TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Prospek Karet Di KALTIM
Advertisements

Jakarta, 7 – 8 November 2013 Seminar Insentif Riset SINas, Kementerian Riset dan Teknologi “Membangun Sinergi Riset Nasional untuk Kemandirian.
CANGKOK Keuntungan : 1. Sifat2 tanaman yg tumbuh sama dengan induknya
STAF PENGAJAR FISIKA DEPT. FISIKA, FMIPA, IPB
OPTIMALISASI PERTUMBUHAN Tectona grandis
PEDOSFER KELAS X SEMESTER I.
KONSERVASI TANAH DAN AIR
PERGERAKAN AIR DALAM TANAH
TELUR ASIN HERBAL Oleh: Iwan Setiyatmoko, S. Pt THL/TBPP Kec
PT GOOD FLOUR MILLS Oleh Kelompok 13 Dewi Aprilina Rochmayanti
SORGHUM SEBAGAI DIVERSIFIKASI PANGAN DI NUSA TENGGARA TIMUR
BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN
Logam berat ? Berbahaya ? Solusi ?
Proses Pembuatan Plastik
INDUSTRI PULP DAN KERTAS
DEFINISI BENIH / BIBIT Dr
HOMEPROFIL MENU SK/KD MATERI SIMULASI GAMBAR VIDEO SOAL.
SANITASI BAHAN BAKU DAN BAHAN PEMBANTU
SOP DAN GHP PASCA PANEN UBI KAYU
PENGELOLAAN TANAH PADA TANAMAN MELON
PENANAMAN POHON Sri Wilarso Budi R Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB
FAKTOR FAKTOR PEMBENTUK TANAH
KACANG PANJANG.
RESEP DAN CARA MEMBUAT MAKANAN KHAS INDONESIA
Kandungan Gizi Pada Talas
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan.
Meningkatkan Produksi Durian Dengan Sistem Grafting
K O M P O S T I N G.
Mesin Sortasi Kopi (Basah)
Tanaman Obat.
PENGASAPAN METODE PENGASAPAN TRADISIONAL
Teknologi Biobriket.
KONSERVASI TANAH DAN AIR
BAB 4. TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH
RETENSI AIR TANAH.
Risqa Perdana Putra Tri Dhika Utami Yanuarika Alyun TS
Agregat BATUAN DAN PERMASALAHAN Amri,2005)
PENGAWETAN KULIT.
PELUANG AGROINDUSTRI PEDESAAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN
JAGUNG Jagung merupakan komoditi tanaman pangan utama
PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN
HUMUSTAR (Humic Acid) PT. NOVAGRO INDONESIA
Keragaman metabolit sekunder
Assalamu’alaikum wr. wb
oleh: Mentari Rahma DPS ( ) Maryanto ( )
Disusun oleh : Wartiwan
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
HASIL PERTANIAN BUAH-BUAHAN
PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT
TEKNOLOGI UMBI-UMBIAN
Material Handling PT. Teh Celup 88
PENGOLAHAN RUMPUT LAUT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
CRUMB RUBBER Crumb rubber : karet remah Bentuknya : bongkahan
Pascapanen Cabe Teknologi Penanganan Pascapanen AET 303
TEKNIK PENYIMPANAN UMBI-UMBIAN
ANALISIS TEMPAT KERJA.
limbah udang menjadi beberapa produk
Teknologi Pengawetan Kulit Mentah .
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
PENGAWETAN DAGING DENGAN METODE PENGERINGAN
TEPUNG TELUR.
Teknologi Pati dan Gula
Ekologi Pemanfaatan Industri Karet
40 Langkah Menghemat Air Ada banyak cara untuk menghemat penggunaan air dan kesemuanya dimulai dari diri kita masing-masing. 1. Ketika mencuci piring-piring.
KAKTUS Oleh: Chalimatus Sadiyah? (xx) Dyah Sulistyo W? (xx)
Kamboja Plumeria Acuminate
“KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KACANG TANAH (Arachis Hypogeae L.)”
PRESENTASI PENGELOLAAN PASCA PANEN TANAMAN Plantago major
PROSES CLEANING PADA SATUAN OPERASI Desi Salmah (G )
Transcript presentasi:

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET Tanaman karet di Kalimantan Timur komoditi tradisional Relatif lama diusahakan sebagai perkebunan rakyat Sumber mata pencaharian utama masyarakat

