PENILAIAN DAN PENGELOLAAN AWAL PENDERITA GAWAT DARURAT Wonosobo, 14 Oktober 2014 Dr. Handoko Sulistiyo
Hakekat Sistem Penanggulangn Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Rantai Bantuan Hidup (Life Support Chain) Masyarakat Dokter RS Kelas C RS Kelas A/ B Umum Puskesmas Kekuatan rantai ditentukan oleh mata rantai yang paling lemah Pembinaan SPGDT harus dilakukan menyeluruh Masyarakat aman-sehat, Masyarakat siaga, Desa siaga, Keluarga siaga, Pemuda-Pemudi siaga Hakekat Sistem Penanggulangn Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
KETERPADUAN SPGDT PRA RS Peran masyarakat (on scene care) Edukasi kegawatdaruratan Hotline number (110,113,118) Ambulans INTRA RS Ketersediaan Call center Gawat Darurat (119) Kualitas pelayanan: IGD, HCU, ICU, ICCU ANTAR RS Sistem rujukan Sistem komunikasi Sistem transportasi
Tujuan Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu Melakukan penilaian awal pada penderita gawat darurat / trauma sesuai urutan prioritas (A-B-C-D-E) Melakukan pengelolaan awal pada gawat darurat / trauma sesuai prioritas (A-B-C-D-E)
Pengertian Penderita yang terluka parah memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat, tepat dan mudah guna menghindari kematian dan kecacatan. Pengertian luas Initial Assesment adalah proses penilaian secara cepat pada penderita gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi. Penilaian da resusitasi dilakukan berdasar prioritas kegawatan pada penderita, yaitu ada tidaknya gangguan pada Airway (jalan napas), Breathing (pernapasan), Circulation (Sirkulasi), Disability (kondisi neurologis) dan Exposure / Environment
Komponen 1. Persiapan penderita 2. Triase 3. Survey primer 4. Resusitasi 5. Pemeriksaan penunjang untuk survey primer dan resusitasi 6. Survey sekunder 7. Pemeriksaan penunjang untuk survey sekunder 8. Pengawasan dan evaluasi ulang 9. Terapi definitif
Persiapan Penderita 1. Tahap Pra RS 2 . Tahap Intra RS Koordinasi dg RS tujuan yg disesuaikan dg kondisi penderita dan jenis perlukaannya Penjagaan jalan napas, kontrol perdarahan dan imobilisasi penderita Koordinasi dg petugas lapangan lainnya 2 . Tahap Intra RS Alat pelindung diri Kesiapan kelengkapan dan ruangan untuk resusitasi Persiapan untuk tindakan resusiatsi yg lebih komplek Persiapan untuk terapi definitif
Triase Tindakan untuk mengelompokkan penderita berdasar pada beratnya cededra yg berdasarkan pada ada tidaknya gangguan pada Airway (jalan napas) Breathing (pernapasan) Circulation (Sirkulasi Disability (kondisi neurologis) Exposure / Enviroment
2. Tahap intra RS harus dipersiapkan petugas dan perlengkapannya sebelum penderita tiba, persiapan tsb meliputi Alat pelindung diri Kesiapan perlengkapan dan ruangan untuk resusitasi Persiapan untuk tindakan resusitasi yang lebih komplek Persiapan untuk terapi definitif
Triase pada musibah masal Musibah masal dg jumlah penderita & beratnya perlukaan tidak melebihi kemampuan RS. Dalam keadaan penderita dg masalah gawat darrurat & multi trauma akan ditangani terlebih dahulu Musibah masal dg jumlah penderita & beratnya melampaui kemampuan RS. Dalam hal ini yg akan ditangani terlebih dahulu adalah penderita dg kemungkinan survival yg terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan & tenaga paling sedikit
Tindakan pd survey primer meliputi penilaian : (A) / Airway maintenence adalah mempertahankan jalan napas, hal ini dapat dikerjakan dg teknik manual ataupun menggunakan alat bantu(OPA,ET). Tindakan ini mungkin akan banyak memanipulasi leher sehingga harus diperhatikan untuk menjaga stabilitas tulang leher (B) / Breathing adalah menjaga pernapasan/ventilasi dapat berlangsung dg baik. Setiap penderita trauma berat memerlukan tambahan oksigen yg harus diberikan kpd penderita dg cara yg efektif
(C) / Circulation adalah mempertahankan sirkulasi bersama dg tindakan untuk menghentikan perdarahan. Pengenalan dini tanda2 syok perdarahan & pemahaman tg prinsip pemberian cairan sangat penting dilakukan shg memnghindari pasien dari keterlambatan penanganan (D) / Disalbility adalah pemeriksaan untuk mendapatkan kemungkinan adanya gangguan neurologis (E) / Enviroment atau Exposure adalah pemeriksaan pd seluruh tubuh penderita untuk melihat jejas atau tanda2 kegawatan yg mungkin tidak terlihat dg menjaga supaya tidak terjadi hipotermi