma (perbuatan)
Tiga doktrin dasar 三寶: Dukka (penderitaan) Annata (ketiadaan ego/jiwa) Anicca (ketiadaan benda-benda) Dukkha Dukkha [sanskrit duhkha] atau ketidakpuasan [sering juga diterjemahkan sebagai penderitaan] .Tidak ada di dunia ini ataupun alam psikologi amnun yang dapat memberikan kepuasan yang mendalam. Anatta Anatta [Sanskrit anatman] atau keakuan, impersonalas, Kepribadian manusia, " jiwa", atau Diri, adalah suatu sebutan konvensional yang digunakan untuk perakitan fisik dan komponen psikologis, masing-masing secara individu tunduk kepada perubahan terus menerus tetap; tidak ada inti pusat (atau inti sari); ini agak serupa pada suatu bundel teori jiwa atau pikiran. Anicca Anicca [sanskrit anitya] atau ketidakkekalan. Ini menunjukan bahwa semua kondisi akan hilang atau tidak kekal, tetapi juga menunjukan semua kondisi pada situasi yang terus berputar [bayangkan sebuah daun tumbuh dari sebuah pohon, daun itu akan rontok dari pohon dan digantikan dengan daun yang baru]
8 Lipatan Jalur Agung八正道 : Pandangan yang benar Aspirasi yang benar Ucapan yang benar Perilaku yang benar Cara hidup yang benar Upaya yang benar Pikiran yang benar Meditasi yang benar
Konsep dasar Budhisme Teori inkarnasi (asal: pemikiran Hindu) - perbuatan-perbuatan atau karma dalam urutan eksistensi masa lalu menentukan akan menjadi apa dalam eksistensi yang akan datang; membentuk “roda hidup dan mati” (tetap dan tak berubah; abadi dan absolut)
Konsep dasar Budhisme 2. Teori kausalitas (sebab akibat) - eksistensi fenomenal (sebagaimana yang ditangkap indera) adalah ilusi (meskipun berada namun tidak permanen)
Konsep dasar Budhisme 3. Nirvana - bebaskan diri dari putaran roda hidup dan mati Putuskan rantai sebab akibat Bersatu dengan Realitas Kekal yang tinggi Menjadi Budha (bukan dewa, karena meskipun mempunyai kekuatan supranatural, para dewa masih dalam putaran roda.
Konsep dasar Budhisme 4. Pembebasan dan penyelematan dari putara ‘roda’ dicapai melalui pencerahan. - pemahaman dan persepsi transenden yang menyingkap selubung ilusi dan melihat realitas di baliknya (tuntutan religius adalah melalui perbuatan-perbuatan baik)
Perkembangan Doktrin: Budhisme Mahayana (pengendara kereta besar): cita-cita penyelamatan bukan saja menjadi Arhat (luohan 罗汉 ‘orang Suci’), melainkan Bodhisatwa (Pusa 菩萨 “penyelamat” = Budha) yang bertujuan pada penyelamatan orang lain. ‘transformasi’ untuk mencapai Bodhi (Puti 菩提) Sangsara untuk mencapai Nirvana Sesudah pencerahan, tetap di dunia, tanpa karma; berada dalam ‘roda’ (hidup dan mati) tapi kebal dari efeknya
Perkembangan Doktrin Budhisme Hinayana (pengendara kereta kecil) Penyelamatan diri sendiri melalui disiplin diri dan melalui pengabdian keanggotaan dalam biara (vihara) Sangsara dihilangkan, nirvana akan terwujud Sifatnya isoteris (pengikut dalam jumlah kecil) Mencapai pencerahan diri; tidak hanya memberikan penjelasan tentang Realitas, tetapi terutama pengalaman langsung atas Realitas (realisasi Kenyataan Tertinggi atau Kearifan Transendental).
Beberapa aliran dalam agama Buddha: Buddha Theravada Buddha Mahayana Buddha Vajrayana Buddha Tantrayana Zen
Perkembangan di Cina, penyebaran pada abad 1 – 10:
Perkembangan Budhisme di Cina: (1) Perkembangan awal, dari India dan Asia Tengah ( abad 1 – 4 SM ); (2) Bentuk formatif Budhisme versi Cina ( Abad 5 – 7 ); (3) Muncul sekolah-sekolah Budhisme Cina ( abad 7 – 12 ); (4) Budhisme Cina sampai masa sekarang.