Produktivitas (Kg/Ha) Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Karet Tahun Luas TM (Ha) Luasan Total (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha) TKP (Orang) 2010 *) 40.904,00 80.260,00 48.299,00 1.181,00 56.481 2009 40.266,00 75.924,50 49.620,50 1.232,32 51.249 2008 38.863,50 74.672,00 49.611,00 1.276,54 49.556 2007 38.171,00 67.891,00 47.225,50 1.237,21 44.693 2006 36.027,50 64.957,00 43.845,00 1.216,99 43.335 2005 33.664,50 62.426,00 39.341,00 1.168,62 41.729 2004 33.111,50 60.154,50 34.726,50 1.048,77 41.899 2003 32.745,00 60.477,50 29.629,00 904,84 39.160 2002 30.375,00 60.706,50 25.430,00 837,20 31.899 2001 22.325,00 54.503,00 26.391,00 1.182,13 32.582 2000 20.378,00 63.162,00 21.560,00 1.058,00 32.964

Produktivitas (Kg/Ha) Kabupaten/Kota Luasan Total (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha) TKP (Orang) Samarinda 855 295 831 780 Balikpapan 4.024 1.208 1.350 1.884 Kutai Kartanegara 13.754 7.024 1.086 13.263 Kutai Barat 34.527 31.156 1.407 24.805 Kutai Timur 5.512 268 1.063 5.017 Bontang - Paser 9.796 6.887 1.180 7.132 Penajam P.U 9.118 1.347 301 1.690 Berau 1.888 75 164 1.286 Bulungan 146 111 Malinau 616 455 Nunukan Tana Tidung 24 8 3.000 58 Tarakan Tahun 2010 80.260 48.299 1.181 56.481

campuran akar, kayu, rumput, dan bahan (lateks) Hevea braziliensis Christophel Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1476 suku Indian) bermain bola campuran akar, kayu, rumput, dan bahan (lateks) Indonesia sendiri tanaman karet dicoba dibudidayakan pada tahun 1876

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphobiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea braziliensis

Persyaratan tumbuh sebagai berikut: Tinggi tempat 0 - 200 meter diatas permukaan laut Curah hujan 1.500 - 3.000 mm/tahun Bulan kering kurang dari 3 bulan Kecepatan angin maksimum 30 km/jam Kemiringan tanah kurang dari 10% Tekstur tanah lempung berpasir dan liat berpasir Batuan di permukaan maupun di dalam tanah 15% pH tanah berkisar 4,3 - 5,0 Drainase tanah sedang

KEUNGGULAN KARET Dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun tanah tidak subur Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis. Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakan. Prospek harganya juga cukup baik walaupun sering berfluktuasi/tidak stabil.

LATEKS LATEKS PEKAT RSS (RIBED SMOKE SHEET) CRUMB RUBBER LATEKS CREEPE

Tanaman karet digores/disayat pada kulit batangnya akan mengeluarkan cairan pekat berwarna putih yang disebut LATEKS. Lateks ini akan kering dan menggumpal apabila dibiarkan lebih dari 2 jam. Pohon karet ini baru boleh dipanen (untuk diambil lateksnya) setelah berusia 5 tahun dan memiliki usia produktif 25 sampai 30 tahun. Lateks akan diolah menjadi bentuk baru (produk barang jadi).

Lateks yang masih dalam bentuk cairan menjadi bahan baku produk balon karet mainan, permen karet, sarung tangan karet, kondom dan lain-lain. Lateks yang sudah kering (membeku, sering disebut kompo) menjadi bahan baku ban mobil, conveyor belt, karet pelindung pada bodi mobil, dan lain-lain.

Proses Pengolahan Karet Crumb Rubber

Lateks (dalam bentuk cair) : Pengolahan Sheet (Getah Asap) Pengolahan Lateks Pusingan. Lateks yang sudah menggumpal (Kompo) Pengolahan Crumb Rubber.

bahan baku karet (padatan) PEREMAHAN PEMBLENDINGAN PENGERINGAN

1. Cup Lump (Lump Mangkok) bekuan lateks yang menggumpal secara alami Waktu  kurang lebih 3 jam Kadar Karet Kering (KKK) sebesar 60% - 90%

2. SLAB Bekuan lateks yang menggumpal secara sengaja + asam semut (Formic acid) Kadar Karet Kering (KKK) sebesar 30% - 60% Bantalan dengan ukuran 40 x 30 x 10 cm.

