Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Contoh Kasus Pantai Utara Jakarta
Advertisements

Oleh : Fitri Rahmafitria SP. Msi. Latar belakang : bencana alam akibat penggunaan lahan yang tidak sesuai.
OPTIMALISASI PERTUMBUHAN Tectona grandis
PEDOSFER KELAS X SEMESTER I.
PENGANTAR KLIMATOLOGI
KULIAH PEMBEKALAN KULIAH KERJA PROFESI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 TANAH SAWAH.
IPS kelas VI Kenampakan Alam.
PROSES PEMBENTUKAN DAN JENIS TANAH
Luas lahan gambut di Indonesia diperkirakan 20,6 juta hektar atau sekitar 10,8 persen dari luas daratan Indonesia (Subagjo, 1998; Wibowo dan Suyatno, 1998).
Dinamika HIDROSFER.
BAB 1 KONDISI FISIK WILAYAH INDONESIA
PEMBUATAN DAN PEMELIHARAAN PARIT
GAMBARAN UMUM KOTA BANJARMASIN
Posisi Geografis (letak geografis ) Indonesia a. Letak Geografis
semuanya disebabkan karena naiknya muka
FAKTOR FAKTOR PEMBENTUK TANAH
BAB 1 KONDISI FISIK WILAYAH INDONESIA
SILVIKULTUR HUTAN MANGROVE
Klasifikasi tata guna lahan
1. Kawasan Hutan sebagai ODTW
PANTAI Daerah pantai atau pesisir merupakan wilayah sepanjang garis pantai yang sekiranya masih terkena pengaruh langsung dari aktivitas marin dengan berbagai.
Kesesuaian lahan dan penentuan lokasi kawasan budidaya
Siapa yang menciptakan Bumi?
BIOSFER Biosfer adalah lapisan lingkungan di permukaan bumi, air, atmosfer yang mendukung kehidupan organisme.
Perencanaan Tata Guna Lahan
PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE
Kelompok 8 Ekosistem Pantai.
Evaluasi lahan Komponen evaluasi lahan Evaluasi lahan Lahan
2. STADIA PERKEMBANGAN PERTANIAN DAN PENGGUNAAN TANAHNYA
(perspective ekologis ekosistem)
KERAGAMAN KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA
Banyak mengalami kendala untuk pengembangan pertanian
FAKTOR LINGKUNGAN HUTAN TROPIS
Metode Penetapan Fungsi Kawasan
BAB 3 SUMBER DAYA ALAM.
KONSERVASI LANSKAP : BENTANG ALAM EKOSISTEM PESISIR DAN PULAU KECIL
Sumber Daya Alam yang Berhubungan dengan Aspek Geografi
FUNGSI HUTAN.
DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT PENGERINGAN LAHAN GAMBUT
MASALAH KEPENDUDUKAN DAN PEMECAHANNYA
`KONSERVASI TANAH & AIR` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Pengantar Ilmu Kehutanan (2)
KEGIATAN EKONOMI PENDUDUK BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN
By Siti Nurul Chotimah, S. Pd
ARSITEKTUR TROPIS…...
Pemanfaatan Sumber Daya ALAM
GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA oleh LIA YULIYANTI
EIS MARLIA NINGRUM K / 5B PGSD UNS SURAKARTA
Pengelolaan tanah gambut
TANAH MERUPAKAN LAHAN BUDIDAYA
Kerawanan Ekosistem Tropik
Lahan Potensial dan Lahan Kritis
HIDROSFER.
Bab 4 pedosfer.
PEDOSFER.
1. Kawasan Hutan sebagai ODTW
Ahmad Waris Maulana Rara Dwi Noviarti Riski Wahyudi REKLAMASI PANTAI.
KEUNGGULAN TANAH DI INDONESIA
Zonasi Mangrove.
B. PERSEBARAN FLORA DAN FAUNA
EKOSISTEM TERESTRIAL.
