Dédé Oetomo, PhD Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian Humaniora, Kebijakan Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TEORI FEMINISME : SEJARAH PERKEMBANGAN
Advertisements

Ayorek, Treasure Hunting! Dédé Oetomo Surabaya, 1 September 2012.
(Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)
Oleh : Trisakti Handayani
Paradigma Sosial Penulisan Ilmiah
ANALISIS & DIAGNOSIS SITUASI (SOSIAL)
SOSIOLOGI AGAMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN II
DEKONSTRUKSI DALAM PENELITIAN CULTURAL STUDIES
Dédé Oetomo, PhD Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian Humaniora, Kebijakan Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat.
Dédé Oetomo, PhD Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian Humaniora, Kebijakan Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat.
TEORI ANTROPOLOGI NON POSITIVISTIK
Roy Sari Milda, ST.  Penelitian adalah kegiatan untuk mencari atau menjelaskan sesuatu yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan, baik yang bertujuan.
CICI BAEDIRINI DINI DWI KUSUMANINGRUM GANGGAS WIBISONO IGNAZIO.
PENELITIAN KUALITATIF
Paradigma Positivistik & Konstruktivistik
PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE
METODE DAN PENDEKATAN DALAM STUDI FILSAFAT POLITIK
Cultural Studies (Sebuah Pengantar)
Penelitian Kualitatif
TEORI Mendefinisikan Teori Hubungan antara Teori dan Pengalaman
Dimensi dan Tipe Penelitian. Tidak ada satu tipe penelitian tunggal yang digunakan untuk meneliti suatu gejala tertentu, pengklasifikasian ini dinamakan.
Gender dan Media Gender dan Struktur Sosial Selasa, 16 November 2010.
PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI Pertemuan 3
II. NILAI DAN ETIKA DALAM PEKERJAAN SOSIAL
Paradigma Penelitian Isi Media
Teori – Teori Sosial Pip, Jones (2009).
WORKSHOP “RESEARCH DENGAN METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF”
PEMIKIRAN TOKOH – TOKOH DALAM ILMU SOSIAL
Metodologi Penelitian Sastra
Peran Filsafat dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Teori Penunjang Metodologi Kualitatif
KMK KOMUNIKASI ORGANISASI DOSEN: ADE SURYANI, M.Soc.Sc.
PENDIDIKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Paradigma Positivistik & Konstruktivistik
PERBEDAAN ONTOLOGIS Klasik Kritis Konstruktivis Critical Realism:
TANTANGAN KODE ETIK KESEHATAN MASYARAKAT
Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran
>>Perspektif Sosiologi
Metode Penelitian Ilmu Politik & Pendekatan Kualitatif
ASPEK DAN MAZHAB FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI Pertemuan 2
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
Sosiopsikologi Tradisi sosiopsikologi memandang individu sebagai mahluk sosial Tradisi pemikiran sosiopsikologi membantu kita memahami berbagai situasi.
Konsep Diri Menentukan Identitas Individu
BAB 1 – Paradigma & Perspektif Dalam Penelitian Sosial
PETA ANALISIS ISI MEDIA
Bab 2 Paradigma Penelitian Kualitatif
Marxism.
Falsafah dan Paradigma Keperawatan
TEORI KRITIS NAMA KELOMPOK : Yosef Aldi Suryo Hadi
PARADIGMA DAN TEORI SOSIAL
Teori Dasar (2).
Paradigma Kajian Komunikasi
Feminisme Oleh kelompok 12: Agata Safira
Altobeli Lobodally, M.IKom
KONSUMSI TEKS.
KONSTRUCTED REALITIES
PARADIGMA PENELITIAN Apakah Paradigma Penelitian itu……?
Mendisiplinkan Kajian Budaya
PENELITIAN KUALITATIF
HAKIKAT PENELITIAN 1. Ilmu Kealaman dan Ilmu Sosial Humaniora
Metode dan Strategi Penelitian Kualitatif
BAB 1 – Paradigma & Perspektif Dalam Penelitian Sosial
Paradigma Positivistik & Konstruktivistik
Teori Penunjang Metodologi Kualitatif
Karakteristik Penelitian Kualitatif
Analisis, Penjelasan, dan Implikasi
HUBUNGAN SOSIAL ANTAR KELOMPOK ETNIK
TEORI SASTRA PERTEMUAN 3.
THEORIES OF EDUCATIONAL MANAGEMENT
Metode Penelitian Sastra
Transcript presentasi:

Dédé Oetomo, PhD

Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian Humaniora, Kebijakan Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat Surabaya, 11 Februari 2011

 Sekumpulan kepercayaan dasar yang memandu tindakan.  Berkaitan dengan asas-asas utama, yang paling hulu.  Konstruksi (rajutan) manusia.  Mendefinisikan pandangan dunia peneliti- sebagai-penafsir-peromet (bricoleur).  Kepercayaan itu tidak dapat ditetapkan berdasarkan kebenaran paling hulu.

 Tidak semantap atau sepadu paradigma.  Namun dapat berbagi berbagai unsur dengan paradigma (mis. sekumpulan asumsi metodologis atau suatu epistemologi tertentu).

