MAKALAH MASALAH PENGANGGURAN KONDISI PENGANGGURAN DI INDONESIA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Direktorat Pembinaan SMA
Advertisements

PENGEMBANGAN SILABUS.
KONDISI DAN PERMASALAHAN pendidikan DI NTB
Negara Maju dan Negara Berkembang
Burhan Nurgiyantoro Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
SISTEM PEREKONOMIAN FENARO Rai.E - Mak.
Pengangguran dan ketenagakerjaan
PETUNJUK PENGISIAN RAPOR
MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
Sosialisasi EQA BAN-PT – Dikti, Juli-Agustus 2009.
MAKALAH MASALAH PENGANGGURAN DI JAKARTA TIMUR
TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
DIREKTORAT STATISTIK KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Macam (KTI) Karya Tulis Ilmiah
STANDARD PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR (SPM)
1 DAMPAK PNPM, PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PADA PELUANG KERJA DAN PEMBERANTASAN KEMISKINAN Jakarta – April 12, 2007 Gustav F. Papanek Boston Institute.
KEBIJAKAN KULIAH KERJA NYATA (KKN)
BIMBINGAN TEKNIS PENINGKATAN
DIALOG MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN LEMBAGA MASYARAKAT PEDULI ANAK Jakarta, 31 Agustus 2010.
Rapat Evaluasi Program Kerjasama Kementrian Dalam Negeri dengan Internasional NGO Hotel Aryaduta, Jakarta Juni 2014 Rofikul Hidayat.
PANDUAN PENGEMBANGAN KTSP
PROBLEMATIK EKONOMI Pertemuan 2.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA MENTERI PENATAAN & PEMERATAAN GURU PNS
KONSEP DAN PEMAHAMAN GENDER DALAM PENDIDIKAN
Materi Sesi Kelompok 6 Panduan Menerapkan dan Melaksanakan Penjaminan Mutu Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Berbagi Pengalaman Upaya Meningkatkan Akreditasi Program Studi
DINAS PERTANIAN PROVINSI BENGKULU 2012
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN X) JAMSOSTEK Jaminan Sosial Tenaga Kerja (UU No.3 Th.1992) copyright by Elok Hikmawati.
Pengangguran di Indonesia
“Seminar Sehari UHAMKA Menyongsong Masa Depan”
PENGEMBANGAN SILABUS.
KEBIJAKAN PENSIUN HUBUNGAN INDUSTRIAL.
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERTEMUAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN RKP 2013 Oleh: Menteri Negara PPN/Kepala.
SEBAGAI SUMBER DAYA DALAM
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
MASALAH KESEMPATAN KERJA DI KOTA
PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH
Biro Administrasi Kesra dan Kemasyarakatan Setda DIY
Peranan Usaha Mikro, Usaha Kecil Dan Menengah (UMKM)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul
Masalah-masalah dalam belajar
Kegiatan Perekonomian di Indonesia
MASALAH KEPENDUDUKAN DAN PEMECAHANNYA
Dr. Ir. Sugiarto Sumas, MT Arah dan kebijakan
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
MANAJEMENE SUMBER DAYA MANUSIA
Penduduk Dan Tingkat Pendidikan
Nama : Nanik Sugiyarti Nim : A Kelas : H
PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI
KEMISKINAN.
KETENAGAKERJAAN Penduduk dan Kesempatan Kerja
Universitas Negeri Jakarta
KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI
Pembangunan Ekonomi.
PERSPEKTIF KUALITAS PELUANG DAN TANTANGAN
Aniesa Samira Bafadhal, SAB, MAB
KURANGNYA PEMERATAAN MUTU PENDIDIKAN
PERSPEKTIF KUALITAS PELUANG DAN TANTANGAN
DINAMIKA SISTEM KETATALAKSANAAN PEMERINTAHAN
MANAJEMENE SUMBER DAYA MANUSIA
DINAMIKA SISTEM KETATALAKSANAAN PEMERINTAHAN
KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh m.
DINAMIKA SISTEM KETATALAKSANAAN PEMERINTAHAN
3/23/ Model Pembangunan Ekonomi Dosen: Dr. Sri Endang Kornita, SE, MSi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau Pekanbaru 2018.
KESEMPATAN KERJA DAN PENGANGGURAN
Transcript presentasi:

MAKALAH MASALAH PENGANGGURAN KONDISI PENGANGGURAN DI INDONESIA Studi Kasus Pada Kota Bekasi Dari tahun ke tahun Disusun Oleh Sintha Dewi Arini 09610207 MANAJEMEN IID

MASALAH PENGANGURAN SECARA UMUM Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal; dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai ketrampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya. Dalam pembangunan Nasional, kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Untuk menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat suku bunga kecil yang mendukung.

Kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Permagangan mungkin salah satu alternatif solusi praktis dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa dunia usaha terkesan tertutup terhadap mahasiswa yang datang untuk melakukan kegiatan penelitian (riset) sehingga menguatkan adanya kesenjangan tersebut. Tapi ini juga belum ditangani secara serius dan terpadu. Salah satu bentuk pengangguran yang populer dewasa ini adalah pengangguran terdidik. Kekurangselarasan antara perencanaan pembangunan pendidikan dengan perkembangan lapangan kerja merupakan penyebab utama terjadinya jenis pengangguran ini. Pengangguran terdidik secara potensial dapat menyebabkan (1) timbulnya masalah-masalah sosial dengan tingkat rawan yang lebih tinggi. (2) menciptakan pemborosan sumber daya pendidikan. (3) menurunkan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan. Apresiasi ini sebenarnya harus menjadi "Conditio sine Quanon" untuk pembangunan SDM. Sulit dibayangkan SDM berkualitas akan tercapai bila tidak disertai oleh meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) pendidikan. Dan akan sangat muskil APK meningkat, bila tidak disertai oleh apresiasi masyarakat yang tinggi terhadap pendidikan.

Menurunnya apresiasi masyarakat terhadap pendidikan itu ditandai oleh: TABEL 1 Perkembangan APK Perguruan Tinggi Periode Tahun Mahasiswa Penduduk 19-24 tahun APK (%) Seb. Repelita 1968 156.500 9.705.000 2% Repelita I 1973 231.000 11.962.000 Repelita II 1978 342.166 14.747.000 Repelita III 1983 823.925 15.667.600 5% Repelita IV 1988 1.356.756 19.464.700 7% Repelita V 1992 1.795.500 21.288.100 8% Total   4.705.847 92.834.400 27% Sumber : Pusat Informatika, Balitbang Dikbud Menurunnya apresiasi masyarakat terhadap pendidikan itu ditandai oleh: (a) berkurangnya jumlah siswa (di samping akibat keberhasilan KB), (b) meningkatnya jumlah tenaga kerja (TK) unskill and uneducated dalam sektor sekunder, (c) rendahnya angka melanjutnya pendidikan (di Jawa Barat hanya 57% lulusan SD meneruskan ke SMP), (d) meningkatnya jumlah pengguna jasa pendidikan luar negeri.

Sumber: Bappenas, Depdikbud, Depnaker, dan BPS, 1993 Tabel 2 Analisis Keseimbangan antara Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Kerja menurut Tingkat Pendidikan Sampai Pelita VI No. Tingkat Pendidikan Kebutuhan (000) % Persediaan (000) Keseimbangan (000) 1 Tidak sekolah (3.900) (34) - 3.900 2 Tid. tamat SD 955 8 1.817 15 863 3 Tamat SD 8.430 73 2.530 21 (5.899) 4 Tamat SMP 2.164 19 2.104 18 (60) 5 Tamat SLKTP 383 153 (229) 6 Tamat SMU 1.412 12 2.191 779 7 Tamat SMK 1.551 14 2.042 17 491 Tamat PT (S0) 344 393 50 9 Tamat PT (S1) 173 631 457 Jumlah   11.511 100 11.862 351 Sumber: Bappenas, Depdikbud, Depnaker, dan BPS, 1993