KONSEP TANAH Apa itu Tanah ? Alasan untuk mempelajari ilmu tanah
KULIAH HUTAN LINDUNG (4) PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG
HUTAN MANGROVE. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEBARAN MAKHLUK HIDUP NAMA KELOMPOK : ELVA MEIROSA MELI WULAN ASIH DEA ANANDA LUSIANA SARI AMELLIA PUTRI RAFIKA S ISTIQOMAH.
Potensi fisik dan sosial wilayah indonesia
PEDOSFER (Lapisan Tanah)
Sebagai Pemenuhan Tugas “pengelolaan tanah berlanjut”
Pertanian di Indonesia
Transcript presentasi:

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Penggunaan Lahan PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN YANG DILINDUNGI Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Departemen Arsitektur Lanskap Program Pascasarajana IPB Data yang tepat mengenai penggunaan lahan pada saat ini sulit diperoleh, karena: Belum ada standarisasi klasifikasi penggunaan lahan Belum ada survei atau sensus yang menyeluruh  Penggunaan Lahan Ditentukan: Konsepsi Wilayah Tanah Usaha  Jenis dan kesuburannya Keadaan lapangan, topografi, relief dan ketinggian Aksesibilitas Kemampuan dan kesesuaian lahan Tekanan penduduk  Daerah antara 0 - 10 meter Daerah antara 10 - 25 meter Daerah antara 25 - 500 meter Daerah antara 500 - 1,000 meter Daerah di atas 1,000 meter Sifat Daerah 0 - 10 meter Sifat Daerah 10 - 25 meter  Terletak di tepi pantai, sering merupakan daerah “pertemuan” air Sebagian besar daerah ini tergenang air secara periodik ataupun terus-menerus, pada umumnya antara 0 - 3 meter, 0 - 7 meter, ataupun 0 - 10 meter. Pemukiman & tegalan di wilayah ini terletak  Sebenarnya letak batas tertinggi daerah ini bisa lebih tinggi, antara 25 - 40 meter. Di sini banyak dijumpai bendungan- bendungan besar. Dijumpai daerah persawahan terbaik. Daerah terpadat jumlah penduduknya. pada daerah yang tidak terkena genangan/ banjir.

Sifat Daerah di atas 1,000 meter Sifat Daerah 500 - 1,000 meter Merupakan daerah peralihan antara daerah Sifat Daerah 25 - 500 meter   Masih sebagian besar merupakan daerah pertanian. yang benar-benar beriklim panas (tropika) dan daerah yang beriklim sedang di atas 1,000 m.  Jumlah lahan datar dan berigasi baik mulai berkurang. Di antara 25 - 500 m, daerah dengan ketinggian 100 m ke atas topografinya lebih kasar, perkampungannya sedikit tersebar dan memencil.  Dijumpai tumbuhan tropis meskipun produksi- nya tidak terlalu baik. Alam mulai mengadakan pemilihan, yaitu tem- peratur. Lazimnya memiliki CH terbanyak. Diperlukan tumbuhan penutup dan pencegah erosi. Sifat Daerah di atas 1,000 meter Formasi Hutan Alam & Penyebarannya  Bukan lagi sebenarnya daerah tropika, karena rata-rata suhu sudah cukup rendah. Biasanya iklim sedang di daerah tropika mulai pada ketinggian 1,200 m ke atas. Usaha tanaman tropika sudah tidak ekonomis lagi. Dijumpai banyak daerah terjal, umumnya dihutankan.  Hutan Pantai: Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Hutan Payau: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Papua Hutan Rawa: Sumatera, Kalimantan, Papua Hutan Rawa Gambut: Sumatera, Kalimantan Hutan Hujan: Sumatera, Kalimantan, Papua Hutan Musim: Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi  Hutan Pantai: terdapat di pantai berlumpur atau sedikit berpasir, berbatu, regosolpasir, di atas garis pasang tertinggi (Calophyllum inophyllum, Baringtonia asiatica, Terminalia catapa, Casuarina equistifolia, Manilkara kauki). Hutan Payau: di pantai berlumpur atau