Perkembangan Kitab Budha yang terkenal di Cina: Āvadana (legenda Buddha and Pahlawan Buddhis) Prajñāpāramitā Sutra
Aliran Budha yang masuk ke Cina: Sarvāstivāda, Mahīśāsika, Saṃmitīya, Dharmaguptaka, Sautrāntika, Madhyamaka, Yogācāra dan lain-lain Hanya aliran Madhyamaka and Yogācāra yang berkembang di Cina
Sekolah Budha Prajñā, Sekolah yang menganut pahan ‘tiada’ (Benwu), adaptasi dari kosmologi neo daoisme: Segala sesuatu berasal dari awal (yang pertama), dari ketiadaan, dan segala sesuatu akan kembali ke ketiadaan Kekosongan pikiran (Xinwu)
Interpretasi terhadap Budha Terminologi Daois dan Konfusian, wuwei diterjemahkan menjadi nirvāṇa. Wuwei juga digunakan untuk mengacu pada asaṃskṛta (tanpa syarat)
Kumārajīva, seorang Budhis Mahāyāna dari Kucha was menuju Changan,Ibu kota Cina, tahun 401. Ia mengerjakan terjemahan perlbagai karya: Lotus Sutra, Vimalakīrti Sutra dan Diamond Sutra, dan menjadi terkenal di Cina. Ia memperkenalkan pemikiran Nāgārjuna yaitu Madhyamaka tentang ketiadaan (Lihat Buddhism, Mādhyamika: India and Tibet; Nāgārjuna) Di Cina di sebut 3 risalah (Sanlun): Madhyamaka-kārikās, Twelve Gate Treatise and Āryadeva’s One Hundred Verse Treatise.
Seng Zhao (384–414), mempopulerkan ajaran Budha – Sanlun, dengan membuat kitab seperti Laozi (Daodejing) and Zhuangzi Sanlun populer pada abad 5 – 7 M Jizang (549–623), membuat sinkretisme antara Madhyamakan dengan Buddha dan tathāgatagarbha
Tahun 418 Faxian and Buddhabhadra membuat Mahāyāna Nirvāṇa Sutra. Xuan Zang (600–64) menterjemahkan sutra yang sama. 16 tahun melakukan perjalanan menuju India. Ia membawa Yogācāra. Muridnya berasal dari Jepang dan Korea.
Zhiyi (538–97) mendirikan sekolah Tiantai, memperkenalkan tingkatan yang lebih tinggi dari ajaran Budha, yaitu Mahāyāna, ia memperkanalkan Vaipūlya Sutras . Kemudian mengajarkan Lotus Sutra dan Nirvāṇa Sutra
Sekolah Huayan menggunakan Huayan Sutra (Avataṃsaka Sutra, Huayan jing) Konsep dharma-dhātu, terdiri dari li (ketiadaan) – shi (sesuatu)
Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana. Kata Zen berasal dari bahasa Jepang. Sedangkan bahasa Sansekerta nya, dhyana(ध्यान). Di Cina dikenal sebagai chan yang berarti meditasi. Aliran Zen memberikan fokus pada meditasi untuk mencapai penerangan atau kesempurnaan.
Aliran Zen diteruskan sampai ke generasi ke-6 Hui Neng Aliran Zen diteruskan sampai ke generasi ke-6 Hui Neng. Setelah itu aliran Zen berpencar di Cina, dan Jepang. Penyebar Zen: Bodhidharma (atau Damo 達摩) 440 - 528 Hui-ke (慧可) 487 - 593 Seng-can (僧燦) - 606 Dao-xin (道信) 580 - 651 Hung Ren (弘忍) 601 - 674 Hui Neng (慧能) 638 - 713
Dari abad ke-12 dan abad ke-13, perkembangan lebih lanjut ialah seni Zen, dikembangkan oleh oleh Dogen dan Eisai setelah mereka pulang dari Cina. Seni Zen sebagian besar memiliki ciri khas lukisan asli (seperti sumi-E dan Enso) dan puisi (khususnya haiku). Seni ini berusaha keras untuk mengungkapkan intisari sejati dunia melalui gaya impressionisme dan gambaran tak terhias yang tak "dualistik". Pencarian untuk penerangan "sesaat" juga menyebabkan perkembangan penting lain sastra derivatif seperti Chanoyu (upacara minum teh) atau Ikebana; seni merangkai bunga. Perkembangan ini sampai sejauh pendapat bahwa setiap kegiatan manusia merupakan sebuah kegiatan seni sarat dengan muatan spiritual dan estetika, pertama-tama apabila aktivitas itu berhubungan dengan teknik pertempuran (seni beladiri).
Pengaruh Budha 1. Bidang seni, 2. Bidang politik, 3. Bidang sastra, 4. Bidang filsafat, 5. Bidang pengobatan