PEMILIHAN JENIS POHON
Reforestation/reboisasi Di dalam kawasan hutan Afforestation Penanaman jenis-jenis pohon hutan pada lahan yang belum pernah ditumbuhi pohonpohon hutan Hutan Tanaman Tegakan pohon/hutan yang dibina dengan penebaran biji/benih atau dengan penanaman bibit/anakan Reforestation/reboisasi Pembinaan dengan penanaman pada lahan yang semula berhutan dengan menggunakan jenis-jenis yang berbeda dengan jenis semula
Kondisi hutan di Indonesia luas hutan Indonesia sebesar 99,6 juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia (Sumber Buku Statistik Kehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang dipublikasi pada bulan Juli 2012) Tahun Laju deforestasi keterangan 1990-1996 1.87 ha/tahun Penyebab deforestasi yaitu kebakaran hutan, lemahnya hukum, desentralisasi 1997-2000 3.51 ha/tahun 2001-2003 1.08 ha/tahun 2004-2006 1.17 ha/tahun 2007-2009 0.83 ha/tahun Laju deforestasi menurun bukan karena kegiatannya yang menurun, tetapi karena luasan hutan yang tersedia sudah tidak ada 2009-2011 0.45 ha/tahun (Sumber Kemenhut 2012)
Tree planting (termasuk regreening/penghijauan) Di luar kawasan hutan Tree planting (termasuk regreening/penghijauan) Penanaman tegakan pohon/hutan di luar kawasan hutan
Beberapa istilah lain Hutan Tanaman Man-made forest Forest plantation Timber estate Hutan Tanaman Industri (HTI)
Prinsip umum pemilihan jenis pohon : Aspek ekologi Kecocokan antara persyaratan eologis jenis terpilih dengan faktor-faktor ekologis lahan yang akan ditanam Iklim, tanah, tinggi tempat,kebutuhan cahaya Aspek ekonomi Perhitungan pengeluaran dan keuntungan dalam kegiatan penanaman Aspek sosial Penerimaan jenis oleh masyarakat
Aspek lain yang juga perlu diperhatikan Biaya pembangunan tanaman dan manajemennya Kewaspadaan terhadap serangan hama, penyakit dan kebakaran Dampak terhadap positif dan negatif yang akan ditimbulkan baik dampak sosial-ekonomi maupun faktor lingkungan Cukup tersedia biji bermutu baik dari sumber yang kualitasnya terjamin Penguasaan silvikultur terhadap jenis terpilih Mampu berintegrasi dengan penggunaan lahan lain, terutama dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat setempat, misalnya dengan sistem tmpang sari Mudah diremajakan/regenerasi
Kriteria jenis pohon untuk Hutan Produksi dan HTI Kayu dengan nilai dan prospek pemasaran baik Kesesuaian dengan tempat tumbuh Jenis yang khas Indonesia dengan keunggulan tertentu Riap tinggi Kayu pertukangan : 15 m3/ha/tahun Kayu serat : 25 m3/ha/tahun Kayu energi : 35 m3/ha/tahun Daur yang relatif Kayu pertukangan : 10-30 tahun Kayu serat : 8-20 tahun Kayu energi : +- 5 tahun Kualitas kayu dan bentuk batang sesuai dengan persyaratan bahan untuk jenis industri yang bersangkutan Contoh a. Kayu pertukangan • Jati • Sungkai • Meranti • Kapur b. Pulp & Rayon • Tusam • Sengon c. Kayu energi • Lamtorogung • gmelina • Mangium • Kalianda
Kriteria jenis pohon untuk reboisasai Hutan Lindung Pohon dengan perakaran utama tumbuh cepat ke dalam tanah dan susunan akar permukaan yang berkembang kuat dan intensif Cepat tumbuh sehingga secepat mungkin menutup tanah dan mengurangi bahaya banjir dan erosi. Akan lebih baik jika kombinasi dari jenis cepat tumbuh dengan jenis lambat tumbuh maupun kombinasi jenis toleran dan intoleran Hutan lindung yang terdapat di daerah curah hujan tinggi, dipilih jenis yang penguapannya tinggi, dan sebaliknya jika di daerah kering maka dipilih yang jenis penguapan rendah Contoh • Rasamala • puspa • Angsana • Terap • Bambu • Durian • Kemiri • dsb
Kriteria jenis pohon untuk lahan terbuka dan tanah kritis Mampu tumbuh di tempat terbuka di bawah sinar matahari, jenis intoleran dan pionir Mampu bersaing dengan alang-alang dan gulma lain, cepat tumbuh tinggi dan agresif Mudah bertunas kembali, jika terbakar atau terpangkas Sesuai dengan keadaan tanah kurus, miskin hara dan tahan kekeringan Biji atau bagian vegetatif untuk pembiakannya, mudah diperoleh dan mudah disimpan Untuk daerah sering terbakar, dilengkapi dengan jalur isolasi/jalur hijau/jalur sekat dengan jenis mudah tumbuh setelah terbakar dan tahan api Khusus untuk penghijauan, jenis disenangi masyarakat sehinga masyarakat berminat untuk menanam dan memeliharanya karena bermanfaat