B. DATA PENGANGGURAN KHUSUS DI KOTA JAKARTA Meski menyandang predikat sebagai kota besar ternyata Jakarta masih menyimpan masalah serius. Selain masalah kemacetan lalu lintas, tingginya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Jakarta juga dihadapkan pada masalah tingginya angka pengangguran. Buktinya, jumlah pengangguran di kota Jakarta selalu meningkat setiap tahun. Hingga Agustus 2008 ini, pengangguran di Jakarta berjumlah 543 ribu orang atau bertambah 998 orang dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 542.002 orang. Penganggur itu rata-rata berusia 19 hingga 23 tahun. Peningkatan jumlah pengangguran ini salah satunya disebabkan oleh derasnya laju urbanisasi dari daerah kota-kota besar. Selain juga diakibatkan banyaknya lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kondisi ini tak pelak membuat Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) kota Jakarta bekerja ekstra keras. Kepala Disnakertrans mengatakan peningkatan jumlah pengangguran ini bukan hanya masalah Pemprov saja, melainkan juga menjadi masalah provinsi-provinsi lain di Indonesia. Bahkan sudah menjadi masalah nasional yang juga turut dipikirkan oleh pemerintah pusat. Sebab, tingginya jumlah pengangguran dikota Jakarta disebabkan oleh tak terbendungnya laju urbanisasi dari berbagai daerah ke kota-kota besar seperti Jakarta. Saat ini Disnakertrans sedang memilah-milah dari jumlah 543 ribu pengangguran ini, mana yang memang asli usia produktif yang menganggur asal kota Bekasi dan mana yang berasal dari luar kota. Pemilahan ini berguna untuk mencari pemecahan masalah yang tepat. Disnakertrans juga berupaya menurunkan jumlah pengangguran hingga 20 persen di tahun 2009.

Langkah-langkah produktif untuk melaksanakan reorentasi lembaga pendidikan, reorentasi itu menyangkut recana mengurangi pengangguran yang ada, (1) reorentasi pendekatan, (2) reorentasi program, dan (3) reorentasi kelembagaan. 1. Reorentasi pendekatan, khususnya dalam memodifikasi pendekatan dari kuantitatif menjadi kuantitatif-kualitatif. Dalam arti pendekatan pemerataan harus diimbangi secara proporsional dengan perhatian terhadap mutu proses dan hasil pendidikan. Dengan demikian, secara bertahap mutu lulusan dapat lebih diterima dunia kerja dan secara absolut mampu mengimbangi laju dinamika dunia kerja. Konsekwensi dari pada itu, pendidikan harus dilihat sebagai upaya rasional. Dalam arti lain pendidikan harus dilihat sebagai proses investasi bukan lagi proses konsumtif. Sehingga pesan-pesan dan kepentingan yang berada di luar kepentingan pendidikan harus mulai dihapus. Dan campur tangan, dari pihak manapun, yang kurang proporsional dengan upaya peningkatan kualitas program pendidikan sebaiknya dihindari. 2. Reorentasi program, memberdayakan program "link and match" melalui "cooperative education" dan "dual system" dalam kurikulum. Untuk itu perlu peningkatan kemampuan dalam pembobotan kurikulum, mutu tenaga pengajar, dan kepedulian dunia kerja.

Lembaga pendidikan merupakan sub sistem dari sistem sosial pembangunan, oleh itu keberadaan dan eksistensinya tidak lepas dari sub sistem lainnya. Dengan demikian sharing ide maupun aktivitas lainnya yang bernuansa sinergi dengan komponen lain hendaknya harus merupakan bagian tak terpisahkan dari program perbaikan sinambung (countinues improvement) program pembelajaran. Pengabaian dari fakta tersebut hanya menciptakan "menara gading" yang tidak memiliki manfaat yang berarti bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat secara umum, khususnya bagi penciptaan kesiapan lulusan untuk berkiprah dalam dunia kerja. Reorentasi kelembagaan, perlu mengkaji ulang keberadaan lembaga pendidikan yang memiliki tingkat kejenuhan untuk lulusannya di lapangan kerja. Konversi IKIP ke dalam Universitas merupakan langkah kongkrit yang perlu terus dilaksanakan secara konsisten, konversi itu berimplikasi pada menurunnya jumlah penawaran tenaga pengajar yang secara langsung akan menyebabkan meningkatnya penghargaan dan harkat hidup tenaga pendidik. Kebijaksanaan konversi ini pun dapat dilakukan untuk lembaga pendidikan lainnya terutama pada bidang keilmuan yang sudah jenuh.

THANK YOU FOR YOUR ATTENTION