BEHAVIORALISME (Pendekatan Tingkah Laku)
Kemunculan Behavioralisme Kekecewaan terhadap studi politik yang sangat normatif (fokus pada what should be bukan what is): Bagaimana seharusnya sebuah negara dan kelembagaannya diwujudkan? Bagaimana negara difungsikan? Cara berpikir tersebut tdk bikin ilmu politik sebagai sebuah ilmu sebenarnya karena lebih banyak bersifat spekulatif, tidak mampu melakukan prediksi dan eksplanasi. Intinya: pendekatan lama tidak ilmiah.
Pengaruh Filfafat Positivisme Empirisisme (berbasis pada fakta) Objektivisme (menjarakkan diri dari realita) Bebas nilai
Beberapa Kredo Dasar Dalam Behavioralisme Regularitas fenomena ada pola tertentu dari perilaku politik manusia Verifikasi pengetahuan harus terdiri dari proposisi yang sudah mengalami pengujian yang empiris, semua fakta harus berdasar fenomena yang bisa diamati: apa yang telah diucapkan dan apa yang telah diperbuat; perilaku individu dan kelompok politik.
Metode yang matematis data diolah dan dikuantifikasi secara matematis Metode yang matematis data diolah dan dikuantifikasi secara matematis. Dengan cara ini peneliti bisa mengesampingkan kepentingan dan nilai yang mereka miliki untuk merencanakan, melaksanakan, dan menganalisis penelitian. Bebas nilai penelitian ilmu politik harus objektif. Tujuan ilmu politik bukan untuk wujudkan kehidupan yang lebih baik, tapi hanya menjelaskan, memahami dan menggambarkan fenomena politik secara realistis. Tidak bicara soal benar-salah. Ilmu politik dianggap sebagai ilmu murni, bukan terapan.
Sistematisasi Penelitian dalam ilmu politik harus dipandu oleh teori, dan berorientasi pada teori. Interdisipliner
Behavioral Revolution The New Science of Politics (mazhab Chicago, Charles Merriam cs) lihat perkembangan behavioralism sebagai revolusi di dalam ilmu politik sehingga disebut pula sebagai mampu menolak dan menjungkir balikkan semua metode dan prosedur kerja yang lama diyakini ilmuwan politik di masa itu. Revolusi behavioral tandakan ilmu politik sudah mampu menjadi ilmu yang normal(Normal Science) seperti ilmu-ilmu lain.
Beberapa Kelemahan Ilmu politik tidak dapat, dan tidak akan dapat menjadi sains dalam artian yang sebenarnya. Terlampau banyak variables yang harus dikontrol ketika orang harus menjelaskan gejala politik. Perilaku orang seringkali tak bisa ditebak dan tak terpola. Perilaku manusia yang tampak hanya memperlihatkan sebagian dari gejala.
Kuantifikasi itu tidak akan mencapai hasil yang sesungguhnya Kuantifikasi itu tidak akan mencapai hasil yang sesungguhnya. Sejumlah gejala sosial dan politik tidaklah dapat dikuantifikasi. Di dalam banyak hal sejumlah persoalan politik melibatkan masalah moral dan etika. Interdisipliner penting, tapi jadi diri dan kekhasan ilmu politik tetap harus ada