Slab karakter mutu yang kurang baik bila dibandingkan dengan Cup Lump. Proses pengolahan perbandingan campuran antara Slab dan Cup Lump. Perbandingan 1 Slab dan 3 Cup Lump memberikan hasil yang baik bagi produk. Semakin banyak komposisi Cup Lump maka semakin baik juga karakter mutu yang akan dihasilkan.

Bahan baku (Slab dan Cup Lump) ini ditimbang terlebih dahulu. Tujuan penimbangan mengetahui berat basah bahan baku yang masuk kedalam pabrik. Laboratorium kemudian akan memeriksa Kadar Karet Kering bahan baku karet tersebut untuk dapat mengetahui berat kering yang diterima oleh pabrik.

Bahan baku disortir dari benda-benda non karet (kontaminasi); antara lain: tali plastik, pecahan mangkok lateks, tali rafia, scrap/getah tarik, potongan kayu, daun-daun, sobekan goni plastik, dan lain-lain. Benda-benda (kontaminasi) ini akan dikumpulkan dan dikembalikan ke pengirim

Bak Blending I, Prebreaker, Bak Blending II, Hammer Mill dan diakhiri Bak Blending III. Bertujuan untuk mengurangi kontaminasi dan menghomogenkan dengan cara meremahkannya, mixering (pengadukan) dan pencucian. Proses transportasi material yang diolah dari satu peralatan ke peralatan berikutnya dilakukan oleh Bucket Conveyor

BAK BLENDING I Mempermudah pencampuran antara Slab dan Cup Lump Diisi air yang fungsinya mencuci bahan baku. Pencucian ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi. Air akan diganti secara berkala (biasanya seminggu sekali) untuk menjamin efektifitas pencucian bahan baku

PREBREAKER Bucket Conveyor, bahan baku dipindahkan dari Bak Blending I ke mesin Prebreaker. Bahan baku tadi akan diremahkan menjadi ukuran-ukuran yang lebih kecil. Apabila ukuran sebelumnya seukuran "bantal tidur" maka setelah lewat dari Prebreaker ukurannya akan menjadi seukuran "jempol kaki"

Crumb Rubber maka yang dominan proses peremahan. Peremahan  memperluas bidang permukaan sehingga pencucian menjadi lebih efektif. Proses peremahan  terjadi " tekanan" terhadap bahan baku yang akan memaksa kontaminasi memisahkan diri dari bahan baku

Pabrik Crumb Rubber dengan kapasitas 30 Ton Karet Kering/hari Kapasitas mesin Prebreaker = 4.000 - 5.000 Kg/Jam Daya motor = 37 KW Putaran motor = 1.500 Rpm Tenaga motor = 50 HP

BAK BLENDING II Remahan-remahan yang keluar dari Prebreaker selanjutnya masuk ke dalam Bak Blending II. Mirip dengan fungsi Bak Blending I maka Bak Blending II juga berfungsi sebagai pencampur. Seluruh remahan-remahan akan diaduk sehingga diharapkan bahan baku menjadi homogen

Air dalam bak blending yang menjadi media pencampur. Produk akhir homogen (sama karakter mutunya disetiap bagian produk), maka bahan yang sebelumnya memiliki karakter berbeda akibat adanya Cup Lump dan Slab, jenis tanaman, proses pertumbuhan, perawatan tanaman, proses menghomogenkan terjadi di Bak Blending.

HAMMER MILL Untuk meremahkan bahan baku yang ada di Bak Blending II  Remahan "jempol kaki“ mjd 0,5 - 1 cm Untuk memperluas bidang permukaan bahan baku  pencucian optimal Mekanisme "pemukulan".  memaksa kontaminasi memisahkan diri dari bahan baku.