sedikit berpasir, dipengaruhi pasang surut air laut, tidak terkena ombak keras, tanah aluvial payau (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Nypha fruticans). Hutan Rawa: di sekitar muara sungai, selamanya atau sering tergenang air tawar dari sungai (kaya hara), tanah aluvial dan gley humus (Alstonia, Shorea balangeran, Shorea uliginosa)  Hutan Rawa Gambut: semacam hutan rawa tetapi tumbuh di atas lapisan gambut yang tebal dan digenangi air gambut yang berasal dari air hujan (miskin hara), tanah organosol (Alstonia, Campnosperma, Calophyllum). Hutan Hujan: paling luas penyebarannya dan paling beraneka ragam, pada daerah iklim basah (type A dan B), tanah podsolik, latosol, aluvial (HH bawah< 1000m: Shorea, Dipterocarpus, Agathis, etc.; HH tengah 1000- 3300m: Quercus, Podocarpus, Schima wallichii, Pinus, etc.; HH atas 3300-4100m: Podocarpus, Araucaria, etc.) Hutan Musim: di daerah beriklim musim (type C dan D), tanah latosol, mediteran dan grumusol (HM bawah: Tectona grandis, Acacia, Eucaliptus alba, etc.; HM tengah dan atas:Casuarina junghuniana, Eucalyptus platyphylla, Pinus merkusii)

* Trading & services area Hutan Berdasarkan Fungsinya  Hutan Lindung: kawasan hutan yang diperuntukan guna mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi dan memelihara kesuburan tanah. Hutan Produksi: kawasan hutan yang diperuntukan guna memproduksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya, dan  Hutan Lindung  Hutan Produksi Hutan Suaka Alam dan Wisata Hutan Cadangan khususnya untuk bangunan, industri dan ekspor. Hutan Suaka Alam: kawasan hutan yang karena sifatnya yang khas diperuntukan secara khusus untuk perlindungan alam hayati dan/atau manfaat lain. Hutan Wisata: kawasan hutan yang diperuntukan  secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan wisata.  Hutan Cadangan: hutan konversi, sebagai cadangan penggunaan lainnya. The distribution of elevation classes (left-up), slope classes (right-up) The existing land use (mid-left), soil type (mid-right) Erosion hazard (left- bottom), and promoted ecological land use (right- bottom) (m) 3000 m ontana alpine rain forest tea plantation bam bo Gede w ith sm all pond, cow , sheep and rabit ngo National pek 2000 Park dry field GPNP Zone, forest bam bo ija dry f plantation and tea palaw vegetable dry field pek , fishpond, chicken, goat m ixed garden ixed 2 paddy low land buffalo 1000 duck, goat & Mangunkerta Hamlet fishpond Cugeunang Sub-district, City, Karang Tengah Cianjur Selajambe 10 20 30 Distance(km) (km) Figure of landuse profile of study sites in West Landscape profile by the altitude in Cianjur Watershed Fig. Cianjur Watershed – Citarum Sub-watershed (Source: Saroinsong, Arifin, Gandasasmita & Takeuchi, 2003). * Flat area Down stream Ciliwung Watershed The Characteristics of JAKARTA * Dense settlements * High density of population * Water/industrial pollution * Lack of greenery open space (Source: Environmental Analysis & Spatial Modeling Laboratory, Faculty of Forestry-IPB, 2002) * Trading & services area DEPOK Middle stream * Flat – undulating area BOGOR DISTRICT * High density of population * Settlements & new settlements * Industrial areas & pollution * Abandon lands BOGOR CITY DISTRICT * Agricultural farmlands * Land use changing Upper Stream * Hilly – mountainous area * Poverty, low of land property right * Big plantation estates * Mineral water exploration * Forest & greenery open space