 Etika (aksiologi):  Bagaimana saya sebagai orang bermoral di dunia?  Epistemologi:  Bagaimana saya mengetahui dunia?  Apakah hubungan antara penyelidik dan pengetahuan?  Menyiratkan posisi etika-moral antara dunia dan diri peneliti.

 Ontologi:  Mengajukan pertanyaan dasar tentang sifat realitas dan sifat manusia di dunia.  Metodologi:  Memusatkan perhatian pada cara terbaik memperoleh pengetahuan di dunia.

 Positivisme  Postpositivisme  Konstruktivisme  Kerangka aksi partisipatoris

 Feminisme (berbagai bentuk)  Teori rasial kritis  Teori queer  Kajian budaya (cultural studies)

 [Ppt Sdr. Inung]

 Lebih rendah hati dari positivisme.  Masih berusaha mencapai obyektivitas.  Mempertanyakan kebenaran yang tetap dan abadi.  Mengakui keberagaman, tetapi mencari pola dalam ragam-ragam yang ada.  Contoh: grounded theory.

 Realitas tidak ada “di luar sana,” melainkan dikonstruksi oleh manusia dalam berinteraksi. Epistemologi transaksional.  Dibangun di atas penciptaan makna oleh manusia dalam berinteraksi dengan hal-hal di luar dirinya.  Tidak ada obyektivitas. Ontologi relativis.  Pengetahuan tidak bebas nilai.

 Metodologi hermeneutik, dialektis.  Bertujuan menghasilkan pemahaman terekonstruksi atas dunia sosial.  Ketepercayaan dan autentisitas alih-alih validitas (kesahihan) internal & eksternal (positivisme tradisional).  Mengaitkan aksi dengan praksis  Mendorong teks bersuara majemuk.

1. Penelitian positivistik kebanyakan telah gagal menangkap kompleksitas cara berpikir orang yang bergeser-geser, dan malah mendukung marjinalisasi lebih jauh kaum tertindas.

2. Kepercayaan dan nilai peneliti memainkan peran penting dalam konseptualisasi, implementasi, dan analisis dalam penelitian.

3. Pengetahuan dikonstruksi secara sosial dan fakta harus selalu ditelaah dalam konteks sejarah, politik, sosial dan ekonomi.

4. Penelitian senantiasa terlibat dalam relasi kuasa dan membawa konsekuensi politik dan sosial.

5. Relasi kuasa yang tak setara inheren dalam penelitian dan peneliti harus berusaha mengubah hubungan hierarkis tradisional antara “yang diteliti” dan peneliti.

6. Penindasan itu kompleks, dan memusatkan perhatian hanya pada ras, etnisitas, kelas sosial, gender, dan/atau orientasi seksual terlalu menyederhanakan posisi ganda dan kontradiksi yang secara simultan ditempati individu-individu.

7. Kekuasaan dan pengetahuan berkelindan melalui praktik diskursif (wacana).

8. Praktik penindasan sosial dan ekonomi harus secara tersurat ditantang melalui proses penelitian.

 Berbagai teori dan praktik yang didasarkan pada kesetaraan politik, sosial dan ekonomi di antara perempuan dan laki-laki.  Berasumsi bahwa tatanan sosial dan budaya telah didominasi oleh laki-laki dan menyisihkan perempuan.  Pola perendahan dan marjinalisasi perempuan.

 Berfokus pada penggalian dan pengungkapan pengalaman perempuan dalam sejarah dan masyarakat kontemporer.  Berfokus pada rekonstruksi asumsi intelektual fundamental yang menentukan praktik sosial.

 Liberal  Radikal  Lesbian  Sosialis  Ekologis

 [Ppt Sdr. Inung]  Epistemologi aktivis, moral & etis, dengan komitmen pada keadilan sosial & habitus revolusioner.  Cara mengetahui dan berada dibentuk oleh posisi kita di dunia.  Menekankan peliyanan dan keliyanan.  Mengecam konservatisme hegemoni positivisme tentang apa yang bisa diteliti.

 Queer:  LGBT(I)  Di luar pakem heteronormativitas (Butler: lingkaran luar, lingkaran dalam)  Non- atau anti-biner.  Cair.  Hibrid.

 Dikaitkan dengan Mazhab Frankfurt pada dekade- dekade awal abad ke-20 dan tulisan-tulisan the Birmingham Centre for Cultural Studies yang mulai pada Kedua kelompok ini memandang budaya sebagai kekuatan yang membentuk pengalaman manusia dalam kehidupannya, dan bukan pada peringkat generalisasi abstrak.  Fokus mereka adalah mencermati fungsi budaya dalam kehidupan sehari-hari dan perannya dalam sistem hierarki dan dominasi sosial.

 Kajian2 ini akhirnya mulai meneruskan konsep hegemoni Antonio Gramsci ( ) untuk menunjukkan bagaimana penguasaan kelas atau gender tidak hanya didukung oleh mekanisme hukum dan penerapan kekuasaan yang tersurat, melainkan juga merasuk di seluruh masyarakat dalam struktur kelembagaan dan kepercayaan dan nilai2 budaya.