Kapasitas mesin Hammer Mill = 3.000 Kg/Jam Daya motor = 100 KW Putaran motor = 1475 Rpm Tenaga motor = 135 HP

BAK BLENDING III Fungsinya hampir sama dengan fungsi Bak Blending yang sebelumnya yaitu sebagai pencampur dan pencuci untuk mengurangi kontaminasi yang masih ada Media transportasi dari Hammer Mill ke mesin proses selanjutnya

PENGGILINGAN REMAHAN Mendapatkan keseragaman bahan baku dengan proses mikro dan menjadikannya dalam bentuk lembaran  proses Mikro Blending Makro Blending cara mengaduk/mixering remahan/bahan baku. Proses ini mirip dengan proses membuat adonan campuran beton, yakni dengan mengaduk semen, pasir, kerikil sehingga didapatkan campuran yang homogen

Proses Mikro Blendingcara menggiling remahan yang diatur sedemikian rupa sehingga remahan saling "tindih" satu sama lain didalam penggilingan. Proses "saling tindih" ini memaksa remahan-remahan karet untuk menjadi satu bagian yang akhirnya akan menjadi bentuk lembaran. Proses menggiling  telur, mentega, dan tepung untuk mendapatkan adonan roti yang homogen merupakan proses yang mirip dengan proses Mikro Blending

PenggilinganCrepper PenggilinganCrepper. Roll Gilingan Crepper dibuat berulir/motif bunga agar efek pemerasan Agar remahan karet sudah menjadi sebuah kesatuan maka perlu dilakukan penggilingan berulang-ulang. untuk mendapatkan hasil yang homogen

Penggilingan menyemprotkan air sehingga kotoran-kotoran yang keluar oleh proses penggilingan terbuang oleh proses pencucian Operator Gilingan /"Operator Crepper“ bertugas untuk melipat lembaran sebelum masuk kedalam Crepper. Lembaran yang terlipat inilah yang akan membuat remahan-remahan karet saling "tindih" pada saat digiling  Crepper Finisher proses pelipatan lembaran tidak diperlukan lagi.

lebar kurang lebih 60 cm, ketebalan 6 - 7 mm. Lembaran lebar kurang lebih 60 cm, ketebalan 6 - 7 mm. Lembaran yang mirip selendang ini digulung kemudian dikirim ke Gudang Maturasi untuk proses "Pemeraman". 1 buah gulungan memiliki berat kurang lebih 24 kg (Berat sebelum maturasi).  "Blangket". Kadar Karet Kering dalam Blangket yang baru dihasilkan adalah sekitar 70% (nilai sebelum maturasi).

MATURASI ( PEMERAMAN ) Menyusun blangket-blangket dalam Gudang Maturasi. Proses Maturasi berlangsung selamat 6 - 8 hari. Biasanya hasil terbaik didapatkan ketika blangket sudah dimaturasi selama 8 hari. Maturasi yang lebih dari 8 hari juga akan memberikan hasil yang lebih baik.

Bahan baku karet akan menjadi lebih cepat kering dalam proses Dryer dan kemungkinan terjadinya cacat (white spot) lebih sedikit. Penambahan umur maturasi tentunya akan berpengaruh kepada kebutuhan luas Gudang Maturasi.

Penyusunan blangket dapat diidetifikasi menurut umurnya Penyusunan blangket dapat diidetifikasi menurut umurnya. Papan identifikasi yang diletakkan disetiap kelompok blangket. Drainase yang baik. Blangket baru masih dalam keadaan basah dan bisa menimbulkan genangan air. Kondisi yang basah akan membuat kelembaban gudang maturasi menjadi tinggi. Semangkin tinggi kelembaban akan menambah kebutuhan waktu untuk maturasi.

Tujuan Utama MATURASI Mempertahankan nilai PRI & mengurangi Kadar Air dalam Blangket. Biasanya K3 setelah maturasi selama 8 hari adalah 80 - 90%. Nilai PRI adalah ukuran dari besarnya sifat plastisitas (keliatan/kekenyalan) karet yang masih tersimpan, bila karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140 derajat Celcius.

Pengujian PRI mengukur degradasi (penurunan) ketahanan karet mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi. Nilai lebih dari 80% menunjukkan bahwa ketahanan karet mentah terhadap oksidasi adalah besar. nilai PRI dapat diperkirakan mudah tidaknya karet menjadi lunak dan lengket-lengket jika lama disimpan atau dipanaskan.

Hal ini penting nantinya pada proses vulkanisasi karet pembuatan barang jadi, agar diperoleh sifat karet yang lebih kuat dan teguh. Parameter kualitas SIR

standar spesifikasi SIR Kadar kotoran (%) Kadar Abu (%) Kadar zat menguap (%) 0.05 0.50 1.00 0.20 0.75 0.35 1.25